Anda di halaman 1dari 50

MK.

KIMIA FORENSIK
DOSEN : PROF. DR. AHYAR AHMAD
MAHDALIA
P1100215401

M ETO D E A N A LIS IS TIN D A K


K EJA H ATA N PA D A K A S U S
FO R EN S IK D EN G A N TEK N IK
D N A FIN G ER P R IN T

LATAR BELAKAN G

kasus pelanggaran HAM (tindak kekerasan, pelecehan seksual, p

DNA Fingerprint pertama kali diadopsi pada 1984 oleh Alec Jeffreys

Di Indonesia, istilah DNA fingerprint

mulai mencuat sebagai cara


identifikasi forensik setelah terjadi
rentetan peristiwa peledakan bom di
tanah air, seperti kasus bom Bali,
bom JW Marriot, peledakan bom di
depan Kedubes Australia dan lain-lain.
Mengidentifikasi korban bencana
Tsunami Aceh maupun korban
bencana besar belakangan ini,
seperti korban erupsi gunung Merapi
(Jawa Tengah-Yogyakarta).

RU M U SAN M ASALAH
1. Bagaimana karakterisitik DNA
sehingga dapat menjadi penciri suatu
individu dan lingkup kekerabatannya?
2. Bagaimana sampel DNA diperoleh dan
dipersiapkan untuk analisis?
3. Bagaimana teknik analisis DNA
Fingerprint?
4. Bagaimana menginterpretasikan data
dan menetapkan hasil identifikasi
forensik?

TU JU AN PEM BAH ASAN


Untuk memahami karakterisitik DNA

sebagai penciri individu berdasarkan


informasi genetik.
Untuk mengetahui sumber perolehan DNA
dan mengetahui tahap-tahap isolasi DNA.
Untuk memahami teknik analisis DNA
fingerprint
Untuk memahami teknik interpretasi data
dan menetapkan hasil identifikasi forensik.

DNA
DNA (deoxyribo nucleic acid) :
Asam nukleat yang mengandung
materi
genetik yang
berguna
perkembangan dan fungsi biologis
seluruh organisme hidup.
Fungsi utama dari molekul DNA :
Sebagai
tempat
penyimpanan
informasi jangka panjang.
DNA seringkali dianalogkan dengan
blue print, karena DNA mengandung
instruksi
yang
diperlukan
dalam
pembentukan komponen sel seperti
protein dan molekul RNA.
Segmen
DNA
yang
membawa
informasi genetik disebut GEN

STRU KTU R D N A

DNA berwujud dua rantai polimer panjang (double helix)

Pada organisme eukariotik, sebagian

besar DNA berada pada inti sel


(kromosom), disebut core DNA (c-DNA);
dan sebagian kecil DNA berada dalam
mitokondria (organel mitokondria),
disebut mitokondria DNA (mt-DNA).
c-DNA merupakan materi genetik yang
membawa sifat individu dan diturunkan
dari ayah dan ibu menurut hukum Mendel.
Berdasarkan pola pewarisan ini, maka
pemeriksaan c-DNA dapat digunakan
untuk mencari hubungan anak-ibu
maupun anak-bapak.

mt-DNA merupakan materi genetik yang

membawa kode genetik dari berbagai enzim


dan protein yang berkaitan dengan proses
pembentukan dan penuaan.
mt-DNA berbentuk lingkaran ganda yang
hanya diturunkan dari ibu kepada anak,
sehingga pemeriksaan mt-DNA hanya dapat
digunakan untuk mencari hubungan anak-ibu.
Dalam forensik pemeriksaan DNA umumnya
merujuk pada pemeriksaan c-DNA yang
penggunannya lebih luas

KRO M O SO M
Setiap sel dalam tubuh seseorang

memiliki rangkaian DNA identik disebut


kromosom.
Setiap kromosom dibagi menjadi lokus-lokus
yang menandai posisi gen dalam
kromosom.
Setiap sel dalam tubuh manusia memiliki
23 pasang kromosom yang terdiri atas 22
pasang kromosom autosomal dan satu
pasang kromosom seks (XX pada wanita,
dan XY pada laki-laki).

KRO M O SO M
Kromosom Y menempati posisi yang unik dalam

hal kriminologi dan genealogi.


Kromosom

Y
memiliki sejumlah gen aktif dan
memiliki nilai penting dalam DNA-typing, antara lain :
- untuk kriminologi dan analisis forensik,
- analisis orang hilang,
kasus warisan yang melibatkan keterkaitan
genetik
antara anggota keluarga laki-laki,
- kasus imigrasi untuk menentukan kekerabatan
genetik,
- kepentingan antropologi

KRO M O SO M

D N A FIN G ERPRIN TIN G


DNA Fingerprinting adalah salah satu teknik

biologi molekuler penanda genetik yang


dipakai untuk pengujian terhadap materi
profil DNA, yaitu sehimpunan data yang
menggambarkan susunan DNA yang
dianggap khas untuk individu yang menjadi
sampelnya.
Hanya sebagian kecil berkas DNA yang
dipakai untuk pengujian, yaitu bagian
DNA yang berisi pengulangan urutan basa
(variable number tandam repeats / VNRT).

Lanjutan........
tahun 1980, Alec Jeffreys berhasil
mendemonstrasikan bahwa DNA memiliki
bagian-bagian pengulangan (sekuen) yang
bervariasi. Hal ini dinamakan
polimorfisme, yang dapat digunakan
sebagai sarana identifikasi spesifik
(individual) dari seseorang. Perbedaan sidik
DNA ini bisa dibaca, sidik DNA tidak dapat
dirubah, Oleh karena itu DNA fingerprinting
menjadi suatu metode identifikasi yang
sangat akurat (Lutfig and Richey, 2000)

lanjutan
Hanya sekitar 3 juta basa DNA yang

berbeda antara satu orang dengan


orang lain.
Daerah yang berbeda ini
digunakan untuk menghasilkan
profil DNA dari seseorang individu,
menggunakan sampel dari darah,
tulang, rambut atau jaringan tubuh
yang lain

SAM PEL U N TU K TES D N A


darah dan bercak darah, seminal, cairan vaginal, dan

bercak kering, rambut (baik rambut lengkap dengan


akarnya atau hanya batang rambut), epitel bibir (misal
pada puntung rokok), sel buccal, tulang, gigi, saliva
dengan nukleus (pada amplop, perangko, cangkir), urine,
feces, kerokan kuku, jaringan otot, ketombe, sidik jari
atau pada peralatan pribadi dapat digunakan untuk
sampel tes DNA.

Untuk kasus-kasus forensik, sampel


sperma, daging, tulang, kulit, air liur
atau sampel biologis lain yang ditemukan
di tempat kejadian perkara (TKP) dapat
dijadikan sampel tes DNA

KELEBIH AN TES D N A
Ketepatan yang lebih tinggi
Kestabilan yang tinggi
Pilihan sampel yang luas
Dapat mengungkap kasus sulit
Dapat mengungkap kasus

perkosaan dengan banyak pelaku


Sensitifitas yang amat tinggi

Teknis Isolasidan Analisis D N A


4 hal penting harus diperhatikan
dalam pelaksanaan analisis forensik
berdasarkan uji DNA :
(1)Penanganan dan penyiapan
sampel,
(2)Isolasi DNA dan penggandaannya,
(3)Analisis DNA, dan
(4)Interpretasi dan penetapan hasil.

JEN IS-JEN IS TEKN IK AN ALISIS


D N A FIN G ERPRIN T
Restriction Fragment Length

Polymorphism (RFLP)
Teknik STR (Short Tandem
Repeats ) Analisis
Teknik PCR analisis
Teknik AMP (Amplified Fragment
Length Polymorphism) FLP

Restriction Fragm ent Length


Polym orphism (RFLP)
polimorfisme DNA yang terjadi akibat
variasi panjang fragmen DNA setelah
dipotong dengan enzim retriksi tertentu
menjadi fragmen Variable Number Of
Tandem Repeat (VNTR). Teknik ini
dilakukan dengan memanfaatkan suatu
enzim restriksi yang mampu mengenal
urutan basa tertentu dan memotong DNA
(biasanya 4-6 urutan basa). Urutan basa
tersebut disebut sebagai recognition
sequence.

ANALISIS DNA DENGAN RFLP

Teknik STR (Short Tandem


R epeats ) A nalisis
STR merupakan polimorfisme DNA yang

terjadi karena adanya 2 atau lebih nukleotida


yang berulang.
Pola pengulangannya adalah terdiri dari 2-10
bp dan terjadipada daerah intron dari DNA.
Dengan menganalisa loci dari STR da
menghitung berapa banyak perulangan dari
sekuen STR yang terjadi di setiap locus, maka
dapat terbaca profil genetik yang unik dari
setiap individu.
Analisa dengan STR memerlukan teknik PCR
dan elektroforesis gel agarosa. Dengan PCR
daerah polimorfik dari DNA diamplifikasi dan
kemudian fragmen STR dipisahkan dengan
elektroforesis agarosa sehingga jumlah
perulangan yang terjadi dapat dihitung
dengan membandingkan perbedaan ukuran
dengan alelic ladder.
Analisa dengan STR ini tidak dapat dilakukan
apabila 2 individu merupakan kembar
monozigot.

Teknik P C R analisis
Polymerase chain reaction (PCR) adalah suatu

proses pembentukan cetakan DNA secara


berulang kali dengan menggunakan prosedur dan
waktu yang tertentu. PCR menggunakan teknik
amplifikasi (perbanyakan) secara spesifik pada
suatu segmen DNA secara invitro dengan
menggunakan DNA polimerase, cetakan
(template), DNA genom, dan primer
oligonukleotida.
Prinsip dasar dari teknik PCR tersebut merupakan
adanya enzimDNA polimerase yang digunakan
untuk membuat cetakan dari segmen DNA yang
diinginkan.

Teknik A M P (A m plif e
id Fragm ent
Length Polym orphism ) FLP
Teknik ini berdasarkan pada

polimorfisme VNTR untuk


membedakan alel yang berbeda.
Teknik ini menggunakan PCR untuk
mengamplifikasi daerah VNTR dan
kemudian hasil amplifikasi
dipisahkan dengan gel poliakrilamid
dan diwarnai dengan teknik silver
stained . Salah satu locus yang
sering digunakan dalam teknik ini
adalah locus D1S80.

Penanganan dan Penyiapan Sam pel


1.Tulang

tulang dihancurkan sampai berupa bubukan halus (100 m) dengan mesin bor de

2.G igi

3.JARIN G AN (TISSU E)

Sejumlah
di
kecil
contoh
Sampel
ini
kemudian
diputar(=1.0-mm
(divortex)
selama
1 siap
menit,
Supernatan
yang jaringan
diperoleh
(sekitarpersegi)
15 l)dimasukkan
di

4.D ARAH D AN BERCAK D ARAH (PAD A


PAKAIAN , KARPET,TEM PAT TID UR,PERBAN )

Darah yang diambil adalah darah

vena.
Darah diambil minimal 2 ml
dengan menggunakan antikoagulan
EDTA. EDTA akan menjaga agar
DNA tidak terjadi degradasi karena
DNAse akan dinonaktifkan.
Bila tidak secara langsung
dilakukan ekstraksi, darah dapat
disimpan dalam suhU -20oC
(freezer).

Tahap IsolasiD N A untuk N o.4


1. Tahapan isolasi DNA darah bertujuan untuk mengisolasi
jaringan sel darah putih, sehingga darah yang masih memiliki
komponen-komponen lengkap perlu dipisahkan satu dengan lainnya
sehingga yang tersisa hanya sel darah putih. Karena itu ke dalam
tabung yang berisi darah diberikan larutan pelisis sel darah merah
yang merupakan larutan hipotonis. Karena larutan tersebut hipotonis,
maka akan terjadi hemolisis. Larutan pelisis sel darah merah terdiri
atas EDTA yang akan membentuk kompleks (chelate) dengan ion
logam, seperti Mg2+ yang merupakan kofaktor DNAse. Tabung
dibolak-balik dengan gerakan memutar yang membentuk angka 8
agar larutan dapat menyatu dengan sempurna selama 10 menit.
Darah yang telah bercampur dengan pelisis sel darah merah
tersebut lalu disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan
2500 rpm. Selanjutnya supernatan yang terbentuk dibuang. Untuk
melisiskan membran sel dan membran nukleus sel darah putih
yang terisolasi tadi, diberikan larutan pelisis sel darah putih yang
terdiri atas EDTA dan SDS (Sodium Dodecyl Sulfate) yang berfungsi
untuk merusak lipid pada membran sel sehingga leukosit hancur.

2.Tahap Purifi
kasi
Purifikasi bertujuan untuk
membersihkan
sel
darah
putih dari zat-zat lainnya; Ke
dalam
larutan
tadi
kemudian diberikan RNAse
dan diinkubasi selama 15
menit pada suhu 37C. Hal
tersebut
bertujuan
untuk
mengoptimalkan kerja enzim
yang sangat dipengaruhi oleh

3.Tahap Presipitasi

Tahap presipitasi dilakukan dengan cara meneteskan larutan


presipitasi protein dan kemudian divortex yang bertujuan
untuk menghomogenkan larutan. Larutan presipitasi
protein terdiri atas amonium asetat yang jika berikatan
dengan protein mengakibatkan terbentuknya senyawa baru
yang memiliki kelarutan yang lebih rendah, sehingga
menyebabkan protein mengendap.

Larutan tersebut kemudian disentrifugasi kembali selama


15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatan yang
berisi DNA kemudian dituangkan ke dalam tabung berisi
isopropanol dingin dan tabung dibolak-balik kembali dengan
gerakan angka 8. Pemberian isopropanol bertujuan untuk
visualisasi DNA.

Selanjutnya tabung disentrifugasi kembali selama 5 menit


dengan kecepatan 3000 rpm. Hasil dari sentrifugasi adalah
terdapatnya pelet DNA pada dasar tabung yang kemudian
ditambahkan etanol 70% dan dibolak-balik kembali.
Pemberian etanol bertujuan untuk membersihkan DNA
dari pengotor-pengotornya. Setelah tercampur, tabung
kemudian disentrifugasi kembali selama 5 menit dengan
kecepatan 3000 rpm. Hasil akhirnya adalah DNA yang berada

5.SPERM A D AN BERCAK
SPERM A
Salah satu cara pengambilan langsung sperma

adalah dengan secara fisik memisahkan sel-sel


sperma pelaku dari sel-sel epitel korban. Sel-sel
sperma dapat dikumpulkan dalam partikel-partikel
magnetik atau butiran-butiran yang dapat dilapisi
dengan antibodi khusus untuk protein sperma.
Butiran-butiran tersebut kemudian dibersihkan untuk
menyingkirkan sel-sel epitel korban. Akhirnya,
sperma yang telah dimurnikan tersebut dimasukan
ke dalam reaksi PCR untuk menghasilkan profil
DNA pelaku. Cara ini sangat tergantung dari keutuhan
sel sperma, yang sulit didapatkan pada kasus dengan
bukti kekerasan seksual yang sudah lama.

Langkah-langkah analisis D N A
fi
ngerprint
Langkah 1:

Sel dipecah untuk


mengeluarkan DNA
Jika hanya sedikit DNA
yang tersedia,
penggandaan
menggunakan
polymerase chain
reaction (PCR)

Langkah-langkah analisis D N A
fi
ngerprint
Langkah 2:

Fragmen DNA dipotong menggunakan enzim


restriction
Setiap enzim restriksi memotong DNA pada urutan
basa spesifik

Langkah-langkah analisis D N A
fi
ngerprint
Bagian dari DNA yang dipotong

disebut fragmen restriksi.


Ini menghasilkan ribuan fragmen
restriksi dari semua ukuran yang
berbeda karena urutan basa
dipotong mungkin berjauhan
(fragmen panjang) atau menutup
bersama-sama (fragmen pendek).

lanjutan
Stage 3:
Fragmen dipisahkan
berdasarkan ukuran
menggunakan
proses yang disebut
gel elektroforesis.
fragmen DNA yang
disuntikkan ke
sumur dan arus
listrik diterapkan di
sepanjang gel.

...lanjutan
DNA bermuatan
negatif sehingga
tertarik untuk akhir
positif dari gel.
Fragmen DNA pendek
bergerak lebih
cepat dari fragmen
yang lebih besar.
DNA dipisahkan atas
dasar ukuran.

...lanjutan
Bahan radioaktif

ditambahkan yang
menggabungkan
dengan fragmen DNA
untuk menghasilkan
gambar berfluorosens.
Copy dari pita DNA
diperoleh.
Pola distribusi fragmen
kemudian dianalisa.

D N A Fingerprintint dapat
m em ecahkan kejahatan
Pola profil DNA kemudian dibandingkan

dengan orang-orang dari korban dan


tersangka.
Jika profil cocok tersangka itu
memberikan bukti kuat bahwa
tersangka hadir di TKP (NB: tidak
membuktikan bahwa mereka
melakukan kejahatan).
Jika profil tidak sesuai tersangka
kemudian tersangka yang mungkin
dihilangkan dari penyelidikan.

Contoh kasus
Pembunuhan dengan kekerasan.
Tim forensik mengambil sampel

darah dari TKP


Mereka mempersiapkan profil DNA
dari sampel darah, korban dan
tersangka sebagai berikut:

Adakah tersangka diTKP?


Suspects
Profile

Blood sample
from crime
scene

Victims
profile

Analisis kasus paternitas


dengan STR
Hasil pemeriksaan tesDNA untuk kasus-kasus

tersebut pada setiap lokus DNA adalah 2 buah


fragmen DNA pada setiap lokus DNA,
dimana satu fragmen berasal dari ibu
(fragmen maternal) dan satunya berasal dari
ayah (fragmen paternal).
Setiap fragmen DNA tersebut dapat dilihat
berupa pita pada PAGE atau berupa duri
(peak) pada elektroforesis kapiler. Notasi
fragmen DNA tersebut dinyatakan berupa
angka, yang menyatakan panjang fragmen
DNA.

contoh tabel hasiltes D NA untuk analisis paternitas yang


m enunjukkan tersangka pria adalah ayah biologis dariseorang
anak.

Tabeltsb m enerangkan bahw a


Pada setiap lokus (daerah) DNA yang diperiksa, setiap

anak memiliki sepasang pita DNA, yang dinyatakan


sebagai sepasang angka yang menunjukkan panjangnya
DNA.
Satu pita anak pasti ada padanannya (sama) dengan
DNA ibunya (pita maternal), sedangkan satu pita
lainnya pasti ada padanannya (sama) dengan DNA ayah
kandungnya (pita paternal).
Seorang pria dikatakan ayah biologis (genetik) dari
seorang anak, jika pita paternal anak sama dengan
salah satu DNA pria tersebut pada setiap lokus DNA
yang diperiksa.
Probability of Paternity pada kasus ini adalah 99.99998%

H asiltes D N A untuk Analisis Bukan Ayah


Biologis dariSeorang Anak

Tabel m enerangkan bahw a :


Eksklusi artinya terdapat ketidaksesuaian (tidak

sama) DNA paternal anak dengan DNA


tersangka pada ayah lokus tersebut.
Seorang pria dikatakan bukan ayah biologis
(genetik) dari seorang anak jika pada dua atau
lebih lokus DNA yang diperiksa didapatkan ada
ketidaksesuaian (eksklusi) DNA paternal anak
dengan DNA pria tersebut.
Pada tabel 2 tersebut, didapatkan dari 13 lokus
DNA yang diperiksa, ada 9 lokus DNA yang
eksklusi. Hal ini menunjukkan anak A adalah
bukan anak biologis (genetik) anak dari Mr. X.

D aftar pustaka
Bahan DNA fingerprint\217250645-Dna

-Finger-Printing-Forensik-1.pdf

Anda mungkin juga menyukai