Presentation 1
Presentation 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
JOURNAL READING
SEPTEMBER 2016
oleh:
Sekar Indah Setyarini
(2010-83-044)
Pembimbing
dr. Ubaidilah, Sp.B
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2016
ABSTRAK
insidensi HI berdasarkan
jenis kelamin adalah 3:1
dan 10:1 untuk jenis
kelamin pria/ wanita, berarti
bahwa pria lebih berisiko
mengalami HI.
I. PENDAHULUAN
HI memiliki angka insidensi terkait herediter/familial yang tinggi, dan telah dilakukan
penelitian pada populasi pasien kembar dan pasien dengan hubungan darah kandung,
menunjukkan angka peningkatan frekuensi insidensi.
Beberapa kasus yang pernah terdata juga menggambarkan keterkaitan antara tidak
turunnya testis (undescended testis), fibrosis kistik, ektropi vesika urinaria, peningkatan
tekanan
intrabdominal
(ileus
meconium,
necrotizing
enterocolitis
gastroschisis/omphalocele), peningkatan cairan intraperitoneal (asites, peritoneal
dialysis, dan terbentuknya ventrikulo-peritoneal shunt) serta kelainan jaringan ikat
(Ehler-Danlos syndrome, Hunter-Hurler Syndrome, Marfan syndrome, dan
Mucopolisaccaridosis) bisa berkontribusi terhadap kejadian HI.
Pada umumnya, sebagian besar pasien anak dipilih untuk diberikan anastesi
umum dengan menggunakan mask, LMA, dan ETT. Sedangkan pada kasus bayibayi lahir prematur dan bayi baru lahir dengan risiko tinggi yang perlu dilakukan
pembedahan, tingkat kejadian komplikasi masih tinggi bahkan pada prosedur
pembedahan minor sekalipun.
Bayi baru lahir dengan usia gestasi < 37 minggu yang dilakukan repair HI dibawah
anastesi umum, menunjukkan angka kejadian komplikasi respirasi dan
kardiovaskular berupa apnea cenderung tinggi, dengan angka presentasi mencapai
10-30%.
Patogenensis apnea pada bayi preterm merupakan suatu multifaktorial
Steward berpendapat bahwa efek depresan dari obat-obatan anastesi, dan
peningkatan kelemahan otot, dapat mengakibatkan timbulnya apnea episodic
Alen et al melaporkan adanya hubungan antara penggunaan narkotika intraoperatif
dan obat-obatan muscle relaxant dengan tingkat insidensi apnea-bradikarti
postoperatif, pada bayi lahir prematur (usia gestasi dalam minggu serta usia janin
dalam minggu) usia gestasi < 41 minggu dibandingkan dengan usia gestasi 47
minggu.
Untuk mencegah timbulnya komplikasi postoperative pada bayibayi dengan risiko tinggi, teknik anastesi regional seperti
anastesi spinal, kaudal, dan kaudal epidural lebih dianjurkan
Anastesi spinal menjadi lebih diminati sejak Abajian et al
memperkenalkannya sebaga alternative penganti anastesi
umum pada bayi preterm dengan risiko tinggi, untuk mencegah
timbulnya apnea postoperative dan bradikardi.
Gallagher TM anastesi lokal yang cenderung memfasilitasi
operasi dengan durasi yang lebih singkat, hanya cocok untuk
prosedur operasi yang dilakukan dalam periode waktu < 60
menit, sehingga risiko terjadinya komplikasi apnea post-anastesi
masih mungkin terjadi, dan berpengaruh pada tingkat kesulitan
dalam mendeterminasi celah subaraknoid.
Grosfeld et al merekomendasikan agar bayi baru lahir dengan HI yang telah dirawat
dirumah sakit disertai dengan gangguan system respirasi atau kelaianan kongenital
lainnya (penyakit jantung bawaan, peritonitis meconium, atau peritonitis terkait
enterokolitis nekrotik) perlu untuk evaluasi lebih lanjut untuk keadan umumnya
menjadi lebih stabil sebeelum mempertimbangkan dilakukannya tindakan operasi.
V. EKSPLORASI KONTRALATERAL
Tackett et al dalam studi prospektif dari 656 anak-anak melaporkan tingkat hernia
metachronous dari 8,8%, dan
Wang et al melaporkan kejadian 5,2% di 2129 anak usia 1 tahun. Selanjutnya,
Ron et al, melaporkan bahwa 14 eksplorasi diperlukan untuk mencegah satu HI
metachronous, dan dalam kasus kiri sisi HI, 10 eksplorasi yang diperlukan untuk
mencegah satu. Sebuah tinjauan baru-baru ini menunjukkan bahwa risiko
keseluruhan untuk mengembangkan kemudian seorang IH adalah 5,7%.
KESIMPULAN
TERIMA KASIH