Anda di halaman 1dari 54

By

Isna Hudaya, S.SiT

Standar 16
Penanganan perdarahan
dalam Kehamilan Trimester
III

Bidan mengenali secara tepat


tanda dan gejala perdarahan
pada kehamilan serta melakukan
pertolongan pertama dan
merujuknya.

Syarat:
1.

Bidan harus trampil untuk:


Mengetahui penyebab,tanda-tanda dan
penanganan perdarahan pada awal dan
akhir kehamilan
Pertolongan pertama pada gawat darurat
termasuk pemberian cairan IV
Mengetahui tanda-tanda dan penanganan
syok, termasuk syok septic

2.
3.
4.

Tersedianya alat / bahan


Tersedianya antibiotika
Penggunaan KMS ibu hamil / kartu
ibu

Proses:
1.
2.

3.

4.
5.

Memastikan dan merujuk ibu hamil yang


mengalami perdarahan dari jalan lahir
Berikan penyuluhan dan nasehat tentang
bahaya perdarahan dari jalan lahir
sebelum bayi lahir kepada ibu dan suami /
keluarganya pada setiap kunjungan
Nasehat ibu hamil, suaminya atau
kelurganya untuk memanggil bidan
bilaterjadi perdarahan atau nyeri hebat
didaerah perut kapanpun dalam
kehamilan
Lakukan penilaian keadaan umum ibu dan
perkirakan usia kehamilan
JANGAN lakukan periksaan dalam

Beri cairan intravena NaCL atau Ringer


laktat,Infus diberikan dengan tetesan
cepat sesuai dengan kondisi ibu
7. Bila terlihat gejala atau tanda syok
pada ibu, segera rujuk ke rumah sakit
8. Buat catatan lengkap
9. Dampingi ibu hamil yang dirujuk ke
rumah sakit dan mintalah keluarga
yang akan menyumbangkan darahnya
untuk ikut serta
10. Mengikuti langkah-langkah untuk
merujuk
6.

Standar 17
Penangana Kegawatan pada
Eklamsia
Bidan mengenali secara tepat
tanda dan gejala eklamsia yang
mengancam,serta merujuk dan
atau memberikan pertolongan
pertama.

Syarat:
1.

Bidan mampu :
Mengenal tanda dan gejala preekamsia dan
eklamsia mengancam.
Mendeteksi dan memberikan pertologan
pertama pada preeklamsia berat dan
eklamsia.

2.
3.
4.

Tersedianya tensimeter dan alat untuk


pemberian cairan IV yang berfungsi.
Adanya obat-obatan yang dibutuhkan,
misalnya Magnesium Sulfat.
Adanya sarana pencatatan, seperti:
KMS ibu hamil / kartu ibu.

Proses:
1.

Selalu waspada terhadap gejala dan tanda eklamsia mengancam,


yaitu: edema, nyeri kepala hebat, mengantuk, gangguan penglihatan,
nyeri ulu hati, mual dan muntah.

2.

Catat tekanan darah ibu, segera periksa adanya gejala dan tanda
preeklamsia atau eklamsia mengancam. Gejala atau tanda eklamsia
mengancam (yaitu peningkatan tekanan darah tiba-tiba, hipertensi,
penurunan jumlah air seni dengan warna yang menjadi gelap, edema
berat atau edema yang mendadak pada wajah atau panggul belakang,
atau proteinuria) memerlukan penanganan yang cepat karena besar
kemungkinan terjadi eklamsia. Kecepatan bertindak sangat penting.

3.

Cari pertolongan segera untuk mengatur rujukan ibu ke RS. Jelaskan


dengan tenang dan secepatnya kepada ibu jika sadar dan atau
keluarganya tentang apa yang terjadi.

4.

Baringkan ibu pada posisi miring ke kiri.

5.

Berikan cairan IV dengan tetesan lambat dan catat semua cairan yang
masuk maupun yang keluar.

LanjutanProses
6.

7.
8.

9.
10.

Jika terjadi kejang, letakkan ibu di lantai dan


jauhkan dari benda yang dapat melukainya. Jika
ada kesempatan, letakkan benda yang dibungkus
dengan kain lembut diantara gigi ibu.
Jika terjadi kejang berikan MgSO4 sesuai dengan
pedoman.
Bila ibu mengalami koma, pastikan posisi ibu
dibaringkan miring ke kiri, dengan kepala sedikit
ditengadahkan agar jalan nafas tetap terbuka.
Catat semua obat yang telah di berikan, keadaan
ibu termasuk tekanan darahnya setiap 10 menit.
Bawa segera ibu ke RS setelah serangan kejang
berhenti. Dampingi ibu dalam perjalanan dan
berikan obat-obatan lagi jika perlu.

Standar 18
Penanganan kegawatan pada
partus lama/ macet
Bidan

mengenali secara tepat


tanda dan gejala partus
lama/macet serta melakukan
penanganan yang memadai dan
tepat waktu atau merujuknya.

Syarat:
1.

2.

3.

4.

Bidan mampu :

Menggunakan partograf dan catatan persalinan.


Periksa dalam secara baik.
Mengenali hal-hal yang menyebabkan partus
lama.

Adanya alat atau bahan yang diperlukan


untuk persalinan, misalnya sabun, air bersih
dan handuk bersih untuk mencuci tangan.
Adanya antibiotika, cairan infuse dan
peralatan untuk pemberian cairan IV,
kateter karet steril, gunting steril untuk
episiotomi yang befungsi dengan baik.
Adanya partograf dan catatan persalinan /
kartu ibu.

Proses:
1.

2.

3.

Memantau dan mencatat secara berkala


keadaan ibu dan janin, his dan kemajuan
persalinan pada partograf dan catatan
persalinan.
Jika terdapat penyimpangan dalam kemajuan
persalinan (misalnya garis waspada pada
partograf tercapai, his terlalu
kuat/cepat/lemah sekali, nadi melemah dan
cepat, atau DJJ menjadi cepat/tidak
teratur/lambat), maka lakukan palpasi uterus
dengan teliti untuk mendeteksi gejala-gejala
dan tanda lingkaran retraksi
patologis/lingkaran Bandl.
Mintalah ibu BAK apabila kandung
kencingnya penuh. Pakailah kateter bila ibu
tidak bisa kencing.

Lanjutan.Proses
4.

5.

6.

Cuci tangan dengan sabun dan air bersih serta keringkan


dengan handuk bersih. Lakukan pemeriksaan dalam. Ingat
selalu tindakan aseptic. Periksa dengan teliti vagina dan
kondisinya. Periksa juga letak janin, pembukaan serviks
dan apakah serviks tipis, sedang atau mengalami edema.
Coba untuk menentukan posisi dan derajat penurunan
kepala. Jika ada kelainan atau bila pembukaan serviks
tetap/lambat maka rencanakan rujukan.
Jika ada tanda dan gejala persalinan macet atau tanda
bahaya pada bayi atau ibu maka ibu di baringkan miring
dan berikan cairan IV sesuai dengan pedoman. Rujuk
segera ke RS. Dampingi ibu untuk menjaga agar keadaan
ibu tetap baik. Jelaskan kepada ibu, suami/keluarganya
mengenai apa yang terjadi dan mengapa ibu perlu dibawa
ke RS.
Jika dicurigai adanya ruptura uteri (his tiba-tiba berhenti
atau syok berat) maka rujuk segera. Berikan antibiotika
dan cairan IV, biasanya diberikan ampicillin 1 gr IM, diikuti
pemberian 500 mg setiap 6 jam IM lalu pemberian per
oral sampai bayi lahir.

LanjutanProses
7.

8.

9.

Bila kondisi ibu / bayi buruk dan pembukaan


serviks sudah/hampir lengkap maka bantu
kelahiran bayi dengan ekstraksi vakum.
Bila keterlambatan terjadi sesudah kepala
lahir (distosia bahu), raba perut ibu dan
periksa apakah bahu sudah berada di bawah
PAP. Jika belum, maka tekan perut ibu dengan
1 tangan dan lihat apakah bahu bayi masuk.
Jika tindakan tersebut tidak menolong maka
lakukan episiotomi dan baringkan ibu miring
ke kiri sebelum mencoba membantu
pemutaran bahu ke posisi yang benar yaitu
kearah anterior-posterior.
Buat pencatatan yang benar.

Standar 19
Persalinan dengan Forsep
Rendah
Tujuan: membantu ibu untuk
mempercepat persalinan pada kala
II lama dengan menggunakan
forsep.
Pernyataan Standar: bidan
mengenali kapan diperlukan
ekstraksi forsep rendah,
menggunakan forsep secara benar
dan menolong persalinan secara
aman bagi ibu dan bayinya.

Syarat:
1. Bidan terampil dalam menolong
kelahiran bayi dengan menggunakan
forsep letak rendah.
2. Tersedianya alat atau bahan yang
diperlukan, yaitu sabun, air bersih,
handuk bersih dan sarun tangan
yang bersih.
3. Tersedianya peralatan forsep yag
steril dan befungsi.
4. Penggunaan partograf atau catatan
persalinan.

Proses:
1.
2.
3.

4.
5.
6.

Pastikan bahwa memang perlu dilakukan


forsep letak rendah
Siapkan peralatan forsep yang sudah
disterilkan.
Mintalah ibu untuk BAK jika kandung
kencingnya penuh. Jika tidak bisa lakukan
kateterisasi dengan teknik aseptic.
Baringkan ibu pada posisi litotomi dan
bersihkan daerah genitalia dengan air bersih.
Cuci tangan dengan sabun, air bersih dan
keringkan dengan handuk bersih.
Periksa semua peralatan apakah berfungsi,
terutama kedua bagian forsep dapat terkunci
dengan baik.

Lanjutan Proses
7.

8.
9.
10.

11.

12.

Dengan teknik aseptic, lakukan pemeriksaan dalam


untuk kemudian memasukkan forsep kiri mengikuti
tangan kiri yang melindungi dinding vagina,
sampai forsep berada di samping kepala bayi.
Masukkan forsep kanan mengikuti tangan kanan
yang melindungi dinding vagina.
Kunci kedua bagian forsep, tanpa paksaan.
Lakukan episiotomi jika perlu (tunggu hingga
kepala meregangkan perineum untuk
melakukannya).
Ketika forsep sudah terkunci, tunggu his berikutnya
lalu selama his berlangsung lakukan traksi ke arah
bawah sampai kepala tampak keluar. Lakukan
traksi kearah atas dengan mantap dan minta ibu
untuk membantu dengan meneran bila ada his.
Lepaskan forsep bila kepala sudah lahir.

Lanjutan Proses
13.

14.

15.

16.
17.

Selama melakukan tindakan, jelaskan kepada


ibu apa yang dilakukannya dengan cara yang
baik dan sopan. Bantu agar tetap tenang dan
minta ibu bernafas seperti biasa.
Lanjutkan untuk melahirkan bayi seperti
biasa, ketika kepala sudah lahir dan forsep
sudah dilepaskan.
Segera setelah bayi lahir, periksa dinding
vagina dengan teliti apakah ada tanda/gejala
perlukaan atau robekan.
Bila ada robekan, jahit dengan alat-alat steril.
Periksa bayi dengan teliti apakah ada
perlukaan atau trauma akibat forsep.

Lanjutan Proses
18.

19.

20.
21.

Periksa ibu apakah sudah bisa BAK


secara normal setelah persalinan dan
periksa apakah tidak terjdi kerusakan
uretra/leher kandung kencing.
Jika ada retensi urin atau tanda dan
gejala terjadinya fistula,maka
masukkan kateter lunak dan kirim
segera ibu ke RS.
Amati adanya hematoma yang timbul
setelah persalinan.
Buat catatan yang lengkap.

Tujuan:

Standar 20
Persalinan dengan
Penggunaan Vakum
Ekstraktor

untuk mempercepat
persalinan pada keadaan tertentu
dengan menggunakan vakum
ekstraktor.
Pernyataan Standar: bidan mengenali
kapan diperlukan ekstraksi vakum,
melakukannya secara benar dalam
memberikan pertolongan persalinan
dengan memastikan keamanannya
bagi ibu dan janin/bayinya.

Syarat:
1. Bidan terlatih dalam pertolongan
persalinan dengan menggunakan
ekstraksi vakum.
2. Tersedianya alat/bahan yang
diperlukan, seperti sabun, air bersih
dan handuk bersih; vakum
ekstraktor, termasuk mangkuknya
yang berfungsi dengan baik.
3. Adanya sarana pencatatan, yaitu
partograf dan catatan persalinan
ibu/kartu ibu.

Proses:
1.
2.

3.
4.
5.

6.

Pastikan bahwa ekstraksi vakum memang perlu


dilakukan
Siapkan semua peralatan dan hubungkan satu
dengan yang lainnya dan pastikan bahwa tabung
vakum terhubung dengan baik dan katup
pengaman berfungsi dengan baik.
Cuci tangan dengan sabun, air bersih dan
keringkan dengan handuk bersih.
Baringkan ibu pada posisi litotomi dan lakukan
pembersihan genitalia dengan air bersih.
Mintalah ibu untuk BAK jika kandung kencingnya
penuh. Jika tidak bisa, lakukan kateterisasi dengan
teknik aseptic.
Dengan teknik aseptic lakukan pemeriksaan
dalam dengan hati-hati untuk mengukur
pembukaan serviks dan menilai apakah ketuban
sudah pecah.

LanjutanProses
7.

8.

9.
10.

11.

12.

Jika pembukaan serviks > 7 cm, letakkan mangkuk yang


tepat ukurannya pada puncak kepala bayi. Periksa agar
mangkuk tidak menjepit serviks/dinding vagina.
Mulailah menghisap sesuai dengan petunjuk
penggunaan alat. Caranya bisa berbeda-beda
tergantung dari jenis vakum ekstraktor. Naikkan tekanan
perlahan-lahan, lalu pastikan mangkuk sudah mantap di
kepala bayi sebelum mulai menarik.
Periksa kembali apakah dinding vagina dan serviks
bebas dari mangkuk penghisap.
Pada his berikutnya, naikkan hisapan lebih lanjut, tapi
jangan sampai melebihi tekanan maksimum yaitu 600
mmHg.
Lakukan tarikan pelan tapi mantap. Jaga tarikan pada
sudut 90 dari mangkuk penghisap. Bila pada tarikan
mangkuk lepas atau belum lahir setelah 15 menit atau
3x tarikan tidak berhasil, segera dirujuk.
Mintalah ibu meneran bila ada his seperti pada
persalinan normal

Lanjutan..Proses
13.

14.

15.
16.

17.

18.

Bila his berhenti, maka tarikan harus di hentikan.


Tunggu sampai ada his lagi dan lakukan lagi
penarikan dengan cara seperti sebelumnya.
Jelaskan dengan hati-hati dan sopan kepada ibu apa
yang dilakukan. Usahakan agar ibu tetap tenang dan
bernafas dengan normal. Ibu membantu dengan
meneran bila ada his.
Bila kepala sudah turun di perineum, lakukan tarikan
kearah horizontal lalu ke atas.
Lakukan episiotomi bila dasar panggul sudah sangat
teregang. Jika perlu, episiotomi hanya dilakukan bila
kepala sudah meregangkan perineum.
Bila kepala sudah lahir, pelan-pelan turunkan tekanan
vakum ekstraktor, lalu lanjutkan dengan pertolongan
persalinan seperti biasa.
Setelah bayi lahir, periksa dengan teliti dinding
vagina terhadap robekan/perlukaan. Gunakan
cahaya lampu yang terang.

Lanjutan.Proses
19.
20.

21.

22.

23.
24.

Jika perlu jahit robekan dengan menggunakan


peralatan dan handscoon steril.
Periksa bayi dengan teliti terhadap luka/trauma
akibat mangkuk penghisap. Jelaskan pada ibu dan
suami /keluarganya bahwa pembengkakan pada
kepala bayi yang ditimbulkan oleh mangkuk
adalah normal dan akan menghilang dalam 12-24
jam.
Perhatikan apakah ibu dapat BAK dengan normal
sesudah melahirkan dan apakah tidak ada
kerusakan pada uretra/leher kandung kencing.
Jika terjadi retensi urin atau tanda dan gejala
terjadi fistula, maka pasang kateter lunak dan
segera rujuk ibu ke RS.
Amati kemungkinan terjadinya hematoma
sesudah persalinan.
Buat pecatatan yang akurat.

Standar 21
Penanganan Retensio
Plasenta
Tujuan: mengenali dan melakukan
tindakan yang tepat ketika terjadi
retensio plasenta total atau parsial.
Pernyataan standar: bidan mampu
mengenali retensio plasenta,dan
memberikan pertolongan
pertama,termasuk plasenta manual
dan penanganan perdarahan,sesuai
dengan kebutuhan.

Syarat:
1.

2.

3.

Bidan telah terlatih dalam :


- Fisiologi dan manajemen aktif kala
III,termasuk penegangan tali pusat
terkendali
- Pengendalian dan penanganan
perdaraha,termasuk pemberian
oksitosika,cairan IV dan plasenta manual
Tersedianya alat atau bahan penting
seperti sabun,air bersih,handuk
bersih,cairan IV,infus set dan sarung
tangan panjang yang steril
Adanya partograf dan catatan persalinan
atau kartu ibu

Proses:
1.

2.

3.

4.
5.

6.
7.

Amati adanya gejala dan tanda retensio


plasenta(perdarahan yang terjadi sebelum plasenta lahir
lengkap,sedangkan uterus tidakberkontraksi,merupakan
salah satu tanda retensio plasenta)
Bila plasenta tidak lahir dalam 30 menit sesudah bayi
lahir,atau bila terjadi perdarahan sementara plasenta
belum lahir,maka berikan oksitosin 10 unit IM.Bisa juga
menggunakan penegangan tali pusat terkendali.
Jika dengan tindakan tersebut plasenta belum lahir dan
tidak ada perdarahan, sementara tempat rujukan tidak
terlalu jauh, bawalah ibu ketempat rujukan tersebut.
Bila terjadi perdarahan,maka plasenta harus segera
dilahirkan secara manual.
Berikan cairan IV : NaCl atau RL secara guyur untuk
mengganti cairan yang hilang dan pertahankan nadi dan
tekanan darah.
Siapkan peralatan untuk melakukan teknik manual
Baringkan ibu terlentang dengan lutut ditekuk dan kedua
kaki ditempat tidur

Lanjutan.Proses
8.
9.
10.

11.

12.
13.

Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan jika


ada berikan diazepam 10mg
Cuci tangan dengan sabun,air bersih dan handuk
bersih,gunakan sarung tangan steril
Masukkan tangan kanan ddengan hati-hati.Jaga agar
jari-jari tetap merapat dan melengkung,mengikuti tali
pusat sampai mencapai plasenta
Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta,letakkan
tangan kiri diatas fundus agar uterus tidak naik. Dengan
tangan kanan yang berada didalam uterus carilah tepi
plasenta terlepas,telapak tangan kanan menghadap
keatas lalu lakukan gerakan mengikis kesamping untuk
melepaskan plasenta dari dinding uterus
Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap,keluarkan
plasenta dengan hati-hati dan perlahan
Bila plasenta sudah lahir,segera lakukan masase
uterusagar terjadi kontraksi dan dan pengeluaran
bekuan darah secara bersamaan

Lanjutan.Proses
14.

15.
16.
17.

18.

Periksa plasenta dan selaputnya.Jika tak


lengkapperiksa lagi cavum uteri dan
keluarkan potongan plasenta yang
tertinggal.
Periksa robekan terhadap vagina.Jahit
robekan,bila perlu.
Bersihkan ibu agar merasa nyaman
Jika ragu plasenta sudah keluar semua
atau jika perdarahan tidak terkendali,maka
rujuk ibu kerumah sakit dengan segera
Buat pencatatan yang akurat

Standar 22
Penanganan Perdarahan Post
Partum Primer
Bidan

mampu mengenali
perdarahan yang berlebihan
dalam 24 jam pertama setelah
persalinan (perdarahan
postpartum primer)
Bidan segera melakukan
pertolongan pertama untuk
mengendalikan perdarahan.

Syarat:
1.

2.

3.
4.

Bidan terlatih dalam menangani


postpartum,termasuk pemberian obat
oksitosika dan cairan IV,kompresi
uterus bimanual dan kompresi aorta
Tersedianya alat atau bahan yang
diperlukan,misalnya,klaim
arteri,benang jahit steril,infus set,cairan
IV,dalam keadaan siap.
Adanya obat oksitosika dan tempat
penyimpananya.
Adanya sarana pencatatan:kartu ibu.

Proses:
1.

2.

Periksa gejala dan tanda perdarahan postpartum


primer,perdarahan dari vagina sesudah bayi lahir yang lebih
dari 500 ml,atau perdarahan seberapapun dengan gejala dan
tanda-tanda syok ,di anggap sebagai perdarahan
postpartum.keadaan ini perlu segera di rujuk ke rumah sakit.
Bila plasenta sudah lahir tapi perdarahan masih
berlangsung,lakukan palpasi fundus.Jika uterus tidak
berkontraksi dengan baik lakukan masase pada uterus agar
terjadi kontraksi dan pengeluaran gumpalan darah.pastikan
bahwa kandung kemih kosong atau minta ibu berkemih jika
kandung kemihnya penuh.jika sulit pasanglah kateter,bila
uterus tidak berkontraksi.lakukan kompresi bimanual.Bila bidan
didampingi oleh tenG kesehatan lain,lakukan pemberian metal
ergometin 0,5 Mg IM dilanjutkan dengan pemasangan infus
ringer laktat yang sudah ditambah oksitosin 10 IU,tetesan
cepat .Bila bidan bekerja sendiri atau tidak didampingi tenaga
kesehatan lain, evaluasi kontraksi uterus dalam 5 menit setelah
dilakukan kompresi bimanual.Bila uterus belum berkontraksi
ajarkan kelurga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna
sambil bidan memberikan injeksi 0,5 Mg metal ergometrin IM,
dilanjutkan dengan pemasangan infus ringer laktat yang sudah
ditambahkan dengan 10 IU oksitosin tetesan cepat.

Lanjutan..Proses
3.

4.
5.
6.
7.

Jika uterus berkontraksi dengan baik,perdarahan


mumngkin berasal dari plasentaatau selaput
ketuban yang tidak lahir secara lengkap.periksa lagi
plasenta dan selaputnya.jika tidak lengkap lakukan
plasenta manual seperti standar 21.bila plasenta
dan selaput ketuban lengkap,perdarahan mumngkin
berasal dari serviks,vagina atau perinium.
Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah
penatalaksanaan di atas ,lakukan rujukan segera.
Monitor nadi,respirasi dan tensi secara
teratur,pasang infus sesuai ketentuan.
Jika terdapat gejala tannda-tanda syok,berikan infus
cairan sesuai ketentuan.
Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi
uterus tidak ada,maka kemungkinan terjadi ruptur
uteri.hal ini juga memerlukan rujukan ke rumah
sakit.

LanjutanProses
8.

9.

10.
11.
12.

Bila kompresi uterus tidak berhasil


,cobalah kompresi aorta.cara ini dilakukan
dalam keadaan darurat,sementara
penyebab perdarahan sedang dicari.
Perkirakan jumlah darah yang keluar dan
cek denyut nadi dengan teratur,respirasi
dan tekanan darah.
Buat catatan yang akurat.
Jika syok tidak dapat di perbaiki,maka
segera rujuk.keterlambatan akan bahaya.
Jika perdarahan berhasil dikendalikan,ibu
harus diobservasi ketatuntuk gejala dan
tanda infeksi

Standar 23
Penanganan Perdarahan Post
Partum Sekunder
Bidan

mampu mengenali secara


tepat dan dini tanda serta gejala
perdarahan postpartum
penyelamatan jiwa ibu dan
sekunder,dan melakukan
pertolongan pertama untuk
merujuknya.

Syarat:
1.

2.
3.
4.

Bidan terlatih dalam memberikan


perawatan nifas,termasuk
pengenalan dan penanganan bila
terjadi postpartum sekunder.
Tersedia alat/bahan saperti
sabun,air bersih,handuk bersih,dll.
Obat oksitosika dan tempat
penyimpanan yang memadai
Adanya pencatatan pelayanan nifas
ibu

Proses:
1.

2.

Periksa gejala dan tanda perdarahan postpartum


sekunder.perdarahan dari vagina atau lokhia
berlebihan pada 24 jam-42 hari sesudah persalinan
dianggap sebagai perdarahan postpartum
sekunder,dan memerlukaan pemerikssan dan
pengobatan segera.
pantau dengan hati-hati ibu yang beresiko
mengalami perdarahan postpartum sekunder paling
sedikit selama 10 hari,Pertama terhadap tandatanda awalnya.ibu yang beresiko adalah ibu yang
mengalami:
- Pengeluaran plasenta dan selaputnya tidak lengkap
- Persalinan lama
- Persalinan dengan komplikasi atau dengan
menggunakan alat
- Terbukanya luka setelah bedah besar
- Terbukanya luka setelah episiotomi

LanjutanProses
3.
4.
5.
6.

7.

8.

9.

Berikan antibiotika,misalnya ampisilin 1 gr peroral


dan metronidazol 500 mg peroral setiap 6 jam.
Bila kondisi ibu memburuk pasang infus dan rujuk .
Jelaskan dengan hati-hati kepada ibu dan
keluarganya tentang apa yang terjadi
Rujuk ibu bersama bayinya dan anggota
keluarganya yg dapat menjadi donor darah ,jika di
perlukan ,ke rumah sakit.
Observasi dan cek tanda-tanda vital secara
teratur,catat dengan teliti dan akurat
perdarahan:kapan mulainya dan berapa banyak
darah yang sudah keluar.
Berikan suplemen zat besi selama 90 hari kepada
ibu yg mengalami perdarahan postpartum
sekunder ini
Buat catatan yang akurat

Standar 24
Penanganan Sepsis
Puerperalis
Bidan

mampu mengenali secara


tepat tanda dan gejala sepsis
puerperalis, serta melakukan
pertolongan pertama atau
merujuknya.

Syarat:
1. Bidan terlatih dalam pelayanan
nifas, termasuk pencegahan,
pengenalan dan penanganan yang
tepat terhadap sepsis puerperalis.
2. Adanya antibiotika.
3. Adanya saran pencatatan
pelayanan nifas atau kartu ibu.

Proses:
1.
2.

3.

.
mengamati tanda atau gejala sepsis
puerperalis, yang bisa di diagnosa dini jika
dua atau lebih keadaan dibawah ini terjadi
sejak ketuban pecah sampai 42 hari setelah
melahirkan:
- nyeri daerah pelvis
- demam 38,5 o C atau lebih
- keluarnya cairan vagina yang abnormal.
- Keluarnya cairan berbau busuk dari vagina
- Lambatnya pengecilan uterus
saat memberikan pelayanan nifas periksa
tanda awal atau gejala infeksi.

Proses
4.

5.

6.

7.

beri penyuluhan kepada ibu, suami, atau


keluarganya agar waspada terhadap tanda atau
gejala infeksi, dan agar segera mencari
pertolongan jika menemukannya.
jika di duga sepsis, perikasa ibu dari kepala sampai
kaki untuk mencari sumber infeksi (mungkin lebih
dari satu sumber infeksi termasuk infeksi kronis)
jika uterus nyeri, pengecilan uterus lambat, atau
terdapat perdarahan pervaginam, rujuklah ibu
segera ke RS dengan infuse terpasang. (ibu perlu
diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya sisa
jaringan placenta).
jika kondosinya gawat dan terdapat tanda atau
gejala septic syok (suhu 38o C atau lebih, bau
busuk dan nyeri perut), dan terjadi dehidrasi dari
cairan IV dan antibiotic sesuai dengan ketentuan.
Rujuk ibu ke RS.

LanjutanProses
8.

9.

10.
11.

jika hanya sepsis ringan, ibu tidak


terlalu lemah dan sulit merujuk, berikan
antibiotic (ex : ampicilin 1 gr per oral,
diikuti 500 mg per oral setiap 6 jam
ditambah metronidazol 500 mg setiap 8
jam selama 5 hari).
pastika bahwa ibu atau bayi dirawat
terpisah atau jauh dari anggota keluarga
lainnya, sampai infeksi teratasi.
cuci tangan dengan seksama sebelum
dan sesudah memriksa ibu atau bayi.
alat-alat yang dipakai ibu jangan dipakai
untuk keperluan lain. Terutama untuk
ibu nifas atau bayi lain.

LanjutanProses
12.

13.

14.

15.
16.

beri nasihat kepada ibu tentang pentingnya


kebersihan diri, penggunaan pembalut steril dan
membuangnya dengan hati-hati (sebaiknya
dibakar). Jika tidak ada pembalut steril maka dapat
digunakan kain yang tela dijemur sampai kering.
tekankan pada anggota keluarga tentang
pentingnya istirahat, gizi baik dan banyak minum
bagi ibu.
memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI.
(namun demikian bayi mungkin memerlukan
pemberian ASI lebih sering agar kebutuhan gizinya
terpenuhi).
lakukan semua pencatatan dengan seksama.
amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya
tidak membaik dalam 24 jam segera rujuk ke RS.

Standar 25
Penanganan Asfeksia
Neonatorum
Bidan mampu mengenali dengan
tepat bayi baru lahir dengan
asfiksia, serta melakukan
resusitasi secepatnya ;
mengusahakan bantuan medis
yang diperlukan dan memberikan
perawatan lanjutan.

Syarat:
1.

2.
3.

4.
5.

Bidan terlatih untuk :


- Memulai pernafasan pada bayi baru lahir
- Menggunakan skor APGAR
- Resusitasi pada bayi baru lahir
Tersedia ruang hangat yang bebas asap
untuk ruang persalinan
Tersedia alat/bahan yang diperlukan, seperti
sabun, air bersih, handuk bersih untuk cuci
tangan, handuk hangat atau kain lembut
untuk mengeringkan bayi, penghisap lender,
jam dan thermometer dalam keadaan baik
Tersedia alat resusitasi dalam keadaan baik
Adanya sarana pencatatan atau kartu ibu

Proses:
1.

2.

3.

Melakukan tindakan resusitasi secepatnya


jika bayi lahir tidak menangis, atau
lemah/tidak ada tanda-tanda pernafasan
atau skor APGAR 7 atau kurang.
Segera keringkan bayi dengan handuk
hangat atau kain kering. Keringkan kepala
dan wajah secara hati-hati. (pengeringan
mungkin merangsang bayi untuk bernafas,
tapi yang lebih penting adalah bahwa
pengeringan dapat mencegah kehilangan
panas melalaui penguapan).
Bersihkan jalan nafas dengan hati-hati,
gunakan penghisap lendir untuk
membersihkan jalan nafas.

LanjutanProses
4.

5.

6.

Jika belum bernafas baringkan bayi telentang


pada permukaan datar, lehernya diganjal kain
atau handuk yang digulung. (pastikan bahwa
bayi tetap terselimuti dan lingkungannya
hangat untuk menghindari hipotermia)
Bersihkan saluran nafas kembali dengan
penghisap lendir dan berikan bantuan
pernafasan dengan Ambu bag dan masker. Bila
tak tersedia alat tersebut, lakukan bantuan
pernafasan dari mulut ke mulut dan hidung.
(penelitian menunjukkan 8-10 nafas per menit
cukup untuk menjaga oksigenasi)
Jika tetap tidak ada perbaikan dalam 5 menit,
segera rujuk.

LanjutanProses
7.

8.

9.

Periksa nadi, jika tidak teraba, lakukan


resusitasi cardio-pulmoner dengan
perbandingan 3 tekanan dan 1 nafas.
Lanjutkan sampai bayi bernafas spontan atau
selama 30 mennit.
Lakukan tekanan pada jantung dengan cara
meletakkan kedua jari tepat dibawah garis
putting bayi, ditengah dada (di prosessus
xipoideus). Dengan jari-jari lurus tekan dada
sedalam 1-1.5 cm, dengan kecepatan sekitar
100-120 denyut per menit.
Lanjutkan resusitasi cardio-pulmoner sampai
tiba ditempat rujukan, atau sampai keadaan
bayi membaik, atau selama 30 menit.
(membaiknya bayi ditandai dengan warna
merah muda, menangis atau bernafas spontan)

LanjutanProses
10.

11.

12.

13.

Setelah bayi bernafas normal, periksa suhu. Jika di


bawah 36o C, atau punggung sangat dingin, lakukan
penghangatan yang memadai, ikuti standar 13.
(penelitian menunjukkan, bahwa jika tidak terdapat alatalat, kontak kulit ibu-bayi akan sangat membantu
menghangatkan bayi. Hal ini dilakukan dengan
mendekapkan bayi kepada ibunya rapat ke dada, agar
kulit ibu bersentuhan dengan kulit bayi lalu selimuti ibu
yang sedang mendekap bayinya)
Perhatikan warna kulit bayi, pernafasan dan nadi bayi
selama 2 jam. Jika kondisinya memburuk, rujuk ke
fasilitas rujukan terdekat dengan tetap melakukan
penghangatan.
Pada bayi yang memerlukan resusitasi, perhatikan
tanda/gejala yang mungkin timbul sebagai akibat buruk.
Biasanya terjadi dalam 1 minggu, dan dapat berupa
kejang.
Anjurkan ibu, suami/keluarga agar memperhatikan
bayinya dengan baik-baik. Jika ada tanda-tanda sakit
atau kejang, bayi harus segera dirujuk ke RS.

Anda mungkin juga menyukai