Anda di halaman 1dari 22

COMMUNITY DEVELOPMENT

SEBAGAI DASAR PELAKSANAAN


OTONOMI DAERAH
Agus Sjafari

PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan suatu bangsa adalah
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
secara terencana, gradual, bertahap,
komprehensif, holistik, sistematik,
bertanggungjawab dan berkelanjutan
dengan melibatkan peran serta seluruh
elemen warga bangsa dimaksud.

lanjutan

Sinergitas yang tinggi antara pemerintah, sektor


privat dan masyarakat menjadi daktor kunci
keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan
suatu bangsa pada zamannya.
Era otonomi daerah sekarang ini, tentunya
menjadi momentum pemberdayaan masyarakat
lokal, yang mana selama masa era senteralisasi
ternyata belum menciptakan masyarakat daerah
yang lebih berdaya.

lanjutan

Otonomi daerah saat ini sangat menjamin


masyarakat di daerah untuk memberdayakan
dirinya. Masyarakat di daerah sangat mengerti,
memahami dan merasakan kebutuhan lokal yang
diinginkan.
Dengan demikian, mulai dari proses formulasi
kebijakan, tahap implementasi kebijakan, sampai
dengan tahap evaluasi kebijakan pembangunan di
daerah sangatlah ditentukan oleh sejauhmana
masyarakat di daerah tersebut.

lanjutan

Kekayaan sumber daya alam yang ada di daerah bukan


merupakan faktor utama keberhasilan pelaksanaan
otonomi daerah. Faktor utama tersebut tidak lain adalah
keberdayaan sumber daya manusianya.
Melalui keberdayaan masyarakat di daerah, masyarakat
sangat mengetahui kemana pembangunan daerah itu
akan diarahkan, serta masyarakat juga tahu bagaimana
melaksanakan dan mencapai tujuan pembangunan
daerahnya tersebut.

lanjutan

Dengan demikian dalam praktek otonomi daerah, pada


dasarnya tidak hanya dikaitkan kepada pembangunan yang
ada di daerah, melainkan bahwa praktek otonomi daerah
lebih ditekankan kepada pembangunan masyarakat di daerah.
Artinya bahwa otonomi daerah lebih memberikan
kesempatan kepada masyarakat, untuk peduli, tumbuh,
berkembang serta hidup dengan lebih baik di daerahnya.
Dari beberapa penjelasan di atas, maka dalam tulisan ini
rumusan masalah yang akan ditampilkan adalah:
Bagaimanakah model community development dalam
menunjang keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah ?.

MODEL PEMBANGUNAN
MASYARAKAT/KOMUNITAS
Pembangunan masyarakat dalam menunjang
keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah sangat
ditentukan oleh sejauhmana efektivitas model
pembangunan masyarakat tersebut terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Dalam melihat proses pembangunan masyarakat
terdapat beberapa model, salah satu model
pembangunan masyarakat yang digunakan sebagai
alat analisis dalam tulisan ini adalah model
konseptual.

lanjutan

Menurut Ndraha (1990 : 99) bahwa model konseptual


menggambarkan pembangunan masyarakat menurut konsep
strukturalnya. Secara lebih tegas, model konseptual dalam
pembangunan masyarakat dapat dilihat dari gambar di bawah ini :

Penjelasan :

Berdasarkan gambar dalam model di atas, sangatlah


jelas bahwa antara peranan pemerintah dan partisipasi
masyarakat memiliki porsi yang sangat besar dalam
membangun masyarakat yang ideal.
Partisipasi yang dimaksud dalam tulisan ini ialah
partisipasi vertikal dan horisontal masyarakat. Disebut
partisipasi vertikal karena bisa terjadi dalam kondisi
tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian
dalam suatu program pihak lain, dalamm hubungan
mana masyarakat berada pada posisi sebagai bawahan,
pengikut, atau klien (Dawam Rahardjo, 1983 : 78).

Lanjutan

Disebut sebagai partisipasi horisontal, karena pada


suatu saat tidak mustahil masyarakat mempunyai
kemempuan untuk berprakarsa, dimana setiap
anggota/kelompok masyarakat berpartisipasi
horisontal satu dengan yang lain, baik dalam
melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka
melakukan kegiatan dengan pihak lain. Tentu saja
partisipasi seperti ini merupakan suatu tanda
permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu
berkembang secara mandiri.

lanjutan

Secara lebih rinci, peranan pemerintah dalam pembangunan


masyarakat memposisikan diri sebagai policy maker,
stabilisator, mediator, regulator, evaluator dari semua
kegiatan pembangunan masyarakat yang dilakukan.
Menurut Ndraha (1990 : 103), bentk (tahap) partisipasi
masyarakat antara lain:
Partisipasi dalam/melalui kontak dengan pihak lain (contact
change) sebagai salah satu titik awal perubahan sosial.
Partisipasi dalam memperhatikan/menyerap dan memberi
tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima
(mentaati, memenuhi, melaksanakan), mengiakan,
menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya.

lanjutan

Partisipasi dalam perncanaan pembangunan, termasuk


pengambilan keputusan (penetapan rencana). Perasaan
terlibat dalam perencanaan perlu ditumbuhkan sedini
mungkin di dalam masyarakat.
Partisipasi dalam melaksanakan operasional pembangunan.
Partisipasi dalam menerima, memelihara dalam
mengembangkan hasil pembangunan atau dikenal dengan
participation in benefits.
Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan
masyarakat dalam menilai sejauhmana pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan rencana dan sejauhmana
hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

lanjutan

Beberapa bentuk partisipasi masyarakat


tersebut, tentunya merupakan modal
masyarakat (social capital) yang sangat
berharga di dalam menjamin keberhasilan
sebuah proyek otonomi. Adanya kombinasi
peran yang saling menopang antara peranan
pemerintah dengan partisipasi masyarakat
akan memberikan nilai tambah (added
value) dalam pembangunan daerah tersebut.

Terdapat beberapa tahapan dalam


pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari 3
(tiga) tahapan yaitu:
TAHAP
POLITIK

TAHAP
ORGANISASI

TAHAP SDM
INDIVIDUAL

Penjelasan :

Tahapan Politik
Yaitu pemberdayaan secara perlahan melekat
sebagai mekanisme bantuan diri untuk manusia
lain Mechanism of self help for people.
Ketergantungan pada orang lain secara perlahan
diganti dengan ketergantungan pada diri sendiri
secara nasional, dalam sistem ekonomi,
pendidikan, kebudayaan, efisiensi, dan efektivitas,
sumber daya dan persaingan.

lanjutan

Tahapan Organisasi
Yaitu konsep modern yang
mendorong organisasi, seperti
total quality management,
habitual improvement,
performance management, self
directed team work, internal
customers, competance
management etc. Banyak faktor
pemberdayaan dan
ketidakberdayaan tergantung
pada nilai-nilai, perilaku,
sistem, prosedur dan budaya
organisasi.

Tahapan Sumber Daya


Manusia Individual
Pada tingkat atau tahapan
individual, perubahan dari
sumber daya manusia yang
sebelumnya kurang percaya
diri selalu penurut dan
patuh serta dikendalikan
oleh kekuasaan,
keterampilan, status dan
bayangan pribadi,
meningkat kepada hal-hal
dan imbalan yang lebih
besar.

OTONOMI DAERAH = OTONOMI


MASYARAKAT
Problematika pembangunan nasional dan pembangunan daerah
di Indonesia selama ini adalah terkait dengan implementasi
otonomi itu sendiri. Khusus di Indonesia, otonomi
pembangunan selama ini lebih melekat pada diri pemerintah
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Maksudnya adalah bahwa mulai dari kehendak, keinginan,
perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi dari proses
pembangunan. Artunya bahwa inisiatif pembangunan selalu
berasal dari pemerintah.
Penerapan dari model tersebut, akhirnya diterjemahkan dengan
pola pembangunan yang senteralistis. Top down, terpusat dan
sebagainya yang intinya muaranya berada di tangan
pemerintah.

Bagaimanakah dengan otonomi daerah


yang ideal sekarang?.
Implementasi otonomi daerah yang sekarang sedang
berlangsung, tetap harus dikritisi serta perlu direkonstruksi
dalam implementasi. Apabila inisiatif pembangunan tetap
bermuara pada pemerintah, maka hasil pembangunannya
dapat disimpulkan akan mampu memberdayakan masyarakat.
Hal tersebut pada dasarnya tidak memiliki perbedaan yang
signifikan dengan model-model pembangunan yang
sebelumnya. Dalam konsep pembangunan masyarakat,
penekanannya adalah bagaimana inisiatif pembangunan
tersebut berada pada masyarakat mulai dari perencanaan,
pelaksanaan maupun evaluasi dari pembangunan itu sendiri.

lanjutan

Dari konsep tersebut, sangatlah jelas bahwa kebijakan dan


perencanaan terhadap pembangunan atau perubahan
struktur dan kelembagaan masyarakat harus memberikan
akses terhadap sumber daya sumber daya serta
kesempatan berpartisipasi dari masyarakat setempat.
Dalam praktek otonomi daerah, prinsip dasar
pemberdayaan masyarakat di daerah perlu mendapatkan
penekanan yang maksimal. Guna memaksimalkan
pemberdayaan masyarakat di daerah tersebut sangatlah
diperlukan adanya mediator, motivator, bagi partisipasi
masyarakat.

Secara lebih gamblang bahwa penerapan pembangunan


melalui otonomi daerah sangatlah menekankan kepada
kerjasama tiga pilar utama dalam pembangunan yaitu : 1)
peranan pemerintah; 2) peranan swasta; dan 3) partisipasi
masyarakat.

PERAN
PEMERINTAH

PERAN
SWASTA

PARTISIPASI
MASYARAKAT

Penjelasan:
Peranan pemerintah, dalam hal ini pemerintah daerah berfungsi
sebagai fasilitator, regulator, mediator yang mampu membuat
rule of the game yang demokratis yang mampu menjamin dan
memberikan peluang bagi keterlibatan masyarakat dan swasta di
daerah.
Peran swasta adalah lebih memposisikan diri sebagai fungsi
supporting dalam bentuk investasi pembangunan. Pihak swasta
dapat menyediakan sumber-sumber keuangan serta tenagatenaga expert dalam menunjang pembangunan di daerah.
Masyarakat sebagai inisiator pembangunan di daerah, sangatlah
dituntut untuk memberdayakan dirinya melalui penguatan
kelembagaan yang mampu mendesign, terlibat aktif dalam
pembangunan, serta mengevaluasi hasil-hasil yang dicapai dari
pembangunan di daerah.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai