Anda di halaman 1dari 34

SKENARIO B BLOK 27

Kelompok L9
Tutor: dr. Debby, M.Kes

ANGGOTA KELOMPOK:
Thifah Ariqonitah SR (04121001029)
Tuti Syarach Dita

(04121001032)
Ekki Kurnia Genio (04121001040)
Dessy Carmelia N (04121001042)
Dhita Amanda (04121001046)
Laksmita Chandra D (04121001047)
Eva Fitria Zumna (04121001048)
Mutia Agustria (04121001050)
Adinda Triandari A (04121001056)
Shabrina Yunita A (04121001079)
Gregorius Abram N(04121001096)
Wahyu Arfina Juwita (04121001099)
Mohammad Fadhiel (04121001100)
Christian Sianipar (04121001103)
Nelvin Raesandra (04121001145)

SKENARIO B
Satu jam sebelum masuk RS, Bujang 20 tahun dianiaya
oleh tetangganya dengan menggunakan sepotong kayu.
Bujang pingsan kurang lebih 5 menit, kemudian sadar
kembali dan melaporkan kejadian ini ke kantor polisi
terdekat. Polisi mengantar Bujang ke RSUD untuk
dibuatkan visum et repertum, di RSUD Bujang mengeluh
luka dan memar di kepala sebelah kanan disertai nyeri
kepala hebat dan muntah.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan:
RR: 28x/menit, Tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi:
50x/menit, GCS: E4 M6 V5, pupil isokor, refleks cahaya:
pupil kanan reaktif, pupil kiri reaktif.
Regio orbita: dekstra et sinistra tampak hematom, subconjungtival bleeding (-)
Regio temporal dekstra: tampak luka ukuran 6x1 cm, tepi
tidak rata, sudut tumpul dengan dasar fraktur tulang.

Tak lama setelah selesai dilakukan pemeriksaan,


tiba-tiba pasien tidak sadarkan diri. Dari hasil
pemeriksaan pada saat terjadi penurunan kesadaran
didapatkan:
Pasien ngorok, RR 24x/menit, Nadi 50x/menit,
tekanan darah 140/90 mmHg, pasien membuka mata
dengan rangsang nyeri, melokalisir nyeri, dan
mengerang dalam bentuk kata-kata. Pupil anisokor
dekstra, refleks cahaya pupil kanan negatif, refleks
cahaya pupil kiri reaktif/normal. Pada saat itu Anda
merupakan dokter jaga UGD di RSUD tersebut dibantu
oleh 3 orang perawat.

Analisis Masalah
1. Satu jam sebelum masuk RS, Bujang 20 tahun dianiaya
oleh tetangganya dengan menggunakan sepotong kayu.
Bujang pingsan kurang lebih 5 menit, kemudian sadar
kembali dan melaporkan kejadian ini ke kantor polisi
terdekat. Di RSUD Bujang mengeluh luka dan memar di
kepala sebelah kanan disertai nyeri kepala hebat dan
muntah.
a. Apa definisi dari penganiayaan?
Menurut Jurisprudensi pengadilan maka yang dinamakan
penganiayaan adalah :
(1) Sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan)
(2) Menyebabkan rasa sakit
(3) Menyebabkan luka-luka.
Menurut
Poerwodarminto
penganiayaan
adalah
perlakuan
sewenang-wenang dalam rangka menyiksa atau menindas orang
lain.
Menurut Wirjono Projodikoro, penganiayaan adalah dengan
sengaja bahwa ini berarti berbuat sesuatu dengan tujuan untuk
mengakibatkan rasa sakit.

b. Apa klasifikasi dari penganiayaan?


Berdasarkan Buku II KUHP Bab XX yang mengatur tentang
tindak pidana penganiayaan yaitu mulai dari Pasal 351
sampai dengan Pasal 358 KUHP, maka jenis penganiayaan
dapat diklasifikasikan atas 5 (lima) jenis yaitu:
a. Penganiayaan biasa
b. Penganiayaan ringan
c. Penganiayaan yang direncanakan terlebih dahulu
d. Penganiayaan berat
e. Penganiayaan berat yang direncanakan terlebih dahulu

c. Bagaimana anatomi kepala

d. Apa saja jenis trauma yang mungkin terjadi pada Bujang?


Trauma tumpul
e. Mengapa Bujang pingsan setelah dianiaya?
Trauma tumpul langsung ke kepala goncangan pada batang
otak - pons turun, arteri basilaris meregang perfusi ke
asending reticulo activation sistem (ARAS) terganggu pasien
tidak sadar sesaat setelah kejadian.
f. Mengapa Bujang sadar kembali setelah 5 menit? Apa
mekanisme yang terjadi?
Trauma tumpul temporal fraktur pada os. Temporal ruptur
a.meningeamedia hematoma epidural tekanan intrakranial
meningkat mendadak gangguan aliran darah ke otak
Bujang pingsan beberapa saat ( 5menit) terjadi
mekanisme kompensasi intrakranial dengan cara membuang CSF
dan darah vena keluar dari ruang intrakranial dengan volume
yang sama TIK menurun ke keadaan normal Bujang sadar
kembali

g. Apa saja jenis trauma kepala?


1. Mekanisme cedera kepala
- Trauma tumpul
- Trauma tembus
2. Berat cedera
Cedera Kepala Ringan (CKR) : GCS 13-15
Cedera Kepala Sedang (CKS)
: GCS 9-12
- Cedera Kepala Berat (CKB) : GCS 3-8

3. Morfologi cedera kepala


a. Fraktur kranium.
- Fraktur kalvaria
- Fraktur dasar tengkorak
b. Lesi intrakranium.
digolongkan menjadi :
Lesi fokal : Perdarahan epidural
Perdarahan subdural
Perdaraha intraserebral
Lesi difus : Komosio ringan
Komosio klasik
Cedera akson difus

h. Bagaimana mekanisme dan makna klinis dari:


Luka dan memar di kepala
Trauma kerusakan jaringan subkutan pecah pembuluh darah
kapiler darah meresap ke jaringan sekitar bengkak dan berwarna
kebiruan.
Luka memar pada otak terjadi apabila otak menekan tengkorak Jika
pembengkakan cukup besar dapat mengubah tingkat kesadaran.
Nyeri kepala
Fraktur di os temporal dextra ruptur a. meningea media epidural
hematom darah di dalam arteri memiliki tekanan lebih tinggi
sehingga lebih cepat memancar setelah hematom bertambah besar
terlihat tanda pendesakan dan peningkatan TIK penderita akan
mengalami sakit kepala
Muntah

Peningkatan tekanan intrakranial penurunan perfusi ke otak


memperberat iskemik mengeluarkan substansi-substansi
seperti bradikinin, serotonin, fosfolipid yang menstimulasi
chemoreceptor trigger zone di medulla oblongata muntah

2. Polisi mengantar Bujang ke RSUD untuk dibuatkan


visum et repertum.
a. Apa saja syarat pembuatan visum et repertum
Pihak yang berhak meminta Ver:
- Penyidik, sesuai dengan pasal I ayat 1, yaitu pihak kepolisian
yang diangkat negara untuk menjalankan undang-undang.
- Di wilayah sendiri, kecuali ada permintaan dari Pemda Tk II.
- Tidak dibenarkan meminta visum pada perkara yang telah
lewat.
- Pada mayat harus diberi label, sesuai KUHP 133 ayat C.
Syarat pembuat:
- Harus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi
dan mulut)
- Di wilayah sendiri
- Memiliki SIP
- Kesehatan baik

Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang


meminta dokter untuk membuat VeR korban hidup, yaitu:
- Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
- Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak
boleh dititip melalui korban atau keluarganya. Juga tidak
boleh melalui jasa pos.
- Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk
rahasia jabatan dokter.
- Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter.
- Ada identitas korban.
- Ada identitas pemintanya.
- Mencantumkan tanggal permintaan.
- Korban diantar oleh polisi atau jaksa

b. Bagaimana cara pembuatan visum et repertum?


Bagian-bagian visum et repertum
1. Pro justisia
2. Pendahuluan
3. Pemberitaan
4. Kesimpulan
5. Penutup
c. Apa saja jenis visum et repertum
Visum et repertum terdiri dari beberapa jenis, antara
lain :
1. Visum untuk korban hidup: Visum seketika, visum
sementara, visum lanjutan.
2. Visum jenazah: Visum dengan pemeriksaan luar,
Visum dengan pemeriksaan luar dan dalam.

3. Dari hasil pemeriksaan didapatkan:


RR: 28x/menit, Tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi:
50x/menit, GCS: E4 M6 V5, pupil isokor, refleks
cahaya: pupil kanan reaktif, pupil kiri reaktif.
Regio orbita: dekstra et sinistra tampak hematom,
sub-conjungtival bleeding (-)
Regio temporal dekstra: tampak luka ukuran 6x1
cm, tepi tidak rata, sudut tumpul dengan dasar
fraktur tulang.
Regio nasal: tampak darah segar mengalir dari
kedua lubang hidung.
Pasien tampak mulai mengantuk saat pemeriksaan
dilakukan

a. Bagaimana mekanisme dan interpretasi dari


pemeriksaan fisik?

epidural hipoksia jaringan setempat


membutuhkan perfusi yang lebih baikkompensasi
terjadi peningkatan laju pernapasan RR meningkat.
Hematom semakin mendesak peningkatan tekanan
intrakranial
peningkatan
tekanan
darah
untuk
mempertahankan tekanan perfusi otak.
Fraktur basis kranii Hematom dextra et sinistra di
region orbita (raccoon eye)
Subconjugtival bleeding (-) Arah trauma bukan dari
depan
Regio temporal dextra : tampak luka ukuran 6x1 cm, tepi
tidak rata, sudut tumpul dengan dasar fraktur tulang
terdapat trauma tumpul
Regio nasal: tampak darah segar mengalir dari kedua
lubang hidung merupakan salah satu tanda dari fraktur
basis kranii.
Perdarahan

4. Tak lama setelah selesai dilakukan pemeriksaan,


tiba-tiba pasien tidak sadarkan diri. Dari hasil
pemeriksaan pada saat terjadi penurunan kesadaran
didapatkan:
Pasien ngorok, RR 24x/menit, Nadi 50x/menit,
tekanan darah 140/90 mmHg, penurunan GCS (E2,
M5, V3) disertai tanda herniasi atau lateralisasi
(pupil anisokor dekstra <kanan lebih besar dari
kiri>, refleks cahaya pupil kanan negatif, refleks
cahaya pupil kiri reaktif/normal), pasien membuka
mata dengan rangsang nyeri, melokalisir nyeri, dan
mengerang dalam bentuk kata-kata.

a. Bagaimana mekanisme dan interpretasi dari


pemeriksaan fisik saat Bujang tidak sadar?

b. Kenapa Bujang mulai mengantuk dan tidak


sadarkan diri sesaat setelah dilakukan pemeriksaan
fisik?
Trauma kepala frakturpecahnya arteri meningea media
di antara duramater dan tengkorak pembentukan
hematoma di epidural TIK kompresi lobus temporalis
ke arah bawah dan dalam herniasi uncus melalui incisura
tentorii menekan batang otak (ARAS) penurunan
kesadaran (pingsan) kembali

EPIDURAL HEMATOMA
DD
1. Hematoma epidural
2. Hematoma subdural
3. Hematoma subarachnoid

(1)

(2)

(3)

WD
1. Anamnesis
Kronologis kejadian
Kesadaran pasien
Luka luka, muntah, kejang.
2. Pemeriksaan fisik umum
KU: kesadaran, nadi, TD, RR, Temp.

3. Pemeriksaan Neurologis
- Tanda perangsangan meningens tes kaku kuduk
- Perangsangan terhadap sel saraf motorik dan sarah
sensorik (nervus kranialis). Saraf yang diperiksa yaitu
saraf 1 sampai saraf 12.
- Pemeriksaan radiologis, yang berupa :
Foto Rontgen polos
Compute Tomografik Scan (CT-Scan)
MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Definisi
Perdarahan yang terjadi di rongga epidural
Etiologi
Trauma seringnya berupa benturan tumpul pada kepala
akibat serangan, terjatuh, atau kecelakan lain; trauma
akselerasi-deselerasi dan gaya melintang.
Patofisiologi
Robekan a. Meningea Media hematoma area temporalis
menekan lobus temporalis herniasi unkus pada
sirkulasi arteria ke farmasio retikularis medulla oblongata
hilang kesadaran dan dilatasi pupil serta gejala lainnya.

Manifestasi klinis
1. Bukti eksternal cedera kepala seperti laserasi kulit
kepala,CEPHALOHEMATOMA, atau kontusio.
2. Kesadaran: mungkin tidak kehilangan kesadaran,
kehilangan kesadaran singkat, atau kehilangan
kesadaran berkepanjangan.
3. Interval LUCID klasik muncul pada 20-50% pasien
dengan perdarahan epidural. Interval LUCID yang
bergantung pada luasnya cedera, merupakan kunci
untuk menegakkan diagnosa perdarahan epidural.
4. TriasCUSHINGklasik melibatkan hipertensi sistemik,
bradikardia, dan depresi pernafasan. Respon ini biasanya
muncul ketika perfusi serebral, terutama sekali batang
otak, dikompromi oleh peningkatan tekanan intra
kranial.

Tatalaksana di Rumah Sakit: ABCDE


Re-evaluasi: - DCS
- Adakah lateralisasi
- Bagaimana refleks pupil
Luka Kepala: Bersihkan dan hentikan perdarahan
Epistaksis: 1. Posisi pasien berbaring dengan diberi bantal
pada punggung
2. Mencari sumber perdarahan dengan bantuan
alat penghisap untuk
membersihkan hidung dari
bekuan darah.
3. Pemasangan tampon yang telah dibasahi
adrenalin 1/10.000 dan
lidocain atau pantocain 2%,
dimasukkan ke dalam rongga hidung.
4. Menekan hidung dari luar selama 10-15 menit;
jika tidak berhasil
5. Jika ada syok akibat epistaksis, maka diberikan
resusitasi cairan atau
transfusi.

Peningkatan Tekanan Intrakranial


Posisikan pasien dengan posisi kepala 30o
Untuk membantu menurunkan tekanan intrakranial,
berikan Mannitol 20% (untuk menyerap) dengan dosis
awal 0,25 - 1 gr/kgBB, berikan dalam waktu - 1jam,
drip cepat, dilanjutkan pemberian dengan dosis 0,5
gr/kgBBcepat, - 1 jam setelah 12 jam dan 24 jam dari
pemberian pertama. Furosemid (untuk mengeluarkan) 0,3
- 0,5 gr/kgBB melalui intravena.
Pasien segera dibawa untuk CT Scan untuk mengetahui
lesi penyebab.
Hematoma: Rujuk ke bagian bedah saraf

Komplikasi
Edema serebri
Kompresi batang otak meninggal
Koma
Defisit neurologis
Prognosis
Quo ad Vitam

: dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam : dubia ad malam
SKDI : 2

KESIMPULAN
Bujang, laki-laki umur 20 tahun mengalami perdarahan
epidural dan fraktur basis cranii et causa trauma
kepala.

KERANGKA KONSEP

Anda mungkin juga menyukai