Anda di halaman 1dari 25

Jurnal

BEBAN GLOBAL POTENSI KERUGIAN


PRODUKTIVITAS DARI PRESBIOPIA TAK
TERKOREKSI
Disusun oleh : Febry Setiawan
PEMBIMBING : dr. Hj. Hasmeinah, Sp.M

Tujuan

Presbiopia adalah gangguan penglihatan jarak dekat yang umum


diantara dewasa tua.
Presbiopia ini dapat dibagi menjadi 2 jenis:
presbiopia fungsional dan presbiopia objektif. Presbiopia fungsional
menggambarkan situasi dimana seseorang memiliki visi <N8 di dekat
(yaitu, tajam penglihatan <6/18 ) yang dapat dikembalikan ke N8 dengan
tambahan lensa dekat, tapi tidak termasuk miopia moderat yang bisa
membaca tanpa bantuan kacamata.
Presbiopia objektif terjadi ketika seseorang sepenuhnya dikoreksi untuk
penglihatan jauh tetapi pengurangan akomodasi telah mengakibatkan
penglihatan dekat <N8.
Di presbiopia objektif, penglihatan dekat dapat ditingkatkan ke N8 dengan
tambahan lensa dekat dan itu termasuk miopia.

Mengingat kesulitan orang dengan presbiopia dalam membaca


dan kegiatan penglihatan jarak dekat lainnya, presbiopia
berhubungan dengan dampak negatif dalam kualitas hidup pada
populasi Amerika Serikat meskipun dikoreksi.
Selain membaca presbiopia berhubungan dengan dampak
negatif dalam kualitas hidup dan fungsi penglihatan; kesulitan
dalam beraktivitas, di tanzania dan cina dan warga fiji

Meskipun dampak negatif dari presbiopia dapat diminimalkan melalui


koreksi relatif murah dengan kacamata, tingkat koreksi diperkirakan
berkisar 96% di Eropa dan hanya 6% di Afrika.
Dengan demikian, presbiopia yang tak terkoreksi maupun underkoreksi
dapat menghambat perkembangan ekonomi baik melalui hilangnya
produktivitas dewasa sehat maupun hambatan untuk peningkatan melek
huruf pada negara-negara berkembang.

Sebuah penelitian tentang potensi kerugian produktivitas global karena


gangguan refraksi tak terkoreksi maupun underkoreksi diperkirakan
mencapai US $ 202 miliar; Namun, perkiraan ini tidak termasuk
potensi kerugian produktivitas yang terkait dengan presbiopia karena
tidak adanya data.
Sejak saat itu, perkiraan prevalensi presbiopia secara global telah
diterbitkan, dan penelitian Global Burden of Disease (GBD) telah
menghasilkan bobot kecacatan untuk gangguan penglihatan dekat
untuk pertama kalinya. Dengan menggunakan data baru ini, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memperkirakan beban global potensi
kerugian produktivitas yang terkait dengan presbiopia

METODE

Prevalensi presbiopia dan usia onset diperkirakan untuk masingmasing negara anggota PBB atas dasar perkiraan regional dan
dikombinasikan dengan perkiraan populasi usia tertentu bersumber dari
Biro Sensus Amerika Serikat untuk memperkirakan jumlah kasus
presbiopia.

Jumlah kasus tanpa koreksi yang adekuat di setiap negara


dikalkulasikan berdasarkan perkiraan proporsi tak terkoreksi dan
underkoreksi di setiap daerah.

Karena penelitian tentang beban gangguan penglihatan jarak jauh tak


terkoreksi sebelumnya menggunakan populasi usia kerja hanya
termasuk usia 16 sampai 50 tahun, kami juga menghitung beban
presbiopia pada bagian populasi ini.
Kami memperkirakan jumlah kasus presbiopia yang tak terkoreksi
maupun underkoreksi di masing-masing negara dianta populasi usia
kerja untuk populasi hingga usia 50 tahun dan usia 65 tahun. Jumlah
kasus usia kerja dikalikan dengan tingkat partisipasi tenaga kerja,
tingkat kerja, bertanya kecacatan, dan produk domestik bruto per kapita
untuk memperkirakan potensi kerugian kerugian PDB karena
presbiopia. Untuk memperkirakan potensi penurunan dalam kerugian
pada GDP sebagai hasil koreksi total, kami berasumsi tingkat koreksi
maksimum koreksi adalah 96% pada populasi presbiopia, yang
merupakan tingkat perkiraan Eropa.

Perkiraan tingkat partisipasi tenaga kerja untuk populasi berusia 15 tahun


Untuk 17 negara yang tidak termasuk dalam pusat data ini, kami mengganti
dengan data perkiraan tenaga kerja terbaru dari CIA untuk 15 negara, tingkat
untuk Sudan untuk Sudan Selatan, dan populasi sensus dan tenga kerja dari
Biro Statistik Nauru untuk Nauru. Data sensus populasi untuk penyebut dalam
penghitungan ini berasal dari Statistik Nieu.
Tingkat lapangan pekerjaan dihitung berdasarkan tingkat pengangguran yang
diterbitkan oleh CIA pada tahun 2011. Pada negara yang tidak menerbitkannya
pada tahun 2011, digunakan rata-rata wilayah WHO yang berlaku.
Data PDB perkapita pada tahun 2011 (Dolar AS saat ini) berasal dari bank
dunia. Ketika bilangan data 2011 tidak ditemukan, maka digunakan angka
PDB total tahun 2011 dari Divisi Statistik WHO, dibagi perkiraan populasi
tahun 2011.

Rumus yang digunakan untuk menghitung total kerugian


produktivitas adalah
TPL = TC x populasi x UC x LPR x (1-UR) x DW x GDP (PC)

Hasil

Diperkirakan terdapat 1,272 miliar kasus presbiopia di


dunia pada tahun 2011
Dari jumlah tersebut, sepertiga kasus merupakan orangorang berusia kerja yaitu usia 40 atau 45 tahun
(tergantung usia kejadian/onset pada negara yang
berlaku) sampai 49 tahun, dan 41% selanjutnya berusia
50-64 tahun.

Proporsi kasus yang terjadi diantara orang yang berusia


<50 tahun berkisar serendahnya dari 17% pada bagian
Eropa (EUR A dan EUR C) sampai 43% di bagian Afrika
(AFR E).
Variasi ini bisa dijelaskan dengan lebih panjangnya
angka harapan hidup pada wilayah berkembang, jadi
proporsi presbiopia berusia >50 tahun.

Sekitar 244 juta kasus presbiopia tak terkoreksi maupun


underkoreksi disebutkan terjadi pada usia kerja usia
populasi <50 tahun (Proporsi 59% ). Kasus-kasus ini
menjadi perhatian khusus karena dapat dikaitkan
dengan kerugian produktivitas yang signifikan
presbiopia yang tak terkoreksi dan underkoreksi diantara
orang-orang yang berusia <50 tahun jarang pada bagian
mortalitas terendah di bagian Eropa (EUR A) yaitu 4%
dari semua kasus, namun lebih tinggi pada negara yang
kurang
berkembang,
dengan
jumlah
86%,
menempatkan Afrika sebagai wilayah dengan mortalitas
tertinggi.

Perkiraan tingkat partisipasi angkatan kerja (untuk


populasi berusia 15 tahun) berkisar dari 51% hingga
75%, walaupun
kisaran di masing-masing negara
adalah 15%-89%.
Tingkat pengangguran rata-rata terendah terdapat di
Wilayah Pasifik Barat (5%) dan tertinggi di afrika (16%).

Secara keseluruhan, 0,016% PDB dunia ($11,023 miliar,


Dolar AS saat ini) diperkirakan akan hilang dengan
dampak >1,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
negara-negara berkembang di Wilayah Pasifik Barat
(WPR B) dan Amerika (AMR B dan D), dan negara
mortalitas rendah di Asia Tenggara (SEAR B).
Kita menilai dampak dari asumsi konservatif kami bahwa
populasi prouktif berusia <50 tahun dengan melakukan
analisis yang sama
berdasarkan asumsi bahwa
penduduk produktif adalah yang berusia <65 tahun.

Ini meningkatkan perkiraan dari $ 14,335 hingga $


25,367 miliar atau 0,037% dari PDB global hilang
karena presbiopia tak terkoreksi maupun underkoreksi.
Koreksi universal presbiopia untuk tingkat tertinggi yang
diamati (sekitar 96% di beberapa bagian Eropa) akan
mengurangi potensi beban produktivitas $ 1,390 miliar
(0,002% dari PDB global).

Diskusi

Dengan menggunakan data baru dalam prevalensi,


tingkat koreksi, dan bobot kecacatan untuk presbiopia,
kami telah menghitung secara konservatif bahwa potensi
beban produktivitas presbiopia tak terkoreksi maupun
underkoreksi sekitar $11,023 miliar (Dolar AS saat ini),
atau 0,016% PDB global. Lebih realistis lagi, dengan
usia kerja hinga 65 tahun, potensi beban adalah
$23,367 miliar atau 0,037% PDB global.

Koreksi presbiopia secara global dapat mengurangi


beban produktivitas hingga 87% menjadi $1,390 miliar.
Perbedaan beban yang signifikan antar wilayah, dengan
potensi kerugian produktivitas tertinggi di negara
berkembang di wilayah Pasifik Barat dan Amerika, dan
negara dengan mortalitas rendah di Asia Tenggara.
Perbedaan
ini
disebabkan
poleh
variasi
upah,
produktivitas, struktur usia dan tingkat lapangan kerja
diantara negara maju dengan penghasilan tinggi dan
negara dengan keadaan pembangunan sosial ekonomi
rendah.

Distribusi beban di daerah tidak menunjukkan hubungan


yang
jelas
dengan
tingkat
kematian
atau
pengembangan. Hal ini karena potensi kerugian masingmasing negara dari PDB tergantung pada kombinasi dari
beberapa faktor yang berbeda. Misalnya, Pakistan dan
Turki keduanya diperkirakan kehilangan sekitar 0,02%
dari PDB dalam analisis ini, tapi untuk alasan yang
berbeda, meskipun Turki memiliki prevalensi presbyopia
tinggi (83,0% vs 43,8%).

Presbiopia diasumsikan akan dikoreksi atau di bawah


70% dari kasus di kedua negara, namun Pakistan
memiliki estimasi usia onset lebih rendah (40 vs 45
tahun), proporsi yang lebih tinggi dari populasi pada
kelompok usia yang terkena dampak (9,4% vs 6,4%),
tingkat partisipasi angkatan kerja sedikit lebih tinggi
(53% vs 50%), dan tingkat pengangguran yang lebih
rendah (5,6% vs 9,8%). Faktanya, di semua negara ada
hubungan sederhana antara prevalensi dan kerugian
PDB negatif, memiliki dampak yang jauh lebih sedikit
pada dampak keseluruhan dari proporsi kasus yang tak
terkoreksi maupun underkoreksi.

Temuan kami tidak bisa dibandingkan dengan penelitian


sebelumnya yang memperkirakan potensi kerugian
produktivitas yang terkait dengan gangguan refraksi
yang tak terkoreksi (tidak termasuk presbiopia) adalah
0,246% dari PDB global, meskipun perbedaan yang
mudah ditangani.
Namun, kerugian produkivitas gangguan jarak dekat dan
jarak jauh ($ 213,023 miliar) dari kedua studi
memberikan indikasi manfaat baik, koreksi kacamata
gangguan jarak dekat atau jarak jauh maupun
kombinasi keduanya.

Anda mungkin juga menyukai