Anda di halaman 1dari 68

PENGETESAN MATERIAL KONSTRUKSI BANGUNAN

PENGETESAN MATERIAL KONSTRUKSI BANGUNAN


(SEMEN)

PENGETESAN MATERIAL SEMEN


A. Pengujian Berat Jenis Semen
1. Dasar Teori
Berdasarkan standard ASTM C 188, berat jenis semen yang
disyaratkan melalui pengujian dengan metode Le Chatelier adalah
3,15 gr / m3 . Dalm penelitian ini, peralatan yang digunakan adalah
botol Le Chatelier, kerosin bebas air, timbangan, termometer, air
dengan suhu 20 C.

PENGETESAN MATERIAL SEMEN

2. Metode Pelaksanaan
a. menimbang berat semen sesuai ketentuan (m).
b. mengisi botol Le Chatelier dengan kerosin pada skala tertentu
(V1), kemudian dimasukkan dalam air dengan suhu 20 C.
c. masukkan benda uji ke dalam botol Le Chatelier, kemudian baca
skala pada botol (V2).
d. menghitung berat jenis dengan rumus :

PENGETESAN MATERIAL SEMEN


B. Pengujian Konsistensi Normal Semen
1. Dasar Teori
Pengujian konsistensi normal adalah untuk menentukan prosentase
air yang dibutuhkan semen untuk dapat melakukan proses hidrasi
secara sempurna, yaitu sampai pada saat beton mengeras. Kondisi
sempurna terjadi ketika semen yang bercampur dengan air tidak lagi
mengalami kekurangan atau kelebihan kadar air. Berdasarkan ASTM
C 195, pengujian dengan alat vicat diameter 10 mm, kadar air yang
diinginkan adalah kadar air pada saat penurunan jarum 10 mm.

PENGETESAN MATERIAL SEMEN


2. Metode Pelaksanaan
a. Setel alat vicat pada posisi nol, campur semen dengan air
sebanyak x % dari berat semen.
b. Masukkan adukan semen dalam cincin ebonit, kemudian letakkan
pada alat vicat.
c. Lepaskan jarum yang besar dengan diameter 10 mm, catat
penurunan pada detik ke 30 setelah jarum dilepaskan. 25 d.
percobaan diulang dengan prosentase air sedemikian rupa
sehingga diperoleh konsistensi normal yaitu pada penurunan
10 mm.

PENGETESAN MATERIAL SEMEN


C. Pengujian Pengikatan Awal Semen
1. Dasar Teori
Pengikatan awal semen (initial setting time) yaitu waktu dari
pencampuran semen dan air sampai kehilangan sifat keplastisannya
sedangkan waktu pengikatan akhir (final setting time) adalah waktu
sampai pastanya menjadi massa yang keras. Tujuan dilakukannya
pengujian ikat awal semen adalah untuk mengetahui lama waktu yang
diperlukan oleh semen agar menghasilkan campuran yang dapat
mengikat dengan baik. Waktu ikat awal semen didapat ketika
penurunan mencapai 25 mm. Bedasrkan ASTM C 150, waktu ikat
awal semen yang diuji tidak boleh lebih dari 45 menit.

PENGETESAN MATERIAL SEMEN


2. Metode Pelaksanaan
Melepaskan jarum vicat berdiameter 1 mm ke dalam adukan semen
pada selang waktu 15 menit, setiap kali jarum diturunkan dicatat
penurunannya. Waktu pengikatan awal diperolah jika penurunan
mencapai 25 mm.

PENGETESAN MATERIAL KONSTRUKSI BANGUNAN


(BESI BETON)

PENGETESAN MATERIAL BESI BETON


A. Pengujian Sifat Tampak Besi Beton
1. Dasar Teori
Berdasarkan SNI 07-2052-2002, besi beton tidak boleh mengandung
serpihan, lipatan, retakan, dan gelombang, hanya diperkenankan
berkarat ringan pada permukaan.

PENGETESAN MATERIAL BESI BETON


2. Metode Pelaksanaan
Pengetesan material besi beton meliputi pemeriksaan diameter
tulangan yang dipakai dengan jangka sorong dan pemeriksaan
tulangan terhadap adanya cacat luar.

PENGETESAN MATERIAL BESI BETON


B.
Pengujian Ukuran, Berat dan Bentuk Besi Beton
1. Dasar Teori
Berdasarkan SNI 07-2052-2002, baja tulangan beton polos
mempunyai permukaan rata, tidak mempunyai sirip. Baja tulangan
beton sirip antara lain sirip harus teratur, rusuk memanjang yang
searah dan sejajar dengan sumbu batang, sirip-sirip melintang harus
mempunyai bentuk, ukuran dan jarak yang sama, sirip melintang tidak
boleh membentuk sudut 45 terhadap sumbu batang, apabila
mempunyai sudut 4570, arah sirip melintang pada satu sisi atau
kedua sisi dibuat berlawanan, bila 70, sirip arah yang berlawanan
tidak diperlukan.

PENGETESAN MATERIAL BESI BETON


2. Metode Pelaksanaan
a. Baja Tulangan Beton Polos
1) Baja tulangan beton polos diukur pada satu tempat diukur pada
satu tempat untuk menentukan diameter minimum dan
maksimum.
2) Pengukuran dilakukan pada 3 (tiga) tempat yang berbeda
dalam 1 (satu) contoh uji dan dihitung nilai rata-ratanya.
3) Penentuan berat ditetapkan berdasarkan berat nyata (aktual)
yang diperhitungkan dengan panjang contoh uji.

PENGETESAN MATERIAL BESI BETON


Baja Tulangan Beton Sirip

b.
1)

Jarak sirip, Pengukuran jarak sirip dilakukan dengan cara mengukur 10 (sepuluh) jarak
sirip yang berderek kemudian dihitung nilai rata-ratanya.

2)

Tinggi sirip, Pengukuran tinggi sirip dilakukan terhadap 3 (tiga) kali buah sirip dan dihitung
nilai rata-ratanya.

3)

Lebar rusuk, Pengukuran terhadap lebar rusuk dilakukan dengan mengukur lebar semua
rusuk atau celah kemudian hasil pengukuran lebar masing-masing rusuk dijumlahkan.

4)

Diameter dalam, Diameter dalam diukur sekurang-kurangnya 3 (tiga) pada tempat yang
berbeda dalam jumlah contoh uji.

5)

Sudut sirip melintang, Pengukuran sudut sirip melintang dilakukan dengan membuat
gambar yang diperoleh dengan cara mengelindingkan potongan uji di atas permukaan
lempengan lilin atau tanah liat, kemudian dilakukan pengukuran sudut sirip pada gambar
lempengan tersebut

PENGETESAN MATERIAL BESI BETON


C. Pengujian Sifat Tarik Besi Beton
1. Dasar Teori
Sifat mekanis baja antara baja tulangan beton polos dengan baja
tulangan sirip (ulir). Untuk mengetahui perbedaan sifat mekanis
tersebut, maka dilakukan beberapa pengujian dilakukan dan didapat
hasil masing baja tulangan polos dan ulir.

PENGETESAN MATERIAL BESI BETON


2. Metode Pelaksanaan
a. Kuat Tarik Besi Beton
Pengujian tarik dilakukan terhadap sampel tulangan dengan
berbagai diameter dengan menggunakan mesin uji tarik sehingga
didapatkan data regangan, tegangan leleh maupun kuat tarik baja.
Pengujian mutu besi tulangan ini dilakukan oleh Laboratorium Uji
mekanik Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) BPPT
(Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).

PENGETESAN MATERIAL BESI BETON


b. Lengkung Statis Besi Beton
Pengujian lengkung statis dilakukan terhadap sampel tulangan
dengan berbagai diameter dengan menggunakan mesin uji
lengkung statis sehingga didapatkan data gaya maksimum yang
dapat ditahan oleh tulangan sampai tulangan mengalami sudut
lengkung 180. Pengujian ini dilakukan oleh BPPT.

Sumber : SNI 07-20522002

PENGETESAN MATERIAL KONSTRUKSI BANGUNAN


(AGREGAT HALUS)

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


A. Pengujian Berat Volume Pasir
1. Dasar Teori
Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah
dikeluarkan dengan mekanis (menggilas / memukul / mengolah).
Bertambahnya berat volume kering oleh beban dinamis sehingga
butir-butir tanah akan merapat & Mengurangi rongga udara. Yaitu
usaha secara mekanik agar butir-butir tanah merapat. Volume tanah
akan berkurang. Volume pori berkurang namun volume butir tidak
berubah

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


2. Metode Pelaksanaan
a. Berat Pasir Lepas
1) Menimbang wadah takaran.
2) Menakarkan pasir yang sudah diambil ke dalam takaran 3 liter
sampai penuh.
3) Meratakan permukaanya dengan besi rojokan.
4) Menimbang hasil takaran dan mencatat hasil timbangannya.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


b. Berat Pasir Ditumbuk
1) Menakarkan pasir yang sudah diambil ke dalam takaran 3 liter
setinggi 1/3nya.
2) Menumbuk pasir didalam takaran sebanyak 25 kali.
3) Menakarkan pasir lagi ke dalam takaran 3 liter setinggi 2/3nya,
lalu ditumbuk lagi dengan besi perojok sebanyak 25 kali.
4) Menakarkan pasir lagi ke dalam takaran 3 liter sampai penuh lalu
ditumbuk lagi dengan besi perojok sebanyak 25 kali.
5) Meratakan permukaan dari takaran dengan besi penumbuk.
6) Menimbang hasil takaran dan mencatat hasil timbangannya.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


B. Pengujian Kadar Lumpur Pada Pasir
1. Dasar Teori

Lumpur merupakan partikel yang berukuran 0,075 mikron atau lebih. Lumpur
yang terdapat pada permukaan agregat dapat mengganggu ikatan antara
agregat dengan pasta semen. Karena ikatan ini sangat penting dalam adukan
beton, maka dapat berpengaruh terhadap kekuatan dan daya tahan beton.
Jika dalam agregat mengandung banyak lumpur akan menambah permukaan
agregat sehingga keperluan air untuk membasahi semua permukaan butiran
dalam campuran meningkat. Ini mengakibatkan kekuatan dan ketahanan
beton dapat menurun. Karena pengaruh buruk tersebut, maka jumlahnya
dalam agregat dibatasi yaitu tidak boleh lebih dari 5 % menurut PBI 1971 atau
3% menurut ASTM C-33-2003.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


2. Metode Pelaksanaan
Standar Uji ASTM C 117-76
a. Mengisi botol bening dengan pasir hingga mencapai ketinggian
6cm.
b. Menambahkan air secukupnya ke dalam botol bening berisi pasir.
c. Menutup rapat botol yang berisi air dan pasir.
d. Mengocok botol bening sampai pasir dan air tercampur rata.
e. Membiarkan botol bening yang berisi air dan pasir selama 24 jam.
f. Mengukur endapan lumpur yang terjadi.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


C. Pengujian Analisa Gradasi Pasir
1. Dasar Teori
Menurut SNI - 03 - 2847 2002, agregat halus adalah pasir alam
sebagai hasil disintegrasi 'alami' batuan atau pasir yang dihasilkan
oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0
mm. British Standard (BS) memberikan syarat gradasi untuk
pasir. Kekasaran pasir dibagi menjadi empat kelompok menurut
gradasinya, yaitu pasir halus (zone 4), agak halus (zone 3), agak
kasar (zone 2) dan kasar (zone 1) seperti pada Tabel berikut :

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


Menurut SK SNI S 04 1989 F, harus mempunyai variasi besar
butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya sedikit. Mempunyai
modulus kehalusan antara 1,5-3,8. Apabila diayak dengan susunan
ayakan yang ditentukan, harus masuk salah satu daerah susunan
butir menurut zone 1, 2, 3 atau 4 dan harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
a)

sisa di atas ayakan 4,8 mm, mak 2 % dari berat

b)

sisa di atas ayakan 1,2 mm, mak 10 % dari berat

c)

sisa di atas ayakan 0,30 mm, mak 15 % dari berat

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


Menurut ASTM C33-86, Agregat halus harus mempunyai susunan
besar butir dalam batas-batas pada Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 4. Syarat Gradasi Agregat Halus Menurut ASTM

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


2. Metode Pelaksanaan
Standar Uji ASTM C 33-86 dan SNI 03-2461-1991
a. Timbang pasir kering oven sebesar 1000 gram.
b. Masukkan ke dalam saringan pasir (dengan ukuran 4,76; 2,38;
1,19; 0,59; 0,297;0 ,149; pan).
c. Digetar-getarkan dengan mesin penggetar selama +/- 10 menit.
d. Timbang pasir yang tertinggal pada masing-masing saringan lalu
dicatat.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


D. Pengujian Kadar Air Pasir
1. Dasar Teori
Pada saat terbentuknya agregat ada kemungkinan adanya udara yang
terjebak dalam lapisan agregat atau mungkin agregat tersebut terbentuk
karena dekomposisi mineral pembentuknya akibat perubahan cuaca,
maka terbentuklah lubang atau rongga kecil di dalam butiran agregat
(pori). pori dalam agregat mempunyai variasi yang cukup besar dan
menyebar di seluruh tubuh butiran. pori-pori mungkin menjadi reservoir
air bebas dalam agregat. presentase berat air yang mampu diserap
agregat dalam air disebut sebagai serapan air, sedangakan banyaknya
air yang terkandung dalam agregat disebut kadar air.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


2. Metode Pelaksanaan
Standar Uji ASTM C 128-93
a. Menimbang pasir SSD ( Saturated Surface Dry ) sebanyak 500
gram
b. Memasukkan pasir ke dalam oven selama 24 jam dengan
temperature 110o+ 5o C.
c. Menimbang pasir yang telah di oven selama 24 jam

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


E. Pengujian Kelembaban Pasir
1. Dasar Teori
Kelembaban atau yang sering kita ketahui sebagai kadar air
merupakan rasio berat air didalam pori-pori pasir terhadap butiran air.
Bisa juga disebut sebagai tingkat kebasahan pasir. Untuk lebih mudah
memahami kelembaban mungkin bias kita asumsikan jika pasir itu
semakin basah, bisa disimpulkan pasir itu tingkat kelembabanya
tinggi. Untuk mengetahui pengaruh kebasahan terhadap kapasitas
transfer maka pasir tersebut diberi air lalu diukur kelembabannya.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


2. Metode Pelaksanaan
Standar Uji ASTM C 556-72
a. Pasir dalam keadaan asli ditimbang seberat 500gr.
b. Lalu pasir dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan
temperature 100+-5 C.
c. Setelah 24 jam dioven, pasir itu dikeluarkan lalu didinginkan dan
ditimbang beratnya.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


F. Pengujian Pasir Terhadap Bahan Organik
1. Dasar Teori
Agregat halus yang baik harus bebas dari bahan organik, lempung
atau bahan-bahan lain yang bisa merusak campuran beton. Bila diuji
dengan larutan Nutrium Sulfat (NaOH) dan dibandingkan dengan
warna standart, tidak berwarna lebih tua dari warna standart
(SNI PB 0207 76).

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


2. Metode Pelaksanaan
a. Isi botol bening dengan pasir setinggi 3cm.
b. Tambahkan larutan NaOH 97% sebanyak 200cc, kemudian tutup
rapat.
c. Kocok hingga bercampur rata kemudian diamkan 24 jam.
d. Amati perubahan warna ayng terjadi dan bandingkan dengan
warna standart.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


G. Pengujian Pengembangan Volume Pasir (Bulking)
1. Dasar Teori
Pengembangan volume pasir atau yang biasa disebut dengan bulking
merupakan praktikum yang dilakukan untuk menentukan prosentase
udara yang terkandung dalam rongga antar butir. Maksudnya adalah
jika pasir dibasahi, lapisan air terbentuk pada partikel-partikel dan
tegangan permukaannya cenderung untuk memisahkannya, sehingga
menyebabkan penambahan volume atau diesbut pengembangan isi.
Semakin besar volume rongga udara maka volume beton akan
semakin padat dan akan memiliki kekuatan yang lebih tinggi.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


2. Metode Pelaksanaan
a. Isi gelas ukur 1000cc dengan pasir sebnyaknya, kemudian baca
volumenya.
b. Bersihkan gelas ukur dari pasir.
c. Gelas diisi air dari tinggi gelas ukur, kemudian pasir dimasukkan
kembali ke dalam gelas ukur sedikit demi sedikit sambil diaduk.
d. Diamkan selama 24 jam.
e. Hitung volume yang terjadi.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


H. Pengujian Berat Jenis Pasir
1. Dasar Teori

Agregat merupakan material granular, misalnya pasir, krikil, batu pecah dan
kerak tungku pijar yang dipakai bersama-sama dengan suatu media
pengikat untuk membentuk suatu beton atau adukan semen hidrolik (SNI 03
2847 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung). Agregat halus adalah butiran halus yang memiliki kehalusan 2mm
5mm. Sedangkan menurut SNI 02-6820-2002 , agregat halus adalah
agregat dengan besar butir maksimum 4,75 mm. Menurut nevil (1997),
agregat halus merupakan agregat yang besarnya tidak lebih dari 5 mm,
sehingga pasisr dapat berupa pasir alam atau berupa pasir dari pemecahan
batu yang dihasilkan oleh pemecah batu.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


2. Metode Pelaksanaan

Standar Uji ASTM.C 128-1993, ASTM.C 33-2001, SNI 03-1970-1990, SNI 036889-2002.
a. Siapkan pasir kondisi SSD ( Satured Surface Dry).
b. Setelah adonan pasir siap, lakukan pengecekan dengan kerucut. Isi 1/3 dari
kerucut tersebut, tumbuk 8 kali. Lakukan hal tersebut hingga dua kali.
c. Lepas kerucut dan apabila tinggi pasir yang terbentuk yaitu 2/3 dari
kerucutnya maka pasir tersebut sudah menjadi pasir SSD.
d. Nol kan timbangan lalu timbang labu takar 1000 cc dan catat hasilnya.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT HALUS


a. Masukkan pasir ke dalam labu takar.
b. Timbang lagi pasir beserta Labu takar , timbang pasir kondisi
SSD ( Saturated Surface Dry ) itu sebanyak 500 gr.
c.

Isi air pada labu takar hingga batas kapasitas, dan diputar putar
dengan posisi tangan miring supaya gelembung udara keluar.

d. Timbang dan catat berat Air, pasir, beserta labu ukurnya.


e. Pasir dan air dikeluarkan dari labu takar, lalu labu takar diisi air
hingga
batas
kapasitas
lalu
timbang
dan
catat.

PENGETESAN MATERIAL KONSTRUKSI BANGUNAN


(AGREGAT KASAR)

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT KASAR


A. Pengujian Berat Jenis Kerikil
1. Dasar Teori
Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh
agregat. Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan
berat jenis dari beton sehingga secara langsung menentukan
banyaknya campuran agregat dalam campuran beton. Ditinjau dari
berat jenisnya agregat dibedakan menjadi tiga macam.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT KASAR


A. Agregat Ringan

Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan
biasanya digunakan untuk beton non struktural.
B. Agregat Normal

Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5
sampai 2,7. Beton yang dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan
kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40 Mpa.
C. Agregat Berat

Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. Beton yang dihasilkan juga
memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung
sinar radiasi sinar X.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT KASAR


2. Metode Pelaksanaan
Standar Uji ASTMC C 127
1. Merendam kerikil di dalam air selama 24 jam, lalu diangkat dan
dilap satu demi satu sehingga kondisi kering permukaan (SSD).
2. Menimbang sebanyak 3000 gram atau 3 kg.
3. Menimbang dalam dalam air.
4. Memasukkan kerikil ke dalam wadah dan menimbangnya dalam air.
5. Catat hasil penimbangan

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT KASAR


B. Pengujian Air Resapan Kerikil

1. Dasar Teori
Kerikil adalah batuan kecil yang dipecahkan. Ukuran kerikil yang digunakan
ialah antara 2-75 mm.Kerikil digunakan sebagai agregat kasar dalam
campuran beton.Fungsi kerikil sebagai campuran beton adalah untuk
memadatkan dan mengeraskan beton bersama-sama dengan semen dan
pasir, untuk mengurangi biaya beton, jika dipakai dalam volume yang besar.
Jumlah air sama pentingnya untuk menghasilkan produk beton yang baik. Air
membantu meratakan semen di seluruh kerikil dan membantu pengadukannya.
Air membasahi permukaan kerikil sehingga perlu diuji air resapan kerikil sesuai
standar ASTM C 128-88 bertujuan untuk menentukan kadar air resapan kerikil.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT KASAR


2. Metode Pelaksanaan
Standar Uji ASTM C 128-88
1.

Timbang kerikil SSD ( Saturated Surface Dry ) 3000 gram.

2.

Dimasukan oven 24 jam dengan temperature 110C5 C.

3.

Setelah di oven tunggu sampai dingin, lalu ditimbang.

4.

Hitung kadar air resapan dengan rumus dibawah ini:

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT KASAR


C. Pengujian Analisa Gradasi Kerikil
1. Dasar Teori
Menurut SNI - 03 - 2847 2002, agregat kasar adalah kerikil sebagai
hasil disintegrasi 'alami' dari batuan atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
antara 5 mm sampai 40 mm. Agregat kasar adalah agregat yang
tertahan saringan No. 4 (spesifikasi dari AASHTO, American
Association of State Highway and Transportation Officials, yang juga
digunakan oleh Bina Marga).

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT KASAR


Syarat gradasi agregat kasar (kerikil) menurut British Standar
(BS) disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut :

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT KASAR


Menurut SK SNI S 04 1989 F, kerikil harus mempunyai variasi
besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya sedikit.
Mempunyai modulus kehalusan antara 6

7,10 dan harus


memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Sisa di atas ayakan 38 mm, harus 0 % dari berat.
b. Sisa di atas ayakan 4,8 mm, 90 % - 98 % dari berat.
c. Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang
berurutan, mak 60 % dan min 10 % dari berat.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT KASAR


2. Metode Pelaksanaan
Standar Uji ASTM C-33 dan SNI 03-2461-1991
a. Timbang kerikil seberat 16 kg.
b. Dimasukkan kedalam saringan kerikil dengan ukuran 3/2;3/4;3/8.
c. Digoyang-goyang dengan tangan agar batu terseleksi.
d. Timbang kerikil yang tertinggal pada masing-masing saringan lalu
dicatat.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT KASAR


D. Pengujian Berat Volume Kerikil
1. Dasar Teori
Berat Volume kerikil adalah Perbandingan antara berat kerikil per
satuan volume. Agregat kasar adalah kerikil sebagai desintegrasi
alami dari batu atau berupa batu pecah yang diperoleh dari indsutri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm - 40 mm
( SNI 03-4804-1998).
Rongga udara dalam satuan volume agregat adalah ruang diantara
butir - butir agregat yang tidak diisi oleh partikel yang padat. ( SNI 034804-1998).

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT KASAR


2. Metode Pelaksanaan
Standar Uji ASTM C-29 dan SNI 03-4804-1998
a. Berat Kerikil Lepas
1) Menimbang wadah takaran.
2) Menakarkan kerikil yang sudah diambil ke dalam takaran 10
liter sampai penuh.
3) Meratakan permukaanya dengan besi rojokan.
4) Menimbang hasil takaran dan mencatat hasil timbangannya.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT KASAR


b. Berat Kerikil Ditumbuk
1) Menakarkan kerikil yang sudah diambil ke dalam takaran 10 liter
setinggi 1/3nya.
2) Merojok kerikil didalam takaran sebanyak 25 kali.
3) Menakarkan kerikil lagi ke dalam takaran 3 liter setinggi 2/3nya,
lalu dirojok lagi dengan besi perojok sebanyak 25 kali.
4) Menakarkan kerikil lagi ke dalam takaran 3 liter sampai penuh lalu
dirojok lagi dengan besi perojok sebanyak 25 kali.
5) Meratakan permukaan dari takaran dengan besi perojok.
6) Menimbang hasil takaran dan mencatat hasil timbangannya.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT KASAR


E. Pengujian Kerikil Terhadap Lumpur
1. Dasar Teori
Pengujian kebersihan kerikil terhadap lumpur adalah pengujian yang
dilakukan untuk mengetahui kandungan lumpur yang terdapat pada
kerikil yang akan digunakan dalam pembuatan beton menurut SK
SNI S-04-1989 kandungan lumpur yang terdapat pada agregat kasar
(kerikil) tidak boleh melebihi 1% (ditentukan pada keadaan kering
lolos ayakan 0.063mm.

PENGETESAN MATERIAL AGREGAT KASAR


2. Metode Pelaksanaan
a. Ambil kerikil kondisi asli seberat 1000gr.
b. Cuci kerikil dengan air bersih dalam ember.
c. Kerikil yang sudah dicuci diletakkan di wadah dan oven dengan
suhu 1105C selama 24 jam.
d. Setelah 24 jam keluarkan kerikil dari dalam oven, lalu timbang
kembali berat kerikil dalam keadaan setelah di oven.

PENGETESAN MATERIAL KONSTRUKSI BANGUNAN


(DESAIN CAMPURAN BETON DAN MORTAR)

PENGETESAN DESAIN CAMPURAN BETON DAN MORTAR


A. Pengujian Slump
1. Dasar Teori

Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk menentukan
konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak)dari campuran beton segar
(fresh concrete) untuk menentukan tingkat workability nya. Kekakuan dalam suatu
campuran beton menunjukkan berapa banyak air yang digunakan. Untuk itu uji
slump menunjukkan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup
air. Dalam suatu adukan/campuran beton, kadar air sangat diperhatikan karena
menentukan tingkat workability nya atau tidak. Campuran beton yang terlalu cair
akan menyebabkan mutu beton rendah, dan lama mengering. Sedangkan
campuran beton yang terlalu kering menyebabkan adukan tidak merata dan sulit
untuk dicetak. Uji Slump mengacu pada SNI 1972-2008 dan ICS 91.100.30

PENGETESAN DESAIN CAMPURAN BETON DAN MORTAR


2. Metode Pelaksanaan

a.

Basahi cetakan kerucut dan plat dengan kain basah.

b.

Letakkan cetakan di atas plat.

c.

Isi 1/3 cetakan dengan beton segar, padatkan dengan batang logam
sebanyak merata dengan menusukkannya. Lapisan ini penusukan bagian
tepi dilakukan dengan besi dimiringkan sesuai dengan dinding cetakan.
Pastikan besi menyentuh dasar. Lakukan 25-30 x tusukan.

d.

Isi 1/3 bagian berikutnya (menjadi terisi 2/3) dengan hal yang sama
sebanyak 25-30 x tusukan. Pastikan besi menyentuh lapisan pertama.

e.

Isi 1/3 akhir seperti tahapan poin d.

PENGETESAN DESAIN CAMPURAN BETON DAN MORTAR


f.

Setelah selesai dipadatkan, ratakan permukaan benda uji,


tunggu kira-kira 1/2 menit. Sambil menunggu bersihkan
kelebihan beton di luar cetakan dan di plat.

g. Cetakan diangkat perlahan TEGAK LURUS ke atas


h. Ukur nilai slump dengan membalikkan kerucut di sebelahnya
menggunakan perbedaan tinggi rata-rata dari benda uji.
i. Toleransi nilai slump dari beton segar 2 cm
j. Jika nilai slump sesuai dengan standar, maka beton dapat
digunakan

PENGETESAN DESAIN CAMPURAN BETON DAN MORTAR


B. Pengujian Kandungan Udara Beton
1. Dasar Teori
Kandungan udara beton memepengaruhi kekuatan beton dan kecepatan
pembekuan dari beton tersebut. Banyaknya kandungan udara yang diperlukan
tergantung dari penggunaan beton yang dikehendaki, sehingga dengan
pemeriksaan dapat kita ketahui apakah udara yang terkandung dalam beton masih
dalam batas batas persyaratanyang diizinkan. Bila beton tersebut memiliki
kandungan udara yang melebihi batas persyaratan, maka kekuatan beton akan
berkurang karena terdapat banyak rongga tetapi mudah dalam pengerjaannya.
Persyaratan kandungan udara pada beton adalah sebagai berikut :
Melebihi 6,5 %, maka kekuatan beton tersebut berkurang, karena banyak terdapat
rongga.

PENGETESAN DESAIN CAMPURAN BETON DAN MORTAR


2. Metode Pelaksanaan
a.

Persiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan.

b. Bersihkan alat air meter dari kotoran yang menempel di dalamnya.


c. Isi bejana air meter dengan adukan beton dalam 3 lapisan, setiap
lapisan berisi kira-kira 1/3 dari isi bejana, pada masing-masing lapisan
dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali secara merata.
d. Ketuk-ketuk bejana air meter pada lantai yang dilapisi kain hingga
permukaan adukan beton mengkilat oleh air semen.
e. Ratakan permukaan adukan beton dan bersihkan bejana dari
kelebihan adukan beton yang masih melekat.

PENGETESAN DESAIN CAMPURAN BETON DAN MORTAR


f. Letakkan penutup bejana dan kencangkan klam penutupnya.
g. Pompa Hand Pump hingga jarum penunjuk manometer melewati
garis yang telah ditentukan yaitu : Initial Pressure Line yang
berwarna merah.
h. Tunggu kira-kira 5 detik, buka keran (valve) pressure adjusting
hingga jarum penunjuk tepat pada garis Initial Pressure Line .
i. Tekan gagang keran ke bawah.
j. Baca penurunan jarum penunjuk setelah gagang keran ditekan ke
bawah, angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk itu adalah
harga kadar udara dalam beton (%).

PENGETESAN DESAIN CAMPURAN BETON DAN MORTAR


C. Pengujian Kuat Tekan Mortar
1. Dasar Teori
Mengingat pentingnya mortar sebagai bagian dari konstruksi yang mengacu
pada kuat tekannya, yaitu kemampuan mortar dalam menerima beban. Sama
halnya dengan beton, kekuatan tekan mortar dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain faktor air semen dan kepadatan, jenis semen, jumlah semen, sifat
agregat dan juga umur mortar.
Hasil evaluasi dari pengujian digunakan untuk menentukan apakah kuat tekan
mortar memenuhi persyaratan atau tidak. Kuat tekan mortar adalah tekanan
maksimum per satuan luas yang bekerja pada benda uji mortar. Bobot isi
mortar adalah perbandingan antara berat mortar dengan volume mortar
tersebut.

PENGETESAN DESAIN CAMPURAN BETON DAN MORTAR


2. Metode Pelaksanaan
a.

Mengukur dimensi mortar yang meliputi panjang, lebar, dan tinggi;

b.

Menimbang berat mortar dengan timbangan ;

c.

Meletakkan mortar pada mesin tekan (compression machine)

d.

Menjalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang


konstan.

e.

Amati proses pengujian dan mencatat data yang diperlukan

PENGETESAN MATERIAL KONSTRUKSI BANGUNAN


(SIFAT MEKANIK BETON DAN IMPERMEABILITAS)

PENGETESAN SIFAT MEKANIK BETON DAN IMPERMEABILITAS


A. Pengujian Kuat Tekan (Hammer Test)
1. Dasar Teori
Hammer test adalah salah satu pengujian mutu beton. Dilakukan
pada saat beton telah tercetak, hal tersebut dilakukan bila terjadi
keraguan terhadap struktur.

PENGETESAN SIFAT MEKANIK BETON DAN IMPERMEABILITAS


2. Metode Pelaksanaan
a. Gosok permukaan beton yang akan diuji.
b. Lukiskan bujur sangkar 5 x 5 cm pada permukaan beton tersebut.
c. Tembakkan hammer pada anvil callibration
d. Hitung kalibrasinya dengan rumus :
c
r

= 80/r

= nilai pantul dari anvil

e. Tembakkan hammer pada bujur sangkar sebanyak 25 kali merata.

PENGETESAN SIFAT MEKANIK BETON DAN IMPERMEABILITAS


a.

Hitung nilai rata-rata nilai pantulnya.

b.

Hubungkan nilai tersebut pada rebound curve sesuai dengan sudut


pantulnya.

c.

Nilai kuat desak dapat diperoleh.

d.

Nilai ini dapat menggunakan interpolasi bila ternyata rata-ratanya berupa


bilangan pecah.

Catatan :
Cara menembakkan hammer adalah menekankan kepala hammer sampai
menjulur penuh. Kemudian tekankan pada bidang yang akan ditembak
sampai terasaa hentakannyaa dan tekan tombol hammer. Nilai hammer
dapat dibaca pada sekala ditubuh hammer.

Anda mungkin juga menyukai