2. Metode Pelaksanaan
a. menimbang berat semen sesuai ketentuan (m).
b. mengisi botol Le Chatelier dengan kerosin pada skala tertentu
(V1), kemudian dimasukkan dalam air dengan suhu 20 C.
c. masukkan benda uji ke dalam botol Le Chatelier, kemudian baca
skala pada botol (V2).
d. menghitung berat jenis dengan rumus :
b.
1)
Jarak sirip, Pengukuran jarak sirip dilakukan dengan cara mengukur 10 (sepuluh) jarak
sirip yang berderek kemudian dihitung nilai rata-ratanya.
2)
Tinggi sirip, Pengukuran tinggi sirip dilakukan terhadap 3 (tiga) kali buah sirip dan dihitung
nilai rata-ratanya.
3)
Lebar rusuk, Pengukuran terhadap lebar rusuk dilakukan dengan mengukur lebar semua
rusuk atau celah kemudian hasil pengukuran lebar masing-masing rusuk dijumlahkan.
4)
Diameter dalam, Diameter dalam diukur sekurang-kurangnya 3 (tiga) pada tempat yang
berbeda dalam jumlah contoh uji.
5)
Sudut sirip melintang, Pengukuran sudut sirip melintang dilakukan dengan membuat
gambar yang diperoleh dengan cara mengelindingkan potongan uji di atas permukaan
lempengan lilin atau tanah liat, kemudian dilakukan pengukuran sudut sirip pada gambar
lempengan tersebut
Lumpur merupakan partikel yang berukuran 0,075 mikron atau lebih. Lumpur
yang terdapat pada permukaan agregat dapat mengganggu ikatan antara
agregat dengan pasta semen. Karena ikatan ini sangat penting dalam adukan
beton, maka dapat berpengaruh terhadap kekuatan dan daya tahan beton.
Jika dalam agregat mengandung banyak lumpur akan menambah permukaan
agregat sehingga keperluan air untuk membasahi semua permukaan butiran
dalam campuran meningkat. Ini mengakibatkan kekuatan dan ketahanan
beton dapat menurun. Karena pengaruh buruk tersebut, maka jumlahnya
dalam agregat dibatasi yaitu tidak boleh lebih dari 5 % menurut PBI 1971 atau
3% menurut ASTM C-33-2003.
b)
c)
Agregat merupakan material granular, misalnya pasir, krikil, batu pecah dan
kerak tungku pijar yang dipakai bersama-sama dengan suatu media
pengikat untuk membentuk suatu beton atau adukan semen hidrolik (SNI 03
2847 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung). Agregat halus adalah butiran halus yang memiliki kehalusan 2mm
5mm. Sedangkan menurut SNI 02-6820-2002 , agregat halus adalah
agregat dengan besar butir maksimum 4,75 mm. Menurut nevil (1997),
agregat halus merupakan agregat yang besarnya tidak lebih dari 5 mm,
sehingga pasisr dapat berupa pasir alam atau berupa pasir dari pemecahan
batu yang dihasilkan oleh pemecah batu.
Standar Uji ASTM.C 128-1993, ASTM.C 33-2001, SNI 03-1970-1990, SNI 036889-2002.
a. Siapkan pasir kondisi SSD ( Satured Surface Dry).
b. Setelah adonan pasir siap, lakukan pengecekan dengan kerucut. Isi 1/3 dari
kerucut tersebut, tumbuk 8 kali. Lakukan hal tersebut hingga dua kali.
c. Lepas kerucut dan apabila tinggi pasir yang terbentuk yaitu 2/3 dari
kerucutnya maka pasir tersebut sudah menjadi pasir SSD.
d. Nol kan timbangan lalu timbang labu takar 1000 cc dan catat hasilnya.
Isi air pada labu takar hingga batas kapasitas, dan diputar putar
dengan posisi tangan miring supaya gelembung udara keluar.
Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan
biasanya digunakan untuk beton non struktural.
B. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5
sampai 2,7. Beton yang dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan
kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40 Mpa.
C. Agregat Berat
Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. Beton yang dihasilkan juga
memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung
sinar radiasi sinar X.
1. Dasar Teori
Kerikil adalah batuan kecil yang dipecahkan. Ukuran kerikil yang digunakan
ialah antara 2-75 mm.Kerikil digunakan sebagai agregat kasar dalam
campuran beton.Fungsi kerikil sebagai campuran beton adalah untuk
memadatkan dan mengeraskan beton bersama-sama dengan semen dan
pasir, untuk mengurangi biaya beton, jika dipakai dalam volume yang besar.
Jumlah air sama pentingnya untuk menghasilkan produk beton yang baik. Air
membantu meratakan semen di seluruh kerikil dan membantu pengadukannya.
Air membasahi permukaan kerikil sehingga perlu diuji air resapan kerikil sesuai
standar ASTM C 128-88 bertujuan untuk menentukan kadar air resapan kerikil.
2.
3.
4.
Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk menentukan
konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak)dari campuran beton segar
(fresh concrete) untuk menentukan tingkat workability nya. Kekakuan dalam suatu
campuran beton menunjukkan berapa banyak air yang digunakan. Untuk itu uji
slump menunjukkan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup
air. Dalam suatu adukan/campuran beton, kadar air sangat diperhatikan karena
menentukan tingkat workability nya atau tidak. Campuran beton yang terlalu cair
akan menyebabkan mutu beton rendah, dan lama mengering. Sedangkan
campuran beton yang terlalu kering menyebabkan adukan tidak merata dan sulit
untuk dicetak. Uji Slump mengacu pada SNI 1972-2008 dan ICS 91.100.30
a.
b.
c.
Isi 1/3 cetakan dengan beton segar, padatkan dengan batang logam
sebanyak merata dengan menusukkannya. Lapisan ini penusukan bagian
tepi dilakukan dengan besi dimiringkan sesuai dengan dinding cetakan.
Pastikan besi menyentuh dasar. Lakukan 25-30 x tusukan.
d.
Isi 1/3 bagian berikutnya (menjadi terisi 2/3) dengan hal yang sama
sebanyak 25-30 x tusukan. Pastikan besi menyentuh lapisan pertama.
e.
b.
c.
d.
e.
= 80/r
b.
c.
d.
Catatan :
Cara menembakkan hammer adalah menekankan kepala hammer sampai
menjulur penuh. Kemudian tekankan pada bidang yang akan ditembak
sampai terasaa hentakannyaa dan tekan tombol hammer. Nilai hammer
dapat dibaca pada sekala ditubuh hammer.