Anda di halaman 1dari 78

MATERI ILMU

PENYAKIT
MATA
Dr. Muhamad Ibnu Sina
TIM UKMPPD UNIV
MALHAYATI
BANDAR LAMPUNG

SKDI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Benda asing di konjungtiva 4A


Konjungtivitis 4A
Pterigium 3A
Perdarahan subkonjungtiva
4A
Mata kering 4A
Blefaritis 4A
Hordeolum 4A
Chalazion 3A
Trikiasis 4A
Dakrioadenitis 3A
Dakriosistitis 3A
Skleritis 3A
Episkleritis 4A

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Keratitis 3A
Xerophtalmia 3A
Hifema 3A
Hipopion 3A
Iridosisklitis, iritis 3A
Hipermetropia ringan 4A
Miopia ringan 4A
Astigmatism ringan 4A
Presbiopia 4A
Anisometropia pada dewasa
3A
Buta senja 4A
Glaukoma akut 3B
Glaukoma lainnya 3A

Benda Asing Pada Mata

Benda asing Konjungtiva

Penatalaksanaan
Anestesi

topikal
Gunakan cotton-tipped applicator atau
jarum 30 gauge
Berikan antibiotik topikal

Benda Asing Pada Kornea


Benda

asing pada kornea bisa akibat


trauma minor (partikel kecil pada epitel
kornea) atau trauma mayor (kail )
Merupakan kasus ke-2 terbanyak
trauma pada mata
Aktivitas beresiko tinggi: pemahat,
pekerja bor, gerinda, tukang las

Penatalaksanaan
Anestesi

topikal pada kasus ringan


Benda asing superfisial: cotton-tipped applicator
atau jarum 30 gauge gentle
Benda
o
o

asing yang dalam:


Jika materi kecil, non toksik, tidak nyeri, tidak
mengganggu visualisasi dibiarkan
Materi yg beresiko antigenik dan cendrung
menimbulkan infeksi diangkat
Berikan antibiotik

MATA MERAH

Konjungtivitis
Gejala

pada mata dibedakan atas 4 kelompok:

Mata merah visus turun mengenai media refraksi,


mis. keratitis, uveitis, glaukoma akut
Mata merah visus tidak turun tidak mengenai
media refraksi, mis. Konjungtivitis, skleritis,
episkelritis, hordeolum, pterigium, pinguekula
Mata tenang visus turun perlahan: katarak, ARMD,
retinopati hipertensi/DM
Mata tenang visus turun mendadak: ablasio retina,
neuritis optika, oklusi arteri/vena retina

Konjungtivitis

Pterygium

merupakan pertumbuhan jaringan


fibrovaskular berbentuk segitiga yg tumbuh dari
konjungtiva menuju kornea.
Dibagi menjadi 4 grade yakni,

Pterygium

grade 1 : puncak pterygium mencapai tepi limbus


grade 2 : melewati limbus kornea tapi tak lebih dari
2 mm
grade 3 : pterygium sudah melebihi grade 2 tetapi
tidak melewati pinggiran pupil dalam keadaan
cahaya normal,
grade 4 : pertumbuhan sudah melewati pupil
sehingga menganggu penglihatan

Penyakit Mata
Pinguikula:

Endapan putih-kuning di dekat limbus


karena degenerasi serat kolagen
konjungtiva

Penyakit Mata
Pseudopterygium:

Konjungtiva yang menempel di kornea

Dry Eye Syndrome


Sindroma

Mata Kering (Dry Eye Syndrome)


ialah suatu gangguan pada permukaan mata
yang ditandai dengan ketidakstabilan
produksi dan fungsi dari lapisan air mata
Sindroma mata kering ditandai oleh adanya
rasa iritasi, berpasir, panas, pedih, dan rasa
lengket terutama pada saat bangun pada
pagi hari, kadang timbul rasa gatal dan
penglihatan yang kabur.

Schirmer menilai produksi air mata


Penderita Sindroma Mata Kering pada fase awal
mungkin hanya memerlukan tetes air mata
buatan untuk mengurangi gejala yang dirasakan,
namun pada mata yang sangat kering dapat
menimbulkan kerusakan yang serius pada mata,
karena itu pemeriksaan ke dokter spesialis mata
sangat diperluka
Tes

Xerophthalmia
Xerophthalmia

adalah kelainan pada mata


berupa terjadinya kekeringan pada selaput
lender/bagian putih mata (konjungtiva) dan
selaput bening/bagian hitam mata (kornea)
akibat kekurangan vitamin A
Kekeringan berlarut-larut menyebabkan
konjungtiva menebal, berlipat-lipat, dan
berkerut. Selanjutnya pada konjungtiva akan
tampak bercak putih seperti busa sabun
(bercak Bitot).

Berikut ini merupakan klasifikasi xeropthalmia


berdasarkan keparahan kelainan mata :
XN : Buta senja (night blindeness)
XIA : Xerosis konjugtiva
XIB : Bercak bitot (bitot spot)
X2 : Xerosis kornea
X3A : Ulkus kornea atau keratomalasia (<1/3)
X3B : Ulkus kornea atau keratomalasia ( 1/3
permukaan kornea)
XS : Bekas luka kornea
XF : Pengerasan dasar bola mata (fundus xeropthalmia)

Vitamin

A dosis tinggi diberikan pada


balita dan ibu nifas. Pada balita
diberikan dua kali setahun, setiap bulan
Februari dan Agustus dengan dosis
100.000 IU untuk anak 6-12 bulan dan
200.000 IU untuk anak 12-59 bulan dan
ibu nifas.

Hematoma
subkonjungtiva
DEFINISI
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah
yang terdapat dibawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan
arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah ini bisa akibat dari batu
rejan, trauma tumpul atau pada keadaan pembuluh darah yang mudah
pecah.
Gambaran klinis
Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan
tidak terdapat robekan di bawah jaringan konjungtiva atau sklera.
Pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan pada setiap penderita
dengan perdarahan subkonjungtiva akibat trauma tumpul.
Penatalaksanaan
Pengobatan pertama pada hematoma subkonjungtiva adalh dengan
kompres hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau
diabsorbsi dengan sendirinya dalam 1 2 minggu tanpa diobati

Hematoma palpebra
Hematoma palpebra merupakan pembengkakan atau penibunan darah di bawah
kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra.
Gambaran klinis
Hematoma kelopak merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauna tumpul
kelopak. Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan
berbentuk seperti kacamata hitam yang sedang dipakai, maka keadaan ini
disebut hematoma kacamata. Henatoma kacamata terjadi akibat pecahnya arteri
oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada pecahnya arteri
oftalmika maka darah masuk kedalam kedua rongga orbita melalui fisura orbita.
Penatalaksanaan
Penanganan pertama dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan
perdarahan. Selanjutnya untuk memudahkan absorpsidarah dapat dilakukan
kompres hangat pada kelopak

Hordeolum
Keywords:

nyeri kelopak mata, massa berfluktuasi

Hordeolum

Infeksi fokal pada kelopak mata yang menyerang


Zeis hordeolum eksterna
Kelenjar Meibom hordeolum interna
Kelenjar

PatGen: sumbatan orifisium kelenjar stasis sekresi


infeksi, biasanya oleh S. aureus (90%)
PF: nodul nyeri di tepi kelopak mata
Tata laksana:
Biasanya

self-limiting, sembuh dalam 1-2 minggu


Kompres hangat, masase
Antibiotik topikal
Insisi+drainase bila ukuran besar atau pengobatan
konservatif tidak berhasil

Chalazion

Peradangan kronik, noninfeksi, akibat merembesnya


sekresi kelenjar (Meibom atau Zeis) ke jaringan
sekitar dan memicu reaksi inflamasi
Nodul tidak nyeri, beda dengan hordeolum

Meibomitis

meibomian gland dysfunction

Kelainan sekret kelenjar Meibom mata kering

Blepharitis

Inflamasi pada kelopak mata


Gatal, panas, mata merah berair, krusta, fotofobia,
nyeri
Peradangannya difus

BLEPHARITIS VIRUS

Palpebra
1. Infeksi dan inflamasi palpebra
a. Hordeolum
- Internum: Infeksi Kelenjar meibom
- Eksternum: Infeksi kelenjar Zeis dan Moll
Kuman penyebab : Stafilokokus
b. Chalazion
Radang kronik graunulomatosa kelenjar
meibom (steril, idiopatik)

Hordeolum
eksternum

Hordeolum
internum

Kalazion

Kalazion
Jaringan

granuloma pada
tarsus inferior

c. Blefaritis anterior
- Ulseratif Stapilokokus
- Seboroik Pityrosporum ovale
d. Blefaritis posterior
Penyebab : disfungsi kelenjar
meibom

Terapi :
a. Hordeolum internum
- Kompres hangat
- Salep anti biotika (untuk gram )
- Insisi tegak lurus margo palpebra.
Hordeolum Eksternum
- Kompres hangat
- Salep antibiotika
- Insisi sejajar lipatan kulit
b. Chalazion
Eksisi dan curettage (excochleasi)

c. Blefaritis anterior
- Kebersihan muka
- Salep anti biotika (gram )
- Digosok cotton aplicator
d. Blefaritis Posterior
Tetrasiklin 250 mg 2 x /hari
atau

2 minggu

Erytromycin 250mg 3x/hari


- Topikal : steroid ringan
- Menekan kelenjar meibom pada palpebra

Trikiasis
Silia

atas tumbuh ke
arah dalam : kornea
atau konjungtiva
Kornea atau
konjungtiva teriritasi
Akibatnya terjadi
Keratitis atau
Konjungtivitis
Tatalaksana epilasi
Komplikasiulkus
kornea

Aparatus lakrimal
1. Radang glandula lakrimalis (dakrio adenitis)
- Akut : Komplikasi dari gondong, campak,
influenza (pada anak)
- Kronis

Infiltrasi limfossit (dewasa)

Lympoma, leukemia

Tuberkulosis

Klinis : pembengkakan daerah margo orbitalis


superior lateral, nyeri tekan, kemerahan.
Terapi : antibiotika sistemik pada infeksi bakteri

2. Sumbatan pada saluran air mata


a. Kelainan kongenital
(Dakriostenosis)
b. Radang (Dakriosistitis)
Akut : penyebab :
- Haemophylus influenza (bayi)
- S aureus / strep B hemol
(dewasa)
Kronis :
- Streptokokus pneumonie
- Kandida Albikans

Klinis :
- Bengkak, nyeri daerah sakus
lakrimalis (sudut mata medial
bawah)
- Keluar sekret dari pungtum
lakrimalis
Pemeriksaan penunjang : Anel test
Terapi :
- Sistemik antibiotik
- Tetes mata antibiotik
- Spoeling

Keratitis

Penyakit Mata

Endoftalmitis:

Panoftalmitis:

Radang humor aqueous


visus menurun, mata
merah, nyeri di dalam
riwayat trauma
Radang seluruh lapisan
mata

Ulkus kornea

Uveitis anterior:

Iritis atau iridoiklitis


Nyeri jarang, fotofobia,
merah, visus bisa menurun,
riwayat penyakit sistemik

Defisiensi vitamin A
(keratomalacia)
Virus herpes: ulkus dendritik
Jamur: lesi satelit dan hipopion
Protozoa: sangat nyeri,
berhubungan dengan lensa
kontak dan kolam renang
Trauma, exposure: letak
sentral
Entropion dan trichiasis: letak
perifer
Akibat penyakit sistemik: ulkus
Mooren

Endolftalmitis
Gejala

dan tanda:

Nyeri mata, kemerahan, buram, dan riwayat operasi katarak.


Pasien tidak memakai obat mata dengan patuh.
Injeksi silier, konjuctiva kemosis, COA keruh, hipopion, TIO
normal per palpasi.

Endoftalmitis:

inflamasi pada rongga intraokular


(aqueous/vitrous humor)

Endogen: penyebaran hematogen dari fokus infeksi lain


Eksogen: inokulasi langsung, mis. Dari bedah mata, benda
asing, trauma
Tanda/gejala:
mata merah, nyeri, bengkak, visus turun
Kelopak merah dan bengkak, hipopyon, chemosis, edema
kornea, sekret purulen

Tata laksana: antibiotik, steroid, sikloplegik (atropin),


vitrektomi

Kelainan Refraksi

VisusMata kanan hanya bisa melihat lambaian

Keywords:

jari 1 m
Visus 6/6 : dapat melihat huruf pada jarak 6 meter,
yang orang normal dapat melihat huruf tersebut
dari jarak 6 meter.
Visus 6/30 : dapat melihat huruf pada jarak 6
meter, yang orang normal dapat melihat huruf
tersebut dari jarak 30 meter
Visus 1/60 : hanya dapat menghitung jari dari jarak
1 m.
Visus 3/60 : hanya dapat menghitung jari dari jarak
3 m.

Visus

1/300 : hanya dapat melihat


lambaian tangan.
Visus 1/ ~ : hanya mengetahui ada /
tdknya cahaya
Visus membaik dengan uji pinhole
kelainan refraksi dapat dikoreksi
dengan kacamata

Hipermetropia
Keywords:

wanita 18 tahun, kabur


melihat dekat. VOD S+2.00, VOS
S+1.50
Hipermetropi: Keadaan mata yang
tidak berakomodasi memfokuskan
bayangan di belakang retina

Tanda

Mata lelah.
Sakit kepala : frontal / fronto temporal headache.
Silau.
Astenophia akomodatif.

Tanda

subjektif:

objektif:

Ukuran bola mata tampak lebih kecil


Diameter cornea lebih kecil dari normal
Pupil mengecil ( miosis)
COA dangkal

Terapi:

koreksi dengan lensa spheris positif yang


terkuat yang memberikan visus terbaik sehingga
sinar difokuskan di retina

Komplikasi:

Strabismus konvergen
Amblyopia
Primary narrow angle glaucoma

Koreksi MiopiLensa sferis terlemah


Pada

kasus, penglihatan pasien kabur saat


melihat papan tulis. PF: segmen anterior
tenang, visus 3/6 maju dgn pinhole. Pasien
didiagnosis miopi.
Tatalaksana: koreksi menggunakan lensa sferis
(-) terlemah dengan hasil visus yang maksimal
Berkebalikan pasien hipermetropia untuk
koreksi terbaik digunakan lensa sferis +
terkuat (berhubungan dengan rumus titik jauh
dan dioptri: berbanding terbalik)

Ambliopia
Tidak

membaik dengan koreksi

Amblyopia,

or "lazy eye, adalah


kehilangan kemampuan mata untuk
melihat detail. Biasanya paling sering
ditemukan pada anak-anak
Skotoma: bintik buta
Heminanopia: hilangnya sebagian lapang
panjang (seluruh kanan atau seluruh kiri)

Astigmatisma

Keywords:

Tidak bisa melihat jauh + dekat, usia


45 tahun Presbiopia
Terjadi mulai umur 40 tahun
Gangan akomodasi:

Presbiopia

Kelemahan otot akomodasi


Kurangnya elastisitas lensa

Koreksi

dgn SP (+) :

40 tahun : Sp +
45 tahun : Sp +
50 tahun : Sp +
55 tahun : Sp +
> 60 tahun : Sp

1,00 D
1,50 D
2,00 D
2,50 D
+ 3,00 D

Trauma Mata

Trauma Mekanik Bola Mata

Trauma Tumpul pada


Lensa

Hifema
Diagnosis: Hifema ec trauma tumpul mata
Tatalaksana awal pada trauma tumpul: siklopegik/relaksasi
dengan pilokarpin dan steroid topikal untuk meredakan
peradangan
Secepatnya harus di rujuk ke dokter mata untuk irigasi
dengan memasukkan probe ke segmen anterior mata
(BMD) untuk mengeluarkan hifema (parasintesis:
kompetensi dokter spesialis mata) harus segera
dilakukan pada hifema yang penuh untuk mencegah
penyerapan hifema (darah) ke kornea blood staining
kornea (kebutaan permanen harus dilakukan keratoplasti)
Pada hifema minimal (< BMD, visus belum turun) dapat
diberikan terapi awal tanpa parasintesis, karena dapat
resorbsi spontan

Trauma Kimia

KATARAK

Kekeruhan
Cairan
lensa
Iris
Bilik mata
depan
Sudut bilik
mata
Shadow
test
Penyulit

Insipien

Imatur

Matur

Hipermatu
r

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Normal

Bertambah

Normal

Berkurang

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

(-)

(+)

(-)

Pseudoposit
if

Glaukoma

Uveitis,
glaukoma

Jenis
katarak
(berdasarkan
Katarak insipien
Kekeruhan
terjadi di perifer korteks dan biasanya belum
proses)

menimbulkan gangguan tajam penglihatan.

Katarak imatur

Katarak matur

Kekeruhan terjadi di posterior nukleus lensa dan belum


mengenai seluruh lapisan lensa (masih ada bagian yang jernih).
Mulai menimbulkan gangguan penglihatan.
Kekeruhan sudah mengenai seluruh lensa dan terjadi
penurunan penglihatan yang sangat tajam

Katarak hipermatur

Bila katarak matur dibiarkan akan terjadi pencairan korteks dan


nukleus tenggelam ke bawah (katarak Morgagni) sehingga
merembes keluar dari kapsul lensa dan bisa menyebabkan
peradangan pada struktur mata yang lain atau lensa akan
menjadi keriput karena terus kehilangan cairan (shrunken
katarak)

Jenis Katarak (Klasifikasi)


Katarak
Lainsenilis: karena usia lanjut (pengeruhan lensa
degeneratif)
Katarak sekunder: sekunder dari penyakit mata
sebelumnya, misalnya uveitis, atau ada riwayat
operasi sebelumnya
Katarak komplikata: akibat komplikasi dari penyakit
tertentu misalnya DM
Katarak traumatika: ada riwayat trauma, kekeruhan
berbentuk seperti bintang

Glaukoma

Glaukoma adalah penyakit saraf mata yang berhubungan dengan peningkatan


tekanan bola mata (TIO Normal : 10-24mmHg)
Ditandai : meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus
optikus dan pengecilan lapangan pandang
Jenis Glaukoma :

Mekanisme : Gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan sitem drainase
sudut kamera anterior (sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem
drainase (sudut tertutup)
Pemeriksaan :

Primer yaitu timbul pada mata yang mempunyai bakat bawaan, biasanya bilateral dan
diturunkan.
Sekunder yang merupakan penyulit penyakit mata lainnya (ada penyebabnya) biasanya
Unilateral

Tonometri : mengukur tekanan Intraokuler (TIO)


Penilaian diskus optikus : pembesaran cekungan diskus optikus dan pemucatan diskus
Lapang pandang
Gonioskopi : menilai sudut kamera anterior sudut terbuka atau sudut tertutup

Pengobatan : menurunkan TIO obat-obatan, terapi bedah atau laser

Klasifikasi Glaukoma

Oleh Sugar, glaukoma dibedakan:

Glaukoma Primer
Dewasa(Simpleks/sudut terbuka dan terutup)
Kongenital

Glaukoma Sekunder komplikasi dari kondisi


tertentu (ex. Trauma, katarak fakolitik,
eveitis, dll)
Glaukoma absolut: terdapat gejala glaukoma
tetapi diikuti dengan peningkatan TIO dan
gonoskopi negatif

Glaukoma

sudut terbuka primer ditegakkan


berdasarkan

keluhan mata buram


penurunan tajam penglihatan, cupping (penggaungan
papil > 0,3 diameter papil)
gonioskopi sudut terbuka
TIO normotensi
tidak ditemukan edema atau injeksi konjugtiva/subkonjungtiva

sudut tertutup primer peningkatan TIO


mendadak, penurunan tajam penglihatan tiba-tiba
keluhan nyeri mata/sakit kepala dominan, dan
biasanya disertai injeksi konjungtiva/subkonjungtiva
serta edema palpebra. Glaukoma jenis ini sering
juga disebut sebagai glaukoma akut

Glaukoma

Tatalaksana Glaukoma
Akut
Tujuan : merendahkan tekanan bola mata secepatnya
kemudian bila tekanan normal dan mata tenang operasi
Pada serangan akut :
Pilokarpin 2% setiap menit selama 5 menit,lalu 1 jam selama 24
jam
Asetazolamide 500mg IV,lalu 250mg tab setiap 4 jam
Dapat juga diberikan Manitol 1.5-2MK/kgBB dalam larutan 20%
atau
urea IV
Gliserol 1g/kgBB badan dalam larutan 50%
Mata yang tidak dalam serangan juga diberikan miotik untuk
mencegah serangan
Pemakaian simpatomimetik yang melebarkan pupil
berbahaya

Glaukoma akut kegawatdaruratan oftalmologi


Segera turunkan tekanan intraokular dengan
azetazolamid IV atau oral bersama dengan obat
topikal (siklopegik pilokarpin 2-4% 6gtt/hari, @1gtt).
Dapat diganti dengan latanoprost, apraklonidin,
timolol 0.25-0.5%)

Pilokarpin untuk kontraksi siliar dan mengkonstriksi


pupil agar tidak terjadi iskemia iris. Sudah jarang
dipakai dan banyak digantikan oleh latanoprost.
Timolol dan apraklonidin mengurangi produksi aqueous
humour.
Steroid topikal kadang dipakai untuk mengurangi
inflamasi
intraokuler sekunder.
Zat hiperosmolar (manitol, gliserin) kadang dipakai
untuk mengurangi volume vitreous.

Setelah tekanan intraokuler turun iridotomi


perifer. Tujuan operasi adalah untuk membuat
hubungan permanen antara bilik mata depan dan
belakang agar iris bombe terlepas.
Tindakan yang juga dapat dilakukan: trabekulektomi.
Syarat = belum ada sinekia anterior perifer.
Jika gagal lakukan:

ALPI (argon laser peripheral iridoplasty).


b. IRIDEKTOMI PERIFER (operasi biasa).
. Jika unilateral, mata kontralateral perlu di iridotomi perifer
laser untuk tujuan profilaksis.
a.

Retinopati

Retinopati Diabetik
Nonproliferatif

Mikroaneurisma, hemoragik

Preproliferatif

Soft and hard exudate

Proliferatif

Neovaskularisasi

Proliferatif

lanjut

Perdarahan vitreous

Retinopati diabetika
Retinopati diabetik non-proliferatif: soft
exudate (+), hard exudate (+), cotton wool
spot (+), neovaskularisasi (-)
Retinopati diabetik proliferatif ditegakkan
berdasarkan temuan adanya neovaskularisasi
Retinopati diabetik proliferatif stadium dini:
neovaskularisasi (+)
Stadium lanjut ditegakkan karena sudah
terjadi perdarahan vitreous

Klasifikasi

selain non proliferatif rujuk

Non-proliferatif: mikroaneurisma (+), perdarahan


retina (+), cottow wool spots (+), neovaskular (-)
Preproliferatif: multiple perdarahan di semua
kuadran (+), venous beading (+), intraretinal new
vessels (+)
Proliferatif: neovaskularisasi di diskus (+),
perdarahan retina (+)
Advanced proliferatif: vitreous haemorrhage (+),
tractional retinal detachment (+), neovascular
glaucoma (+)
Makulopati (pada late onset DM): makula edema
atau makula iskemik

Tatalaksana:

Kontrol TD, lipid, dan gula darah


Foto koagulasi
proliferatif DR
Makular laser menghancurkan mikroaneurisma
di makula
Grid laser non-iskemik difus makular edema
Panretinal

Vitrektomi perdarahan retinal, menghilangkan


traksi retina dan repair retinal detachment,
makula edema akibat traksi vitreous

Retinopati Hipertensi
Berdasarkan

gejala pada pasien ini


termasuk mata tenang visus turun
perlahan. Pasien memiliki riwayat HT &
DM yg mengarahkan ke retinopati.
Gejala klinis retinopati HT: pada
funduskopi ditemukan fenomena cotton
wool spot + av crossing + copper wire.

Anda mungkin juga menyukai