Kelompok : 4
Anggota :
Ari Nuryaddin Putra (410012045)
Dionisius Karolus Shila (410012215)
Ari Rusmawan (410012218)
Evolusi dari Busur Sulawesi Utara dibagi menjadi dua tahap, yaitu
subduksi di bagian barat Sulawesi di awal masa Miosen (22 16 Ma) dan
pasca tumbukan dan pengangkatan busur Sulawesi serta permulaan
subduksi sepanjang palung Sulawesi Utara selama akhir Miosen sampai
dengan Kuarter (9 Ma). Batuan vulkanik busur Sangihe yang berusia
Pliosen-Kuarter, menyimpan banyak geologi daerah sekitar Manado di
masa awal Miosen.
Singkapan-singkapan kecil berupa andesit dan diorite di bawah
batuan vulkanik Kuarter yang menutupi kepulauan Sangihe dan bagian
utara Manado, menunjukkan bahwa busur volkanik yang lebih tua
berada di sepanjang pantai bahkan mungkin sampai ke Mindanao yang
membentuk basement busur Sangihe saat ini. Adapun busur Neogen
yang merupakan busur batuan gunung api tidak berada di antara
Tolitoli dan Palu di sekitar leher pulau Sulawesi, hal ini disebabkan
karena pengangkatan tingkat tinggi dan erosi dalam, dimana batuan
granit lower Miosen tidak diketahui, dan bukti bahwa busur Sulawesi di
masa awal Miosen meluas ke arah leher pulau Sulawesi sangat sedikit.
Meskipun demikian, masih bisa disimpulkan bahwa zona Benioff di
awal Miosen berada sepanjang leher pulau Sulawesi ke arah selatan
menuju sesar Paleo Palu-Matano.
sebagai bagian dari ophiolit berdasarkan anomali high gravity dan MORB,
dimana formasi Bone diduga terdiri dari wackestone bioklastika dan
butiran packstones foraminifera planktonik
Peta Geologi
Sulawesi Tenggara
(Surono, 1998)
Stratigrafi Sulawesi
Berdasarkan stratrigrafi,
susunan batuan yang
membentuk Sulawesi Utara
dari tua ke muda adalah;
Batu gamping Gatehouse,
Batu lumpur Rumah kucing,
Batu gamping Ratatotok,
Intrusi Andesit Porfiri,
Volkanik Andesit, Epiklastik
Volkanik dan Aluvial Endapan
sungai dan Danau.
1.Kapur Akhir
Selama Kapur Akhir sikuen tebal sedimen bertipe flysch diendapkan
di daerah yang luas di sepanjang daerah Sulawesi bagian barat. Sedimen
ini ditindih oleh kompleks melange di bagian selatan dan kompleks
batuan dasar metamorf di bagian tengah dan utara . Sedimen umumnya
berasosiasi dengan lava dan piroklastik yang mengindikasikan bahwa
batuan ini berasal dari busur kepulauan vulkanik dan diendapkan di
daerah cekung an depan busur (Sukamto
& Simandjuntak, 1981).
Pada saat yang sama, daerah sulawesi bagian timur berkembang
sebagai cekungan laut dalam, tempat sedimen pelagic diendapkan
sejak zaman Jura di atas batuan dasar ofiolit. Besar kemungkinan jika
cekungan laut dalam Kapur ini dipisahkan oleh sebuah palung dari
daerah Sulawesi Bagian Barat. Palung tersebut kemungkinan terbentuk
akibat subduksi ke arah barat, tempat Melange Wasuponda
berakumulasi (Sukamto & Simandjuntak, 1981). Subduksi ini
menyebabkan terjadinya magmatisme di sepanjang daerah Sulawesi
Bagian Barat. Batuan metamorf yang ada di Sulawesi Bagian Barat
diyakini terjadi selama subduksi Kapur ini. Daerah Banggai-Sula
merupakan bagian dari paparan benua sejak Mesozoikum awal,
dimana diendapkan klastik berumur Trias akhir hingga Kapur. Batuan
dasar benua terdiri dari batuan metamorf zaman karbon dan plutonik
2.Paleogen
Perkembangan sedimen bertipe flysch di Sulawesi bagian barat
berhenti di bagian selatan, sementara di bagian utara masih berlanjut
hingga Eosen. Gunungapi aktif setempat selama Paleo sen di bagian
selatan dan selama Eosen di bagian tengah dan utara, pengendapan
batuan karbonat (Formasi Tonasa) terjadi di daerah yang luas di
selatan selama Eosen hingga Miosen yang mengindikasikan bahwa bagian
daerah tersebut adalah paparan yang stabil. Sejak: Paleosen, sulawesi
bagian timur mengalami shoaling dan diendapkan batuan
karbonat air-dangkal (Formasi Lerea).
Pengendapan batuan karbonat di daerah ini berlanjut hingga Miosen
Awal (Formasi Takaluku). Di bagian barat Banggai-Sula, sikuen tebal
karbonat bersisipan klastik diendapkan di daerah yang luas. Karbonat ini
diendapkan sampai Miosen Tengah (Sukamto & Simandjuntak, 1981).
Zona subduksi dengan kemiringan ke barat yang dimulai sejak zaman
Kapur menghasilkan vulkanik Tersier Awal di Daerah Sulawesi Bagian
Barat, dan proses shoaling laut di daerah Sulawesi Bagian Timur, begitu
pula di Daerah Banggai-Sula (Sukamto & Simandjuntak, 1981). Di daerah
Selat Makassar terjadi peregangan kerak..
Daerah Selat Makassar bagian utara adalah bagian awal dari failed
rift atau aulacogen, yang terbentuk sebagai bagian selatan dari
pusat pemekaran Laut Sulawesi. Kombinasi guyot, kelurusan
gravitasi, fasies seismik, bersama dengan distribusi aliran panas yang
dihasilkan oleh Kacewicz dkk tahun 2002 (dalam Fraser dkk., 2003),
mendukung usulan pola transform/ekstensional untuk peregangan
kerak Eosen Tengah di laut dalam Cekungan Makassar Utara.
Titik paling utara Selat Makassar yang mengalami transform adalah
cekungan Muara dan Berau.
Sumbu pemekaran lantai samudera kemudian menyebar ke arah
selatan mendekati Paternosfer Platform sumbunya menyimpang ke
arah timur dan kembali ke arah liaratdaya menuju Selat Makassar
selatan. Perluasan yang menerus dan diikuti pembebanan pada Eosen
akhir (menghasilkan peningkatan akomodasi ruang yang signifikan),
kelimpahan material benua berbutir halus diendapkan di daerah yang
luas pada Cekungan Makassar Utara, berlanjut hingga Oligo sen dan
Miosen Awal. Suksesi batulempung tebal yang dihasilkan membentuk
media yang mobile untuk thinskinned basal detachment di bawah
bagian selatan dari Jalur Lipatan Sulawesi Barat yang mulai ada
selama Pliosen awal
3.Neogen
Distribusi produk vulkanik yang luas menunjukkan terjadinya
vulkanisme yang kuat selama Miosen Tengah di Daerah Sulawesi
Bagian Barat. Batuan vulkanik yang awalnya diendapkan lingkungan
dasar laut dan kemudian setempat menjadi terestrial pada Pliosen.
Vulkanisme berhenti pada Kuarter Awal di selatan tetapi menerus sampai
sekarang di bagian utara. Magmatisme yang kuat di Daerah Sulawesi
Bagian Barat selama Miosen Tengah berkaitan dengan dengan proses
tekanan batuan dalam Daerah Sulawesi Bagian Timur akibat gerakan
benua-mikro Banggai-Sula ke arah barat.
Peristiwa tektonik ini mengangkat dan menganjak hampir
keseluruhan material di dalam Daerah Sulawesi Timur, batuan ofiolit
teranjak dan terimbrikasi dengan batuan yang berasosiasi termasuk
melange. Pada bagian lain, ofioit di bagian timur menyusup ke arah timur
ke dalam sedimen Mesozoikum dan Paleogen dari Daerah BanggaiSula.
Selama pengangkatan seluruh daerah Sulawesi yang terjadi sejak Miosen
Tengah, sesar turun (block-faulting) terbentuk di berbagai tempat
membentuk cekungancekungan berbentuk graben. Saat Pliosen, seluruh
area didominasi oleh block faulting dan sesar utama seperti sesar PaluKoro tetap aktif. Pergerakan epirogenic setelahnya membentuk morfologi
Pulau Sulawesi yang sekarang.
Epilogue
Struktur geologi yang berkembang di Daerah Sulawesi adalah
sesar- sesar mendatar yang berasosiasi dengan sesar-sesar naik.
Hasil analisis struktur geologi seperti pola kelurusan dan arah
pergerakan relatif sesar, mengindikasikan bahwa deformasi di daerah
Sulawesi dipengaruhi oleh aktivitas Sesar Mendatar Palu-Koro dan
terusan Sesar Mendatar Walanae.
Mekanisme pembentukan struktur geologi Sulawesi bisa dijelaskan
dengan model simple shear.
TERIMAKASI
H