Anda di halaman 1dari 60

DASAR INDUSTRI MINYAK DAN GAS

Dr. Ir. Sudjati Rachmat, DEA

DASAR INDUSTRI MINYAK DAN GAS

Eksplorasi
Tahap Pemboran
Tahap Evaluasi
Tahap Produksi
Enhanced Oil Recovery

DASAR INDUSTRI MINYAK DAN GAS


Dunia industri perminyakan sudah sangat berkembang
dalam
dekade
belakangan
ini,
dengan
telah
diketemukannya
berbagai
jenis
teknologi
dalam
eksplorasi, pemboran, penilaian formasi, produksi dan
bahkan pada sistem produksi tahap lanjut (EOR)
Eksplorasi
Studi geologi akan memberikan sejumlah data untuk
menemukan, mengembangkan dan operasi eksplorasi
minyak dan gas bumi.

Lingkungan Terdapatnya Minyak dan Gas Bumi


Hampir
sebagian
besar
minyak
dan
gas bumi
diketemukan pada lapisan batuan pasir karbonat.
Sangat terbatas terbentuk batuan shale, batuan
vulkanik, ataupun rekahan batuan kasar (basalt), lihat
Gambar 1 sampai 6.
Studi pendahuluan meliputi geologi regional, yang
menyangkut studi komparatif atau perbandingan
dengan daerah geologi lainnya yang telah terbukti
produktif. Studi ini mempertimbangkan formasi yang
bisa dijadikan sasaran eksplorasi, struktur yang dapat
bertindak sebagai perangkap dan seterusnya.
Pada umumnya lebih tebal lapisan sedimen didapatkan,
kemungkinan ditemukannya minyak bumi akan lebih
besar. Hal ini disebabkan karena pada umumnya lebih
tebal lapisan sedimen itu, tentu lebih banyak lagi
formasi yang dapat bertindak sebagai reservoir maupun

Gambar 1
Lingkungan terdapatnya minyak dan gas bumi

Gambar 2
Lingkungan terdapatnya minyak dan gas bumi

Gambar 3
Lingkungan terdapatnya minyak dan gas bumi

Gambar 4
Lingkungan terdapatnya minyak dan gas bumi

Gambar 5
Lingkungan terdapatnya minyak dan gas bumi

Gambar 6
Lingkungan terdapatnya minyak dan gas bumi

Survey Geologi Permukaan


Pemetaan geologi pada permukaan secara detail dapat
dilakukan jika memang terdapat singkapan pada rintisan
dan juga di sepanjang sungai.
Survey Seismik
Untuk survey detail, metoda seismik merupakan metoda
yang paling teliti dan dewasa ini telah melalupaui
kemampuan
geologi
permukaan.
Metoda
yang
digunakan adalah khusus metoda refleksi. Walaupu
pemetaan geologi detail terhadap tutupan telah
dilakukan,
untuk
penentuan
kedalaman
objektif
pemboran serta batuan dasar dan juga lapisan yang
akan menghasilkan minyak.
Survey Gravitasi Detail
Survey gravitasi detail kadang-kadang juga digunakan
untuk mendetailkan adanya suatu tutupan (closure),
terutama jika yang diharapkan adalah suatu intrusi

Prognosis
Semua prospek yang telah dipilih serta dinilai dalam
suatu
sistem
penilaian,
kemudian
dipilih
untuk
dilakukan pemboran eksplorasi terhadapnya. Maka
semua proses ini haruslah diberi prognosis. Yang
dimaksud dengan prognosis adalah rencana pemboran
secara terperinci serta ramalan-ramalan mengenai apa
yang akan ditemui waktu pemboran dan pada
kedalaman berapa. Prognosis ini meliputi :
Lokasi yang tepat
Lokasi ini biasanya harus diberikan dalam koordinat.
Untuk mencegah kesalahan dalam lokasi titik terhadap
tutupan struktur, sebaliknya semua koordinat lokasi
tersebutpenentuannya
dilakukan
dari
pengukuran
seismik, terutama jika tutupan ditentukan oleh metoda
seismik. Jika hal ini terjadi di laut misalnya, maka
pengukuran harus dilakukan dari pelampung (buoy)
yang sengaja ditinggalkan di laut pada pengukuran

Kedalaman Akhir
Kedalaman
akhir
pemboran
eksplorasi
biasanya
merupakan batuan dasar cekungan sampai mana
pemboran itu pada umumnya direncanakan. Penentuan
kedalaman akhir ini sangat penting karena dengan
demikian kita dapat memperkirakan berapa lama
pemboran itu akan berlangsung dan dalam hal ini juga
untuk berapa lama alat bor itu ita sewa. Penentuan
kedalaman akhir ini didasarkan atas data seismik,
setelah dilakukan korelasi dengan semua sumur yang
ada dan juga dari kecepatan rambat reflektor yang
ditentukan sebagai batuan dasar.
Latar Belakang Geologi
Alasan untuk pemboran didasarkan atas latar belakang
geologi. Maka harus disebutkan keadaan geologi daerah
tersebut, formasi yang diharapkan terdapat di daerah
tersebut, alasan pemboran eksplorasi di lakukan di
daerah tersebut, jenis tutupan prospek dan juga

Objektif atau Lapisan Reservoir yang Diharapkan


Ini biasanya sudah ditentukan dari stratigrafi regional
dan juga diikat dengan refleksi yang didapat dari
seismik. Objektif lapisan reservoir ini harus ditentukan
pada tingginya kedalaman yang diharapkan akan dicapai
oleh
pemboran,
hal
mana
diperoleh
oleh
dari
perhitungan kecepatan rambat seismik.
Kedalaman Puncak Formasi yang akan Ditembus
Juga dalam prognosis ini harus kita tentukan formasiformasi mana yang akan dilalui bor, maka kedalaman
puncak (batas) formasi ini harus ditentukan dari batas
seismik.

Jenis Survey Lubang Bor yang akan Dilaksanakan


Pada setiap pemboran eksplorasi selalu dilakukan
survey lubang bor. Survey meliputi misalnya peng-log-an
lumpur, cutting, listrik, radioaktif, dsb. Sebaiknya pada
pemboran eksplorasi dilakukan survey yang lengkap,
selain itu juga harus direncanakan apakah akan
dilakukan pengambilan batu inti (core) atau tidak.
Dalam pembuatan prognosis ini juga pada ahli geologi
juga harus bekerja sama dengan bagian eksploitasi dan
bagian
pemboran.
Dengan
demikian
diharapkan
diperoleh hasil yang sangat baik dalam pengembangan
suatu lapangan nantinya

Tahap Pemboran
setelah dilakukan eksplorasi, maka tahap selanjutnya
adalah tahap pemboran. Terdapat lima komponen utama
dalam tahap pemboran, yaitu :
Hoisting System
Hoisting sistem (Gambar 7) adalah perlengkapan utama
dalam sistem dan perlengkapan pemboran. Fungsi
utamanya
adalah
mengangkat,
menahan,
dan
menurnkan peralatan serta pendukung peralatan rotary
pada
rig. SistemStructure
ini terdiri (rig),
dari dua
komponen
a. Supporting
yang
terbuatutama
dari
yaitu
:
kerangka
baja, yang terletak tepat di atas lubang
pemboran. Struktur ini terdiri dari :

- Drilling tower (derick atau mask)


- Substructure, memberikan ruang bebas untuk
dudukan BOP

b. Hoisting
berfungsi
peralatan
-

equipment, peralatan pengangkat ini


untuk mengangkat dan menurunkan
ke dan dari dasar sumur, yang terdiri dari :

Draw works
Overhead loss
Crown blocks
Traveling blocks
Hook
Elevator
Drilling line

Gambar 7
Hoisting System

Rotating System
Rotating system (Gambar 8) berfungsi untuk memutar
drillstring selama operasi pemboran, sehingga daya
yang dihasilkan oleh prime mover dapat ditransmisikan
sampai ke bawah permukaan.
Rotating System ini terdiri dari :
a. Rotary assebly, yang terdiri dari :
- Ratary table
- Master bushing
- Kelly bushing
- Rotary slips
- Make up dan break out tongs
b. Drillstem, menghubungkan rangkaian dari swivel
sampai bit, yang terdiri dari
- Swivel
- Kelly
- Kelly saver sub
- Drillpipe

Gambar 8
Rotating System

Circulating System
Merupakan komponen utama lainnya dari peralatan
pemboran. Peralatan ini berfungsi untuk memberikan
service berupa penyediaan lumpur serta penyediaan
sifat-sifat fisiknya selama perboran berlangsung,
termasuk dengan peralatan conditioning equipment
(Gambar 9).
Circulating system terdiri dari :
a. Drilling Fluid, yang befungsi untuk :
- Mengimbangi tekanan formasi (hidrstatik)
- Mengangkat dan membersihkan cutting dari
lubang bor
- Mendukung kestabilan lubang bor
- Mendinginkan dan melumasi bit dan drillstring
- Menyediakan hydraulic horsepower pada bit

b. Preparation Area
Suatu tempat untuk mempersiapkan lumpur sebelum
disirkulasikan ke
dalam sumur, yang terdiri dari :
- Mud house
- Steel mud pits/tanks
- Mixing hopper
- Chemical mixing barrel
- Bulk mud storage bins
- Water tank
- Reserve pit
c. Circulating Equipment
Merupakan peralatan khusus untuk memberikan
tenaga pada lumpur
sehingga dapat masuk dan ke
luar dari kepala sumur. Susunan dari peralatan ini
adalah :
- Triplex Pump
- Surface Connection

Gambar 9
Circulating System

d. Conditioning Area
Merupakan
tempat
atau
peralatan
untuk
mengembalikan kondisi
umpur setelah mengalami
berbagai
beban
selama
operasi
pemboran
berlangsung. Lumpur akan ditreatment sebelum masuk
ke prefaration
area, yang terdiri dari :
- Shale shaker
- Desander
- Desilter
- Degaser
- Hydrocyclone

Power System
Merupakan komponen yang memberikan sumber daya
untuk mendukung terlaksananya semua proses yang
telah dijelaskan sebelumnya. Power system (Gambar 10)
ini dapat dibagi menjadi :
-

Primary power source


Power transmision

Blow Out Preventer (BOP)


Peranan pendukung untuk pengontrol dan safety
tekanan selama pemboran berlangsung. Peralatan ini
berfungsi untuk menutup sumur bila terjadi kick atau
sembur liar yang mungkin terjadi selama pemboran
akibat masuknya gas/fluida formasi dan mengalir secara
liar ke permukaan. BOP (Gambar 11) ini terbagi
menjadi :

a. BOP Stack dan Accumulator, yang terdiri dari :


-

Annular preventer
Pipe ram preventer
Drilling spool
Blind ram preventer

b. Supproting Choke dan Kill System, yang terdiri dari :


-

Choke manifold
Kill line

Gambar 10
Power System

Gambar 11
Blow Out Preventer (BOP)

a. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi (logging) biasanya dilakukan pada
zona yang yang diperkirakan produktif, untuk
mengetahui jenis fluida yang terkandung, porositas,
serta pemeabilitas dari batuan di zone tersebut.
Jenis
logging
yang
sering
digunakan
untuk
mengevaluasi kondisiformasi adalah :
- Resistivity Logging
- Gamma-ray
- Sonic Logging
- Self potential logging
- Serta beberapa gabungan dan kombinasi dari
metoda-metoda di
atas.
Beberapa tahun belakangan ini, terutama untuk
pemboran sumur horizontal, logging dilakukan
dengan menggunakan peralatan MWD (measurement
while drilling) yang dengan LWD (logging while

Tahap Produksi
Setelah tahap pemboran dan komplesi selesai, maka
sumur baru dapat diproduksikan. Pada awal-awalnya,
bila tekanan statik dasar sumur cukup besar, maka
produksi dapat berlangsung secara spontan tanpa
bantuan energi dari luar atau sering disebut dengan
natural flowing.
Dengan berjalannya waktu maka tekanan reservoir akan
menurun, untuk dapat mempertahankan laju produksi
yang telah digariskan, maka sumur-sumur diberikan
sistem pengangkatan buatan atau yang sering disebut
dengan artificial lift

Sucker Rod Pump (SRP)


Sumur dengan laju produksi dari yang sangat rendah
sampai menengah atau moderate (lebih rendah dari
2000 bpd, 320 m3/d) sangat cocok menggunakan SRP
dalam pengangkatan fluida produksi ke permukaan. Hal
ini disebabkan SRP mampu membentuk drawdown yang
tinggi di sekitar lubang bor.
Gambar 12 memperlihatkan skematik dari komplesi
dengan menggunakan pompa SRP. Dapat dilihat bahwa
terdapat tiga hal pokok dalam elemen pompa SRP,
yaitu :
-

Bottomhole Pump
Rod String
Pumping Unit

Gambar 12
Sucker Rod Pump (SRP)

SRP mentransmisikan beban tensional dari plunger ke


unit pompa. Maka kriteria desain utama adalah efek
dinamin tersebut kelelahan (fatigure), strecth dan rod
fall.

Panjang dari SRP umumnya 25 ft dengan diameter dari


5/8 11/8 in. Kombinasi dari ukuran-ukuran string ini
sering digunakan.

Terdapat dua jenis grade steel sucker rod yaitu :


Grade C dengan tensile strength 90.000 psi (0.6 Gpa),
digunakan untuk sumur-sumur yang dangkal. Grade D,
dengan tensile strength 115.000 psi (0.8 Gpa) yang
digunakan untuk sumur-sumur dalam, fiber glass rod
juga sering digunakan untuk sumur-sumur dalam atau
lingkungan yang sangat korosif.

Electrical Submersible Pump (ESP)


ESP sangat baik diaplikasikan untuk sumur-sumur
dengan produksi yang sangat besar dengan gas liquid
ratio formasi yang rendah dan temperatur di bawah 250
o
F. Penggunaan dari ESP ini sangat baik pula untuk
sumur-sumur yang telah mencapai kadar air yang
sangat tinggi.

Modifikasi
prosedur
desain
dan
peralatan
akan
memperbaiki efektif kerja pompa sampai 1000 scf/bbl
(200 m3/m3). Rate yang tinggi cocok diterapkan pada
total head sekitar 4000 sampai 5000 ft. Gambar 13
memperlihatkan batas kritis dari ukuran casing.

Hampir sebagian besar instalasi diturunkan dengan


tubing yang diletakkan di atas lubang perforasi atau
bagian openhole (Gambar 14). Motor diletakkan di
bawah sehingga fluida produksi akan menghilangkan
panas yang terbentuk. Bila pomnpa diset di bawah

Pemilihan material penyekat panas yang bail adalah


kunci suksesnya operasi pompa ESP. Clerance pompa
harus kecil sehingga fluida mempunyai kecepatan
berkisar 1 ft/detik (0.3 m/dt) tetapi tidak boleh terlalu
kecil, sehingga dapat meningkatkan efek friksi.

Gambar 13
Batas Kritis dari Ukuran Casing

Submersible Pump harus memiliki :


-

Annulus terbuka untuk celah lewatnya gas


Special wellhead untuk penyekat di sekeliling kabel
Cukup clearance untuk pompa dan kabel
Cable prtection
Pendingin motor

Tubing dengan ukuran tertentu agar dapat menampung


aliran volume fluida produksi, dengan minimum back
pressure pada pompa untuk memperkecil energi yang
terbuang di pompa.

Gambar 14
Electric Submersible Pump (ESP)

Gas Lift
Komplsi gas lift adalah salah satu cara sederhana untuk
mengangkat fluida produksi ke permukaan dengan
menginjeksi gas dalam kondisi bertekanan baik secara
kontinyu atau berkala (intermitten) lihat Gambar 15.

Gas yang diinjeksikan akan larut dalam kolom fluida


dalam tubing sehingga dapat menurunkan head fluida
dalam
tubing,
menurunkan
viskositas
fluida,
menurunkan gaya friksi serta akan memberikan energi
potensial yang cukup untuk mendorong fluida ke
permukaan.

Berdasarkan
pendesainan
-

skema komplesi gas lift, hal utama dalam


sistem gas lift adalah :

Penentuan ukuran tubing yang tepat


Menentukan jumlah dan letak kedalaman (setting

Gambar 15
Gas Lift

Gambar 16 memperlihatkan desain sistem gas lift


distribusi tekanan sebagai fungsi dari tekanan.
Perpotongan antara optimum gas liquid ratio curve
(draw down dari THP) dan kurva gradien GLR formasi
(draw up dari FBHP) memberikan posisi dari katup
operasi injeksi gas lift. Posisi ini dapat dimidifikasi bila
besar tekanan gas yang tersedia terbatas serta desain
kedalaman tidak tercapai.
Tambahan valve umumnya diperlukan untuk melakukan
loading guna mendorong fluida pembunuh sumur (killing
fluid) sehingga sumur dapat berproduksi seperti biasa.
Unloading valve kick-off umumnya akan tertutup
selama operasi normal dan akan terbuka kembali bila
tekanan tubing melebihi batas tekanan operasi yang
disarankan.

Gambar 16a
Desain Sistem Gas Lift

Gambar 16b
Desain Sistem Gas Lift

Kedalamam minimum dari kick-off valve yang pertama


ditentukan dengan :
- Gradien kill fluid
- Sistem tekanan dari sumur yang akan di kick-off
(tekanan flowline,
tekanan blowdown separator,
service line pressure, dll.)
- Supply gas selama operasi kick-off (beberapa
perusahaan
menggunakan
kompresor
khusus
bertekanan tinggi untuk operasi ini).

Hydraulic Pump
Terdapat tiga tipe hydraulic pump system, yaitu piston
pump, jet pump, hydraulic turbine.

Hydraulic pumping memiliki aplikasi yang sangat luas.


Piston pump (Gambar 17) sangat cocok digunakan pada
sumur-sumur yang dalam. Untuk volume produksi yang
moderate sampai tinggi, jet pump digunakan dimana
aliran gas liquid ratio dari moderate sampai rendah.

Hydraulic pump cocok digunakan untuk offshore, sumur


yang berbelok-belok, minyak berat dan beberapa
kondisi. Kelemahan utamanya adalah investasi awal
yang sangat tingi, biaya perawatan yang tinggi.

Hydraulic Pump
Terdapat tiga tipe hydraulic pump system, yaitu piston
pump, jet pump, hydraulic turbine.

Hydraulic pumping memiliki aplikasi yang sangat luas.


Piston pump (Gambar 17) sangat cocok digunakan pada
sumur-sumur yang dalam. Untuk volume produksi yang
moderate sampai tinggi, jet pump digunakan dimana
aliran gas liquid ratio dari moderate sampai rendah.

Hydraulic pump cocok digunakan untuk offshore, sumur


yang berbelok-belok, minyak berat dan beberapa
kondisi. Kelemahan utamanya adalah investasi awal
yang sangat tingi, biaya perawatan yang tinggi.
Sistem power fluid dapat dibagi menjadi dua :
-

Open Power Fluid (OPF)


Closed Power Fluid (CPF)

Gambar 17
Hydraulic Pump

Enhanced Oil Recovery (EOR)


Tujuan dari teknik EOR adalah untuk meningkatkan
pertambahan recovery yaitu dengan memperbaiki
kondisi dan sistem reservoir, dengan memperhitungkan
faktor ekonominya.

Besaran-besaran
pemilihan metoda
Report on EOR)

yang
harus
diperhatikan
dalam
EOR adalah sebagai berikut (NPC

1. Kebasaan (wettability) batuan


2. Sifat-sifat batuan reservoir (petrofisik), serta jenis
batuan
3. Jenis minyak
4. Tekanan dan temperatur reservoir
5. Derajat homogenitas reservoir
6. Mekanisme pendorong reservoir
7. Struktur dan stratigrafi
8. Saturasi minyak yang tersisa yang dapat bergerak

Water Flooding
Water flooding adalah proses penginjeksian air untuk
mendorong minyak ke suatu sumur produksi dengan
pola-pola pendesakan tertentu. Selain itu injeksi air ada
yang bertujuan untuk menginbangi penurunan tekanan
reservoir
yang
sering
disebut
dengan
pressure
maintenance, Gambar 18.
Syart-syarat air untuk injeksi adalah :
- tersedia dalam jumlah cukup sepanjang masan
injeksi
- tidak mengandung padatan-padatan yang tidak
dapat larut
- secara kimiawi stabil dan tidak mudah bereaksi
dengan elemen-elemen
yang terdapat pada sistem
injeksi dan reservoir (compatible)

Gambar 18
Water Flooding

sumber-sumber yang mungkin untuk injeksi air


a. air pemukaan
Tawar
: singai, danau, dll.
Asin
: laut

b. Air bawah permukaan


Dangkal (150 m) : tawar (air seperti untuk sumur,
air minum)
Dalam (ribuan meter) : asin (dapat dilakukan
dengan resirkulasi air
produksi dari lapisan
yang sama jika tidak berubah sifat-sifatnya)
Sebelum dilakukan penginjeksian, maka air sumber
tersebut harus ditreatment terlebih dahulu sehingga
baik secara kimiawi dan fisik sesuai dengan kondisi di
reservoir.

Alasan-alasan sering dipakainya air


- mobilitas yang menguntungkan (cukup rendah)
- mudah diperoleh (murah)
- berat kolom air dalam sumur membantu menekan
sehingga mengurangi
tekanan injeksi
- mudah tersebar ke dalam reservoir (yang dilihat dari
kondisi
pengendapannya biasanya water wet)
- efisiensi pendesakan baik, Sor mendekati 30 % dari
OOIP (original Oil
in Place)

Telah disebutkan di atas, bahwa sistem sumur injeksi


mengikuti bentuk pola-pola tertentu. Faktor-faktor yang
diperhatikan dalam memilih bentuk pola tersebut adalah
:
- struktur (patahan, kemiringan, ukuran)
- stratigrafi (distribusi permeabilitas)
- sumur-sumur
yang
sudah
ada
(lokasi
penyebarannya)
- topografis
- ekonomi (reserve yang akan dapat diambil)

dan

Thermal
Tujuan dari injeksi thermal adalah untuk menurunkan
viskositas minyak atau membuat minyak berubah ke
fasa uap, juga mendorong minyak ke sumur-sumur
produksi, Gambar 19.
Proses injeksi thermal yang sering digunakan adalah sbb
:
1
:

a. Huff and puff : yaitu uap diinjeksikan ke suatu


Injeksi
uap,
yang dapat
dibedakan
menjadi
dua,untuk
yaitu
sumur
produksi,
kemudian
sumur
dirurup
sementara waktu sehingga pengaruh panas
menjalar ke sekitar formasi dekat sumur tersebut,
dan selanjutnya diproduksikan. Jadi pada proses
ini satu sumur berfungsi sebagai sumur
injeksi dan sumur produksi.
b. Steam flooding : yaitu penginjeksian uap panas
secara kontinyu melalui suatu sumur injeksi.

2. Pembakaran ditempat (in-situ combustion), yaitu


menginjeksikan udara
dan membakar sebagian
minyak. Ini akan menurunkan viskositas
minyak,
menubah minyak menjadi uap dan mendorong dengan
pendesakan gabungan uap air panas dan gas.
3. Injeksi air panas, yaitu hampir sama dengan water
flood, tetapi pada injeksi ini temperatur air yang
diinjeksikan lebih tinggi dari temperatur
air formasi.

Injeksi thermal sangat cocok untuk diterapkan pada


reservoir dengan kandungan minyak yang cukup berat,
mengandung parafin.

Gambar 19
Injeksi Thermal

Chemical
Adalah suatu metoda EOR dengan menginjeksikan air
yang telah dicampur dengan zat-zat kimia, misalnya :
a. Surfactant, untuk menurunkan tegangan permukaan,
tekanan kapiler
(campuran polimer, alkohol,
sulfonat) akan menaikkan efisiensi
pendesakan dalam
skala pori (mikroskopis).
b. Polimer, untuk memperbaiki perbandingan mobilitas
air-minyak.
Untuk
menaikkan
efisiensi
pengurasan secara luas (makroskopis). Srting
dipakai bersalang seling dengan surfactan. Jenis polimer
yang
sering
digunakan
adalah
plycrylamide,
polysacharide.

c. Alkaline (NaOH), menaikkan pH sehingga


13 sehingga dapat menurunkan tegangan

menjadi 12
permukaan

Injeksi Tercampur (Miscible Flooding)


Injeksi fluida dalam kondisi tercampur dengan fasa
minyak yang akan didorongnya, Gambar 20.

Injeksi CO2 dapat menghasilkan recovery yang besar, CO 2


mudah larut dalam minyak, jadi menolong produksi
dengan 2 cara :
1. Menaikkan so dari Sor menjadi lebih besar
2. Menurunkan viskositas minyak, menaikkan mobilitas
minyak. Juga CO2
bereaksi dengan komponenkomponen hidrokarbon ringan dari minyak (miscible)

Gambar 20
Injeksi Tercampur

Contoh-contoh injeksi tercampur :


a. Injeksi gas pada tekanan tinggi
b. Injeksi
gas
yang
diperkaya,
yaitu
dengan
memperbanyak komponen ringan hidrokarbon
c. Injeksi dengan fluida yang dapat tercampur dengan
minyak (gas)
d. Injeksi CO2 atau gas-gas yang tak bereaksi (inert)
dapat bercampur
dengan minyak dan air

Anda mungkin juga menyukai