Anda di halaman 1dari 106

PAJAK PENGHASILAN BADAN

Dasar Hukum
Undang Undang (UU) No. 36 Tahun
2008
Tentang
Perubahan Keempat atas
UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan

Peraturan Pemerintah (PP)


Keputusan Presiden (Keppres)
Peraturan & Keputusan Menkeu (PMK & KMK)
Peraturan, Keputusan, dan Surat Edaran Dirjen Paja
(PER, KEP, dan SE DJP)
2

Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (1 dan 1a)

Orang Pribadi (OP)


Warisan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan, bersifat
menggantikan yang berhak.
Badan
Bentuk usaha tetap (BUT),
merupakan subyek pajak yang
perlakuan pajaknya dipersamakan
dengan subyek pajak badan.
3

Definisi
sekumpulan orang dan/atau modal
Yang merupakan kesatuan.

baik yang melakukan usaha maupun


yang tidak melakukan usaha

yang
meliputi
perseroan
terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya,
badan usaha milik negara atau badan
usaha milik daerah dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga, dan bentuk badan
lainnya
termasuk
kontrak
investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap. 4

Bukan Subjek Pajak Badan


Pasal 2 Ayat 3 Huruf b

pembentukannya berdasarkan ketentuan


peraturan
perundang-undangan;
pembiayaannya
bersumber dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah;
enerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pus
Pemerintah Daerah; dan
pembukuannya diperiksa oleh aparat
pengawasan fungsional negara
5

Subjek Pajak Badan Dalam dan Luar Negeri

SUBJEK PAJAK

LUAR NEGERI

DALAM NEGERI
badan yang
didirikan atau
bertempat
kedudukan di
Indonesia

badan yang tidak didirikan dan


tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia
badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang dapat menerima
atau memperoleh6 penghasilan dari

Bertempat Kedudukan di Indonesia


PER-43/PJ/2011
a.tempat kedudukan sesuai akta pendirian
b.kantor pusat
c.pusat administrasi dan/atau pusat
keuangan
d.tempat kantor pimpinan yang melakukan
pengendalian
e.pengurusnya melakukan pertemuan
untuk membuat keputusan strategis
f. pengurusnya bertempat tinggal atau
berdomisili
7

Perbedaan Subjek Pajak dalam negeri


dan luar negeri
Wajib Pajak dalam negeri
dikenai pajak atas
penghasilan baik yang
diterima atau diperoleh
dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia;
Wajib Pajak dalam negeri
dikenai pajak berdasarkan
penghasilan neto dengan
tarif umum;
Wajib Pajak dalam negeri
wajib menyampaikan
Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan
sebagai sarana untuk

Wajib Pajak luar negeri


dikenai pajak hanya atas
penghasilan yang berasal
dari sumber penghasilan di
Indonesia;
Wajib Pajak luar negeri
dikenai pajak berdasarkan
penghasilan bruto dengan
tarif pajak sepadan;
Wajib Pajak luar negeri
tidak wajib menyampaikan
Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan
karena kewajiban pajaknya
8
dipenuhi melalui

Bentuk Usaha Tetap (1)


Pasal 2 Ayat (5)
a. Tempat kedudukan
manajemen;
b. Cabang perusahaan;
c. Kantor perwakilan;
d. Gedung kantor;
e. Pabrik;
f. Bengkel;
g. Gudang;
h. Ruang untuk promosi dan
penjualan;
i. Pertambangan dan
penggalian sumber alam;
j. Wilayah kerja
pertambangan minyak
dan gas bumi;
k. Perikanan, peternakan,

m.Pemberian jasa, sepanjang


dilakukan lebih dari 60
(enam puluh) hari dalam
jangka waktu 12 (dua
belas) bulan;
n. Orang atau badan selaku
agen yang kedudukannya
tidak bebas;
o. Agen atau pegawai dari
perusahan asuransi yang
tidak didirikan dan
berkedudukan di Indonesia
yang menerima premi
asuransi atau menanggung
risiko di Indonesia; dan
9
p. Komputer, agen
elektronik,

Ilustrasi (Subjek Pajak)


No.

Nama

Tempat
Tinggal /
Kedudukan

Status

Keterangan

6.

PT. Nusa

Jakarta

Didirikan di Indonesia oleh WNA.

7.

PT. Buana

Medan

Berkedudukan di Indonesia, namun


seluruh penghasilannya bersumber dari
investasi di luar negeri.

SPDN Badan

8.

PT. Kiara

Lombok

Didirikan
di
Indonesia,
namun
berencana
untuk
memindahkan
kedudukan dan operasinya ke luar
negeri.

SPDN Badan

9.

Leipz &
Co.

Berlin

Berkedudukan di luar negeri, namun


memiliki investasi saham atas satu
perusahaan di Indonesia.

SPLN

10.

Hush & Co

Berkedudukan di luar negeri,


memiliki showroom di Indonesia.

SPLN

London

SPDN BUT

dan

10

Tidak Termasuk Subjek Pajak


Pasal 3

a. Kantor perwakilan negara asing;


b. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat
lain dari negara asing dan orang yang diperbantukan/ yang
bekerja dan bertempat tinggal bersama mereka dengan
syarat :
Bukan warga negara Indonesia; dan
Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan di luar jabatan atau
pekerjaannya tersebut;
serta
Negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal
balik;
c. Organisasi - organisasi internasional, yang ditetapkan
Menkeu, dengan syarat:
Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
11
memperoleh
penghasilan
dari
Indonesia
selain

Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (1)


Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)

Subjek Pajak Dalam Negeri


Orang
Pribadi
Mulai:
- Saat
dilahirkan.
- Saat berada
atau
berniat
tinggal di
Indonesia.
Berakhir:

Badan

Warisan yang
belum terbagi

Mulai:
Saat didirikan/
berkedudukan
di Indonesia.

Mulai:
Saat timbulnya
warisan.

Berakhir:
Saat dibubarkan
atau tidak lagi
berkedudukan
di Indonesia.

Berakhir:
Saat warisan
selesai
12
dibagikan.

Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (2)


Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)

Subjek Pajak Luar Negeri


Orang Pribadi
Badan
Mulai:

Saat
menerima/memperoleh
penghasilan dari
Indonesia.
Berakhir:
Saat tidak lagi menerima/
memperoleh penghasilan
dari Indonesia.

Mulai:
Saat melakukan usaha/
kegiatan melalui BUT di
Indonesia.
Berakhir:
Saat tidak lagi
menjalankan usaha
melalui BUT di Indonesia.
13

Objek Pajak
Landasan Hukum:
Pasal 4 s/ d Pasal 15
UU Pajak Penghasilan

14

Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)
Merupakan setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang:
- Diterima atau diperoleh wajib pajak.
- Berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia.
- Dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan wajib
pajak.
Dengan nama dan dalam bentuk
apapun
15

Klasifikasi Umum Penghasilan

16

Ketentuan Khusus Atas Penghasilan

Semua penghasilan digabungkan dalam satu tahun


pajak.
Jika menderita kerugian dikompensasikan dengan
penghasilan lain kecuali kerugian dari luar negeri.
Untuk penghasilan dikenakan final atau dikecualikan
dari objek pajak tidak boleh digabungkan.

17

Objek Pajak (1)


Pasal 4 Ayat (1)
a. Penggantian atau imbalan berkenaan
dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan
dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan
lain dalam UU Pajak Penghasilan;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau
kegiatan, dan penghargaan;
c. Laba usaha;
18

Objek Pajak (2)


Pasal 4 Ayat (1)
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan
harta termasuk:
i. Keuntungan karena pengalihan harta sebagai
pengganti saham atau penyertaan modal;
ii. Keuntungan karena pengalihan harta kepada
pemegang saham, sekutu, atau anggota yang
diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya;
iii.Keuntungan
karena
likuidasi,
penggabungan,
peleburan,
pemekaran,
pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan
nama dan dalam bentuk apa pun;
iv. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,
bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan
kepada keluarga sedarah garis keturunan lurus satu
19
derajat dan badan keagamaan, pendidikan,
sosial

Objek Pajak (3)


Pasal 4 Ayat (1)
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang
telah
dibebankan
sebagai
biaya
dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
karena jaminan pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi
kepada
pemegang
polis,
dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta;
j. Penerimaan
atau
perolehan
pembayaran
berkala;
20

Objek Pajak (4)


Pasal 4 Ayat (1)

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;


m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan
dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak;
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam
Undang - Undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
s. Surplus Bank Indonesia.
21

Objek Pajak Dikenai Pajak Final


Pasal 4 Ayat (2)

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan


lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan
bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya,
transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan
transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima
oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa
tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha
real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan;
dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.
22

Peraturan Pelaksana Pajak Final


Penghasilan dari transaksi penjualan saham di
bursa efek.
14 Tahun
1997
Penghasilan PP
dariNo.
bunga
deposito
dan tabungan
serta diskonto SBI.
PP No. 131 Tahun 2000
Penghasilan dari hadiah undian.
PP No. 132 Tahun 2000
Penghasilan dari persewaan tanah dan/ atau
bangunan.
No.
5 Tahun 2002
Penghasilan PP
dari
pengalihan
hak atas tanah
dan/ atau bangunan.
No. 71bunga/
Tahun diskonto
2008
PenghasilanPP
berupa
obligasi
yang dijual di bursa efek.
PP No. 16 tahun 2009
Penghasilan dari usaha jasa konstruksi.
PP No. 40 Tahun 2009
23

Objek Pajak Dikenai Pajak Final

nghasilan
Usaha WP
yang Memiliki
Peredaran
Tertentu
PP No 46
Tahun 20
a. Atas
penghasilan
dari
usahaBruto
yang
diterima
atau

a. Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau


diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto
tertentu, dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final
b. Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu
adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a.Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak
termasuk bentuk usaha tetap; dan
b.menerima, penghasilan dari usaha, tidak termasuk
penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan
bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi
Rp4.800.000.000,00 dalam 1 Tahun Pajak
c. Besarnya tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final
adalah 1%
d. Dasar pengenaan pajak yang digunakan untuk
menghitung Pajak Penghasilan yang bersifat final adalah
jumlah peredaran bruto setiap bulan, untuk setiap
tempat kegiatan usaha.
24

Bukan Objek Pajak Dikenai Pajak Final

nghasilan Usaha WP yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu PP No 46 Tahun 20

a. menggunakan sarana atau prasarana yang dapat


dibongkar pasang baik yang menetap maupun tidak
menetap;
b. menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk
kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi
tempat usaha atau berjualan;
c. Wajib Pajak badan yang belum beroperasi secara
komersial;
d. Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu 1 tahun
setelah beroperasi secara komersial memperoleh
peredaran bruto melebihi Rp4.800.000.000,00 ;

25

Penentuan Saat Beroperasi Komersial


SE - 32/PJ/2014
saat Wajib Pajak melakukan kegiatan operasi secara
komersial untuk pertama kali bagi Wajib Pajak yang bergerak
di sektor:
a. jasa, adalah saat pertama kali dilakukannya penjualan
jasa dan/atau saat diterima atau diperolehnya
pendapatan/ penghasilan; dan/atau
b. dagang dan industri, adalah saat pertama kali
dilakukannya penjualan barang dan/atau saat diterima
atau diperolehnya pendapatan/penghasilan.

26

PEREDARAN BRUTO YANG MENJADI DASAR


Pengenaan PPh FINAL didasarkan pada peredaran bruto
dari usaha dalam 1 tahun dari Tahun Pajak terakhir
sebelum
Tahun
Pajak
yang
bersangkutan
(tahun
sebelumnya)
Peredaran bruto yang tidak melebihi Rp4.800.000.000,00
ditentukan berdasarkan peredaran bruto dari usaha
seluruhnya termasuk dari usaha cabang, tidak termasuk
peredaran bruto dari:
a. jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas;
b. penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar
negeri;
c. usaha yang atas penghasilannya telah dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri;
dan
d. penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak
27

PEREDARAN BRUTO YANG MENJADI DASAR


Dalam hal peredaran bruto dari usaha pada Tahun Pajak
terakhir sebelum Tahun Pajak yang bersangkutan tidak
meliputi jangka waktu 12 (dua belas) bulan, pengenaan
Pajak Penghasilan didasarkan pada jumlah peredaran bruto
Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak bersangkutan
yang disetahunkan
Contoh :
WP A terdaftar sebagai WP tanggal 1 Oktober 2013.
Peredaran
bruto
Oktober
sd
Desember
Rp300.000.000.
Untuk menentukan peredaran bruto sebagai dasar
penerapan PP-46 :
300.000.000 x 12/3 = 1.200.000.000
Dengan demikian Penghasilan Tahun 2014 dikenakan
PPh Final
28

PEREDARAN BRUTO YANG MENJADI DASAR


Dalam hal peredaran bruto kumulatif Wajib Pajak pada
suatu bulan telah melebihi jumlah Rp4.800.000.000,00
dalam suatu Tahun Pajak, Wajib Pajak tetap dikenai tarif
PPh FINAL sampai dengan akhir Tahun Pajak yang
bersangkutan
Contoh :
Peredaran bruto tahun 2013 Rp 4.000.000.000
Peredaran bruto Januari sd Juni 2014 mencapai Rp
4.800.000.000
Peredaran bruto Juli sd Desember 2014 Rp
5.000.000.000
Wajib pajak selama bulan Juli sd Desember 2014
tetap penghitung sesuai PP-46 dikenakan tarif PPh
FINAL
29

PEREDARAN BRUTO YANG MENJADI DASAR


Dalam hal peredaran bruto Wajib Pajak telah melebihi
jumlah Rp4.800.000.000,00 pada suatu Tahun Pajak, atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak pada
Tahun Pajak berikutnya dikenai Pajak Penghasilan
berdasarkan tarif umum Undang-Undang Pajak
Penghasilan
Contoh :
Peredaran bruto tahun 2013 Rp 4.000.000.000
Peredaran bruto Januari sd Juni 2014 mencapai Rp
4.800.000.000
Peredaran bruto Juli sd Desember 2014 Rp
5.000.000.000
Peredaran bruto tahun 2015 Rp 3.000.000.000
Wajib pajak tahun 2015 dikenakan Tarif Pasal 17
(TIDAK FINAL)
30

Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (1)


Pasal 4 Ayat (3)

a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima


oleh badan/ lembaga amil zakat yang disahkan
oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang diterima
oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima
oleh penerima sumbangan yang berhak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah;
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga
sedarah garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan pendidikan,
sosial
31

Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (2)


Pasal 4 Ayat (3)

c. Warisan;
d. Harta,
termasuk
setoran
tunai,
sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali yang
diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan
pajak secara final atau WP dengan Norma
Penghitungan Khusus (deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada
orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa,
32

Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (3)


Pasal 4 Ayat (3)

g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau


diperoleh PT sebagai WP dalam negeri, koperasi,
badan usaha milik negara, atau badan usaha
milik daerah, dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan
di Indonesia dengan syarat:
Dividen berasal dari cadangan laba yang
ditahan; dan
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik
negara dan badan usaha milik
daerah yang
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) dari jumlah
modal yang
disetor;
33

Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (4)


Pasal 4 Ayat (3)

i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh


dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh
anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh
perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha di Indonesia, dengan
syarat
34

Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (5)


Pasal 4 Ayat (3)

l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu


yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan PMK nomor 154/PMK.03/2009;
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan
atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian
dan pengembangan, yang telah terdaftar pada
instansi yang membidanginya, yang ditanamkan
kembali dalam bentuk sarana dan prasarana
kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling
lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa
lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan35 Peraturan

BADAN-BADAN DAN ORANGPRIBADI YANG MENJALANKAN USAHA MIKRO DAN KECIL


YANG MENERIMA HARTA HIBAH, BANTUAN, ATAU SUMBANGAN YANG TIDAK TERMASUK SEBAGAI
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (PERMENKEU NOMOR 245/PMK.03/2008)

Harta hibah, bantuan, atau sumbangan yang diterima oleh :


a.keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat;
b.badan keagamaan;
c.badan pendidikan;
d.badan sosial termasuk yayasan dan koperasi; atau
e.orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil
(kekayaan bersih paling banyak Rp 500.000.000, hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp 2.500.000.000)
Keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat
adalah orang tua dan anak kandung.
Badan keagamaan adalah badan keagamaan yang
kegiatannya semata-mata mengurus tempat-tempat ibadah
dan/atau menyelenggarakan kegiatan di bidang keagamaan,
yang tidak mencari keuntungan.
36

BADAN-BADAN DAN ORANGPRIBADI YANG MENJALANKAN USAHA MIKRO DAN KECIL


YANG MENERIMA HARTA HIBAH, BANTUAN, ATAU SUMBANGAN YANG TIDAK TERMASUK SEBAGAI
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (PERMENKEU NOMOR 245/PMK.03/2008)

Badan pendidikan adalah badan pendidikan yang


kegiatannya semata-mata menyelenggarakan pendidikan
yang tidak mencari keuntungan.
Badan sosial termasuk yayasan dan koperasi adalah badan
sosial yang kegiatannya semata-mata menyelenggarakan :
pemeliharaan kesehatan;
pemeliharaan orang lanjut usia (panti jompo);
Pemeliharaan anak yatim-piatu, anak atau orang terlantar,
dan anak atau orang cacat;
santunan dan/atau pertolongan kepada korban bencana
alam, kecelakaan, dan sejenisnya;
pemberian beasiswa;
pelestarian lingkungan hidup; dan/atau
kegiatan sosial lainnya.
Yang tidak mencari keuntungan
37

BADAN-BADAN DAN ORANGPRIBADI YANG MENJALANKAN USAHA MIKRO DAN KECIL


YANG MENERIMA HARTA HIBAH, BANTUAN, ATAU SUMBANGAN YANG TIDAK TERMASUK SEBAGAI
OBJEK PAJAK PENGHASILAN (PERMENKEU NOMOR 245/PMK.03/2008)

Orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan usaha


kecil adalah orang pribadi yang menjalankan usaha mikro
dan usaha kecil yang memiliki dan menjalankan usaha
produktif yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 500.000.000
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;atau
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
2.500.000.000

38

Objek Pajak BUT


Pasal 5 Ayat (1)
Penghasilan dari:

- Usaha/ kegiatan BUT.


- Harta yang dimiliki/ dikuasai BUT.

- Usaha atau kegiatan.


Penghasilan kantor pusat dari: - Penjualan barang-barang.
- Pemberian jasa.
Dilakukan di Indonesia dan sejenis
dengan yang dilakukan BUT.

Penghasilan sebagaimana tersebut


Sepanjang ada hubungan efektif
dalam Pasal 26, yang diterima
atau
antara
BUT dengan harta/ kegiatan ya
diperoleh kantor pusat:
memberikan penghasilan.
39

Ilustrasi 2.3 - (Objek Pajak BUT)


Arctic
Arctic Co.
Co. perusahaan
perusahaan yang
yang didirikan
didirikan dan
dan
berkedudukan
berkedudukan di
di luar
luar negeri,
negeri, serta
serta memiliki
memiliki Bentuk
Bentuk
Usaha
Usaha Tetap
Tetap di
di Indonesia.
Indonesia. Arctic
Arctic Co.
Co. Dan
Dan BUTnya
BUTnya
sama
sama sama
sama melakukan
melakukan kegiatan
kegiatan penjualan
penjualan chassis
chassis
bus
bus di
di Indonesia.
Indonesia. Selama
Selama 2012,
2012, penjualan
penjualan yang
yang
dilakukan
dilakukan sendiri
sendiri oleh
oleh Arctic
Arctic Co.
Co. mencapai
mencapai Rp
Rp
3.500.000.000,00,
3.500.000.000,00, sementara
sementara nilai
nilai penjualan
penjualan BUTnya
BUTnya
mencapai
mencapai Rp
Rp 8.250.000.000,00.
8.250.000.000,00. Arctic
Arctic Co.
Co. Juga
Juga
melakukan
melakukan transaksi
transaksi penjualan
penjualan mesin
mesin bis
bis senilai
senilai Rp
Rp
1.525.000.000,00.
1.525.000.000,00. BUTnya
BUTnya tidak
tidak menyediakan
menyediakan produk
produk
tersebut.
tersebut. Berapakah
Berapakah nilai
nilai objek
objek pajak
pajak penghasilan
penghasilan
atas
atas BUT
BUT milik
milik Arctic
Arctic Co.?
Co.?
Jawaban:
Jawaban:
40
Objek pajak bagi BUT meliputi penghasilan oleh

Ilustrasi 2.4 - (Objek Pajak BUT)


Baltic
Baltic Inc.
Inc. perusahaan
perusahaan yang
yang berkedudukan
berkedudukan di
di luar
luar
negeri,
negeri, serta
serta memiliki
memiliki Bentuk
Bentuk Usaha
Usaha Tetap
Tetap di
di
Indonesia.
Indonesia. Kemenkes
Kemenkes RI
RI mengadakan
mengadakan perjanjian
perjanjian
langsung
langsung dengan
dengan Baltic
Baltic Inc.
Inc. untuk
untuk membayar
membayar royalti
royalti
atas
Rp
atas paten
paten vaksin
vaksin H1N1
H1N1 dengan
dengan nilai
nilai
Rp
2.750.000.000,00
2.750.000.000,00 sehingga
sehingga vaksin
vaksin tersebut
tersebut dapat
dapat
diproduksi
diproduksi oleh
oleh BUMN
BUMN Farmasi.
Farmasi. Sebagai
Sebagai bagian
bagian dari
dari
kontrak,
kontrak, dipersyaratkan
dipersyaratkan pula
pula bahwa
bahwa Kemenkes
Kemenkes wajib
wajib
menggunakan
menggunakan jasa
jasa konsultansi
konsultansi teknis
teknis dari
dari BUT
BUT milik
milik
Baltic
Baltic Inc
Inc dengan
dengan nilai
nilai kontrak
kontrak terpisah
terpisah senilai
senilai Rp
Rp
325.000.000,00.
325.000.000,00. Berapakah
Berapakah nilai
nilai objek
objek pajak
pajak
penghasilan
penghasilan atas
atas BUT
BUT milik
milik Arctic
Arctic Co.?
Co.?
Jawaban:
Jawaban:

41

Deductible Expenses atas Penghasilan BUT


Pasal 5 Ayat (2)

liputi biaya yang berkenaan dengan penghasilan kantor pus

Sehubungan dengan:
a atau kegiatan;
Penghasilan sebagaimana tersebut
ualan barang;
Pasal 26, selama terdapat hubun
berian jasa;
efektif antara BUT dengan harta/ ke
sejenis dengan yang dijalankan
yang
BUTmemberikan penghasilan
di Indonesia.

42

Penentuan Laba BUT


Pasal 5 Ayat (3)

Biaya administrasi kantor pusat yang boleh


dibebankan adalah biaya yang berkaitan dengan
usaha atau kegiatan BUT, berdasar besaran yang
ditentukan oleh Dirjen Pajak.
Pembayaran kepada kantor pusat yang tidak boleh
dibebankan sebagai biaya meliputi:
Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan
harta, paten, dan hak lainnya.
Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan
jasa lainnya.
Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan
Pembayaran dari kantor pusat yang bukan sebagai
usaha perbankan.
penghasilan BUT meliputi:
Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan
harta, paten, dan hak lainnya.
43

Biaya untuk Mendapatkan, Menagih, dan


Memelihara (3M) Penghasilan (1)
Pasal 6 Ayat (1)

Biaya 3M bersifat dapat dikurangkan (deductible)


atas penghasilan bruto :
a. Biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha,
meliputi:
i. Biaya pembelian bahan baku;
ii. Biaya tenaga kerja;
iii. Bunga, sewa, dan royalti;
iv. Biaya perjalanan;
v. Biaya pengolahan limbah;
vi. Premi asuransi;
vii. Biaya promosi, sesuai ketentuan PMK;
viii.Biaya administrasi
ix. Pajak selain PPh.
b. Biaya penyusutan fiskal dan/atau amortisasi;
44

Biaya untuk Mendapatkan, Menagih, dan


Memelihara (3M) Penghasilan (1)
Pasal 6 Ayat (1)

e. Kerugian dari selisih kurs;


f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan
yang dilakukan di Indonesia;
g. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan;
h. Piutang yang nyata nyata tak dapat ditagih,
dengan syarat:
Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan
laba rugi komersial;
Daftar piutang yang tidak dapat ditagih telah
diserahkan kepada Ditjen Pajak;
Telah diserahkan perkara penagihannya kepada
PN atau BUPLN;
Ada perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/ pembebasan utang antara kreditur
dan
45

Ketentuan Khusus Atas Biaya 3M

Biaya 3M yang dapat dibebankan hanyalah biaya biaya yang


dikeluarkan terkait penghasilan yang ditetapkan sebagai objek
pajak.
Biaya 3M yang dikeluarkan terkait penghasilan yang dikenai
pajak final atau penghasilan yang bukan merupakan objek pajak,
tidak dapat dibebankan.
Jika diketahui nilai biaya secara total, penghitungan biaya 3M
yang dapat dibebankan atau tidak, dapat ditetapkan berdasar
metode pro rata berdasar proporsi penghasilan

46

Ilustrasi 2.5 - (Deductible Expenses)

PT. Mulia memiliki total penghasilan 600 milyar dan beban yang dapat
dikurangkan sebesar 450 milyar. Beban tersebut dikeluarkan untuk
memperoleh semua penghasilan yang diterimanya. Dari penghasilan
tersebut 100 milyar merupakan penghasilan final. Perusahaan tidak dapat
mengindentifikasi secara spesifik beban yang terkait dengan penghasilan
final tersebut. Berapakah penghasilan kena pajak perusahaan?
Jawab:
Penghasilan dikenakan pajak final sebesar 100 milyar dikeluarkan dari
perhitungan penghasilan.
Beban yang akan menjadi pengurang dari penghasilan yang tidak final
sebesar 500/600 x 450 = 375.
Penghasilan kena pajak
Penghasilan
500
Beban yang boleh dikurangkan 375
Penghasilan kena pajak
125
47

Kompensasi Kerugian
Pasal 6 Ayat (2)

Kerugian dapat dikompensasikan dengan penghasilan


mulai tahun pajak berikutnya, berturut-turut sampai
dengan 5 tahun.
Atas penanaman modal di bidang bidang usaha
tertentu atau di daerah daerah tertentu,
kompensasi kerugian dapat diberikan hingga paling
lama 10 tahun.

48

Ilustrasi 2.6 (1) - (Kompensasi Kerugian)


CV.
CV. Kandawa
Kandawa perusahaan
perusahaan yang
yang didirikan
didirikan di
di tahun
tahun
2006.
2006. Pada
Pada awal
awal operasinya
operasinya menghadapi
menghadapi pasang
pasang
surut
surut usaha.
usaha. Berikut
Berikut laba
laba dan
dan rugi
rugi fiskal
fiskal semenjak
semenjak
pertama
pertama kali
kali berdiri.
berdiri.
Tahun2006
Tahun2006 Rugi
Rugi Rp
Rp 1.750.000.000,00
1.750.000.000,00
2007
2007 Rugi
Rugi Rp
Rp 825.000.000,00
825.000.000,00
2008
2008 Laba
Laba Rp
Rp 215.000.000,00
215.000.000,00
2009
2009 Rugi
Rugi Rp
Rp 65.000.000,00
65.000.000,00
2010
2010 Laba
Laba Rp
Rp 765.000.000,00
765.000.000,00
2011
2011 Rugi
Rugi Rp
Rp 12.500.000,00
12.500.000,00
Jika
Jika perusahaan
perusahaan memperoleh
memperoleh laba
laba senilai
senilai Rp
Rp
1.975.000.000,00
1.975.000.000,00 di
di tahun
tahun 2012,
2012, berapakah
berapakah
Penghasilan
Penghasilan Kena
Kena Pajak
Pajak CV.
CV. Kandawa
Kandawa pada
pada tahun
tahun
2012?
2012?
49

Ilustrasi 2.6 (2) - (Kompensasi Kerugian)


Jawaban
Jawaban::
Kompensasi
Kompensasi kerugian
kerugian di
di 2008
2008=
= 215.000.000,00
215.000.000,00
(Berasal
(Berasal dari
dari rugi
rugi fiskal
fiskal 2007)
2007)
Kompensasi
Kompensasi kerugian
kerugian di
di 2010
2010=
= 765.000.000,00
765.000.000,00
(Berasal
(Berasal dari
dari rugi
rugi fiskal
fiskal 2007)
2007)
Kompensasi
Kompensasi kerugian
kerugian di
di 2012
2012=
= Rugi
Rugi fiskal
fiskal 2007
2007 +
+
Rugi
Rugi fiskal
fiskal 2009
2009 +
+ Rugi
Rugi fiskal
fiskal 2011
2011
=
825.000.000
65.000.000
=
825.000.000 +
+
65.000.000 +
+
12.500.000
12.500.000
=
= Rp
Rp 902.500.000,00
902.500.000,00
Adapun
rugi
fiskal
2006
yang
belum
Adapun
rugi
fiskal
2006
yang
belum
dikompensasikan,
dikompensasikan, yaitu
yaitu senilai
senilai Rp
Rp 770.000.000,00
770.000.000,00
(1.750.000.000
(1.750.000.000 -- 215.000.000
215.000.000 -- 765.000.000),
765.000.000), tidak
tidak
dapat
sebab
dapat dikompensasikan
dikompensasikan di
di 2012,
2012, 50
sebab telah
telah

Non Deductible Expenses (1)


Pasal 9 Ayat (1)

Biaya yang tidak dapat dikurangkan (non


deductible) atas penghasilan bruto, meliputi:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk
apapun;
b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan
pribadi pemegang saham, sekutu, anggota atau
anggota;
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali:
Cadangan untuk jenis usaha tertentu yang
ditetapkan KMK;
Cadangan untuk usaha asuransi;
Cadangan jaminan sosial dibentuk BPJS;
Cadangan penjaminan yang dibentuk LPS;
Cadangan
biaya
reklamasi
untuk
usaha
51

Non Deductible Expenses (2)


Pasal 9 Ayat (1)

d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa,


dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayar
oleh WP orang pribadi;
e. Penggantian/ imbalan atas pekerjaan/jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan,
kecuali:
Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai ;
Diberikan di daerah tertentu atau diberikan
berkaitan
dengan
pelaksanaan
pekerjaan
sebagaimana ditetapkan KMK;
f. Jumlah
yang
melebihi
kewajaran
yang
dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak
yang mempunyai hubungan istimewa;
52

Non Deductible Expenses (3)


Pasal 9 Ayat (1)

i. Biaya yang dibebankan/ dikeluarkan untuk


kepentingan pribadi WP atau orang yang
menjadi tanggungan;
j. Gaji
anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham;
k. Sanksi administrasi dan pidana di bidang
perpajakan.

53

Ketentuan Khusus Atas Natura


Natura yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan
pekerjaan di daerah tertentu adalah imbalan yang terkait
dengan:
Tempat tinggal bagi pegawai dan keluarganya.
Pelayanan kesehatan.
Pendidikan.
Peribadatan.
Pengangkutan.
Olahraga, selain golf, power beating, pacuan kuda,
dan terbang layang.
Natura yang diberikan akibat keharusan suatu pekerjaan
di antaranya dapat berupa seragam bagi petugas
54
pengamanan, atau penginapan bagi kru pelayaran
atau

Dialektika Pajak:
Asas Resiprokalitas
Atas penghasilan penghasilan yang dikategorikan
sebagai bukan objek pajak bagi pihak yang menerima
penghasilan bersangkutan, maka pada umumnya
biaya biaya dari pihak yang melakukan pengeluaran
terkait penghasilan tersebut, akan ditetapkan sebagai
biaya yang tidak dapat dikurangkan (non deductible).

Pihak
Melakukan
Pengeluaran

Non
Deduc
tible
Expen
se

Bukan
Objek
Pajak

55

Pihak
Menerima
Penghasilan

Penghasilan dan Biaya sesuai Asas Resiprokalitas (1)


Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1)

56

Penghasilan dan Biaya sesuai Asas Resiprokalitas (2)


Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1)

57

PENILAIAN HARTA
Pasal 10 ayat (1)

Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi


jual beli harta yang tidak dipengaruhi hubungan
istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat
(4) adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau
diterima, sedangkan apabila terdapat hubungan
istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan
atau diterima.

58

PENILAIAN HARTA TUKAR MENUKAR


Pasal 10 ayat (2)

Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi


tukar-menukar harta adalah jumlah yang seharusnya
dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar

59

CONTOH

60

Penilaian Harta
likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
atau pengambilalihan usaha

Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan


dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha
adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau
diterima berdasarkan harga pasar, kecuali ditetapkan
lain oleh Menteri Keuangan

61

CONTOH

62

Penilaian Harta
HIBAH

Apabila terjadi pengalihan harta :


yang BUKAN OBJEK PAJAK (memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a
dan huruf b), maka dasar penilaian bagi yang menerima
pengalihan sama dengan nilai sisa buku dari pihak yang
melakukan pengalihan atau nilai yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak;
Yang OBJEK PAJAK (tidak memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a),
maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan
sama dengan nilai pasar dari harta tersebut.
63

Penilaian Harta
harta yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal

Apabila terjadi pengalihan harta sebagai penyertaan


modal (sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf c), maka dasar penilaian harta bagi badan yang
menerima pengalihan sama dengan nilai pasar dari
harta tersebut

64

CONTOH

65

PENILAIAN PERSEDIAAN
Pada umumnya terdapat 3 (tiga) golongan persediaan barang,
yaitu barang jadi atau barang dagangan, barang dalam proses
produksi, bahan baku dan bahan pembantu.
Ketentuan pada ayat ini mengatur bahwa penilaian persediaan
barang hanya boleh menggunakan harga perolehan. Penilaian
pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok hanya
boleh dilakukan dengan cara rata-rata atau dengan cara
mendahulukan persediaan yang didapat pertama ("first-in first-out
atau disingkat FIFO"). Sesuai dengan kelaziman, cara penilaian
tersebut juga diberlakukan terhadap sekuritas
Sekali Wajib Pajak memilih salah satu cara penilaian pemakaian
persediaan untuk penghitungan harga pokok tersebut, maka untuk
tahun-tahun selanjutnya harus digunakan cara yang sama

66

PENILAIAN PERSEDIAAN

67

PENILAIAN PERSEDIAAN

68

PENYUSUTAN
Menurut Ketentuan Fiskal
Harta yg dpt disusutkan adalah harta berwujud yang memiliki masa
manfaat lebih dari 1 tahun yang digunakan untuk mendapatkan menagih,
dan memelihara penghasilan (obyek pajak), kecuali tanah
Harta yang tidak digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan tidak boleh disusutkan secara fiskal.
Dalam hal harta yang tidak boleh disusutkan secara fiskal tersebut dijual
(dialihkan) :
Keuntungannya merupakan obyek PPh, yang dihitung dari selisih antara
harga jual (nilai pasar) dengan harga perolehan.
Dalam hal selisihnya negatif (rugi), kerugian tersebut tidak dapat
dikurangkan sebagai biaya
Penyusutan aktiva dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran
untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya
pada bulan selesainya pengerjaan harta tesebut
69

kecuali
dimulai

METODE PENYUSUTAN
Terhadap aktiva yang temasuk Kelompok I
s.d. Kelompok IV, wajib pajak diperkenankan
untuk memilih antara metode garis lurus
(straight line methode) atau metode saldo
menurun (decline balance methode).
Terhadap aktiva kelompok bangunan, wajib
pajak harus menerapkan metode garis lurus.
Penggunaan metode penyusutan tersebut
harus dilakukan secara taat azas.

70

METODE PENYUSUTAN
Garis lurus (straight line) mengalokasikan
biaya penyusutan dalam bagian yg sama
besar selama masa manfaat yg ditetapkan
dari harta
Saldo menurun mengalokasikan biaya
penyusutan dalam bagian-bagian yg menurun
dg cara menerapkan tarif penyusutan atas
nilai sisa buku

71

masa manfaat dan tarif penyusutan


Kelompok Harta

Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Bangunan
permanen
Bangunan tidak
permanen

Masa
Manfaat

Tarif Garis
Lurus

Tarif
Saldo
Menurun

4 Th
8 Th
16 Th
20 Th
20 Th

25 %
12,5 %
6,25 %
5%
5%

50 %
25 %
12,5 %
10 %
-

10 Th

10 %

72

REVALUASI
Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian
kembali aktiva, maka dasar penyusutan atas
harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian
kembali aktiva tersebut

73

AMORTISASI
Pasal 6 ayat 1) dan Pasal 11 A
Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak
berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan
hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai dan muhibah
(goodwill)
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan
dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar atau dalam
bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat yang
dihitung dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas
pengeluaran tersebut atau atas nilai sisa buku dan pada akhir
masa manfaat diamortisasi sekaligus dengan syarat dilakukan
secara taat asas.

74

Masa Manfaat dan Tarif


Kelompok Harta

Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV

Masa
Manfaat

Tarif Garis
Lurus

Tarif
Saldo
Menurun

4 Th
8 Th
16 Th
20 Th

25 %
12,5 %
6,25 %
5%

50 %
25 %
12,5 %
10 %

75

AMORTISASI
Hak Pertambangan Migas dan Lainnya
Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan
pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi dilakukan
dengan menggunakan metode satuan produksi.
Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak
penambangan selain dimaksud diatas, hak pengusahaan hutan,
dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,
dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi paling
tinggi 20% (dua puluh persen) setahun

76

Contoh

77

Pengalihan Harta Tak Berwujud


Apabila terjadi pengalihan harta tak berwujud atau hak, maka
nilai sisa buku harta atau hak-hak tersebut dibebankan sebagai
kerugian dan jumlah yang diterima sebagai penggantian
merupakan penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan
tersebut.

78

Contoh
PT X mengeluarkan biaya untuk memperoleh hak penambangan minyak
dan gas bumi di suatu lokasi sebesar Rp 500.000.000,00. Taksiran
jumlah kandungan minyak di daerah tersebut adalah sebanyak
200.000.000 (dua ratus juta) barel. Setelah produksi minyak dan gas
bumi mencapai 100.000.000 (seratus juta) barel, PT X menjual hak
penambangan tersebut kepada pihak lain dengan harga sebesar Rp
300.000.000,00. Penghitungan penghasilan dan kerugian dari penjualan
hak tersebut adalah sebagai berikut :
Harga perolehan Rp 500.000.000,00
Amortisasi yang telah dilakukan
100.000.000/200.000.000 barel (50%) Rp 250.000.000,00
Nilai buku harta Rp 250.000.000,00
Harga jual harta Rp 300.000.000,00
Dengan demikian jumlah nilai sisa buku sebesar Rp 250.000.000,00
dibebankan sebagai kerugian dan jumlah sebesar Rp 300.000.000,00
dibukukan sebagai penghasilan.
79

TINGKAT SUKU BUNGA WAJAR

Yang dimaksud dengan "tingkat suku bunga


wajar" adalah tingkat suku bunga yang berlaku
yang ditetapkan sesuai dengan prinsip kewajaran
dan kelaziman (best practice) jika transaksi
dilakukan di antara pihak yang tidak mempunyai
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam
SE-46/PJ.4/1995
(Biaya
Pasal 18 ayat
(4)Bunga)
Undang-Undang Pajak
Apabila
jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya
Penghasilan.
atau lebih kecil dibanding jumlah rata-rata
deposito atau tabungan, maka bunga atas
pinjaman tersebut seluruhnya tidak dapat
dikurangkan sebagai biaya;
Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar
dibanding
jumlah
rata-rata
deposito
atau
tabungan, maka bunga atas pinjaman yang boleh
80
dikurangkan sebagai biaya adalah biaya bunga

SOAL

Pada tahun 2010 PT ABC mendapat pinjaman dari


Bank Mandiri dengan batas maksimum sebesar Rp
200 Juta dan tingkat bunga pinjaman 20%. Dari
jumlah tersebut telah diambil pada bulan Februari
sebesar Rp 125 Juta, pada bulan Juni diambil lagi
sebesar Rp 25 Juta dan sisanya (50.000.000)
diambil bulan Agustus.
Disamping itu PT ABC mempunyai dana yang
ditempatkan dalam bentuk deposito dengan
perincian sebagai berikut :
Februari s/d Maret sebesar Rp 25 Juta
April s/d Agustus sebesar Rp 46 Juta
September s/d Desember sebesar Rp 50 Juta
Hitung bunga yang dapat dibebankan sebagai biaya
81

JAWABAN

82

KOMERSIL VS FISKAL

83

PENYESUAIAN FIKAL POSITIF

84

PENYESUAIAN FIKAL POSITIF

85

PENYESUAIAN FIKAL POSITIF

86

PENYESUAIAN FIKAL POSITIF

87

PENYESUAIAN FIKAL POSITIF

88

PENYESUAIAN FIKAL NEGATIF

89

PENYESUAIAN FIKAL NEGATIF

90

TARIF PPh Badan


Landasan Hukum:
Pasal 17 (1) huruf b, 17 (2b), 31E
UU Pajak Penghasilan

91

TARIF PPh Badan

92

Tarif WP Badan
(Omzet diatas 50
M)
Tahun

Sebelum Tahun 2009

Lapisan Penghasilan

Tarif

s.d Rp 50.000.000

10%

Di atas Rp
100.000.000

50.000.000 s.d. Rp

15%

Di atas Rp

100.000.000

30%
28 %

Tahun 2009

25 %

Tahun 2010 sekarang


(Pasal 17 ayat (1) huruf b & ayat (2a) UU PPh)

93

CONTOH PENERAPAN TARIF


Jumlah Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Rp 190.000.000

PPh TERUTANG :
1. Untuk tahun pajak 2008
10% X Rp 50.000.000
= Rp 5.000.000
15% X Rp 50.000.000
= Rp 7.500.000
30% X Rp 90.000.000
= Rp 27.000.000
Jumlah
Rp 39.500.000
2. Untuk tahun pajak 2009 :
28 % X 190.000.000 = Rp 53.200.000
3. Untuk tahun pajak 2010-sekarang:
25% X 190.000.000
= Rp 47.500.000
94

Tarif WP Badan
(Omzet s.d 50 M)
Mendapatkan
fasilitas
pengurangan
tarif

Bagian Omzet

Tahun 2009

Tahun 2010

Bagian omzet s.d. 4,8 M

14 %

12.5%

Bagian omzet 4,8 s.d. 50 M

28 %

25 %

(Pasal 31E UU PPh )

95

CONTOH PENERAPAN TARIF


PT X tahun 2009
Peredaran Usaha (Omzet)
Rp. 30.000.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 5.000.000.000
Uraian

Omzet

PKP

Tarif

PPh

800.000.000

14%

112.000.000

28%

1.176.000.000

4,8 M
Fasilitas

4,8 M
30 M

5M

Tarif
biasa

4,8 M s.d 30 M
(sisanya)

4.200.000.000

Total

30.000.000.000

5.000.000.000
1.288.000.000

Jumlah PPh Terutang


96

Tarif WP Badan
(Khusus Perseroan Terbuka)
Untuk Perseroan Terbuka
(minimal 40% saham dimiliki publik)
mendapatkan pengurangan tarif 5%
Tarif pajak 2009
= 23%
Tarif Pajak 2010 s.d. sekarang = 20%
(Pasal 17 ayat (2b) UU PPh)

97

BAGAIMANA
MENGHITUNG
PAJAK?

JUMLAH SELURUH PENGHASILAN


BRUTO
BIAYA

XXXX
XXXX

JUMLAH PENGHASILAN NETO


KOMERSIAL
KOREKSI FISKAL

XXXX
XXXX

XXXX
XXXX

XXXX
XXXX
(XXX)
(XXX)

POSITIF
NEGATIF
PENGHASILAN NETO FISKAL

XXXX
XXXX

KOMPENSASI KERUGIAN

XXXX
XXXX

PENGHASILAN KENA PAJAK

XXXX
XXXX

PPh TERUTANG

XXXX
XXXX

KREDIT PAJAK

XXXX
XXXX

DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK
KETIGA
TELAH DIBAYAR SENDIRI

XXXX
XXXX
XXXX
XXXX

(+)
(-)

(+)

JUMLAH KREDIT PAJAK

XXXX
XXXX

KURANG/LEBIH BAYAR

XXXX
XXXX
98

(-)

(-)

KETENTUAN
TAMBAHAN

99

PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN


ATAS BIAYA PEMAKAIAN TELEPON SELULER
DAN KENDARAAN PERUSAHAAN KEP - 220/PJ./2002
Atas biaya perolehan atau pembelian telepon seluler :
dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima
puluh persen) dari jumlah biaya perolehan atau pembelian
melalui penyusutan aktiva tetap kelompok I
Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar
kendaraan sedan atau yang, dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah
biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar melalui
penyusutan aktiva tetap kelompok II
Atas Biaya Pemeliharaan rutin kedua point di atas dapat
dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh
persen) dari jumlah biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin
dalam tahun pajak yang bersangkutan.
100

PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN


ATAS BIAYA PEMAKAIAN TELEPON SELULER
DAN KENDARAAN PERUSAHAAN KEP - 220/PJ./2002
Atas biaya perolehan atau pembelian telepon seluler :
dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima
puluh persen) dari jumlah biaya perolehan atau pembelian
melalui penyusutan aktiva tetap kelompok I
Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar
kendaraan sedan atau yang, dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah
biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar melalui
penyusutan aktiva tetap kelompok II

101

ERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGELUARAN/BIAYA PEROLEHAN


PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE) KOMPUTER
KEP - 316/PJ./2002

Perangkat lunak (software) komputer adalah semua program yang


(lapat digunakan pada sistem operasi komputer .
Program aplikasi umum adalah program yang dapat dipergunakan oleh
pengguna (users) umum untuk memproses berbagai pekerjaan dengan
komputer .
Program aplikasi khusus adalah program yang dirancang khusus untuk
keperluan otomatisasi sistem administrasi, pekerjaan atau kegiatan
usaha tertentu, seperti di bidang perbankan, pasar modal, perhotelan,
rumah sakit atau penerbangan.

102

ERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGELUARAN/BIAYA PEROLEHAN


PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE) KOMPUTER
KEP - 316/PJ./2002

Perangkat lunak komputer merupakan harta tak berwujud (intangible


asset) yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan
termasuk dalam kelompok-1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11A
ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan.

Perangkat

lunak

komputer

berupa

program

aplikasi

umum

diperlakukan sebagai pengeluaran atau biaya operasional rutin

Atas pengeluaran/biaya perolehan dan upgrade perangkat lunak


komputer berupa program aplikasi umum yang dimiliki dan digunakan
untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang
dikenakan pajak berdasarkan ketentuan umum Undang-undang Pajak
Penghasilan, pembebanannya dilakukan sekaligus dalam bulan
pengeluaran
103

ERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGELUARAN/BIAYA PEROLEHAN


PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE) KOMPUTER
KEP - 316/PJ./2002

Dalam hal program aplikasi umum tersebut diperoleh sebagai bagian


dari

harga

pembelian

perangkat

keras

komputer,

maka

pembebanannya sudah termasuk dalam penyusutan perangkat keras


komputer tersebut (Kelompok-1).

Atas pengeluaran/biaya perolehan dan upgrade perangkat lunak


komputer berupa program aplikasi khusus yang dimiliki dan
dipergunakan

untuk

mendapatkan,

menagih

dan

memelihara

penghasilan yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan umum


Undang-undang

Pajak

Penghasilan,

pembebanannya

melalui amortisasi harta tak berwujud (Kelompok-1).

104

dilakukan

ERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGELUARAN/BIAYA PEROLEHAN


PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE) KOMPUTER
KEP - 316/PJ./2002

Dalam hal pengeluaran/biaya upgrade program aplikasi khusus


tersebut pada ayat (3). pengeluaran/biaya tersebut terlebih dahulu
ditambahkan pada nilai sisa buku fiskal yang masih ada dan
amortisasinya dilakukan dengan masa manfaat baru/penuh terhitung
mulai bulan dilakukan upgrade.

105

KURS VALLAS

Kurs realisasi : kurs yg sebenarnya terjadi saat


merupiahkan/membeli valas
Kurs BI : terdiri dari kurs jual dan kurs beli. Kurs yg
biasa dipakai adalah kurs tengah (rata-rata kurs
jual & beli)
Kurs menteri keuangan : utk menghitung PPN, PPn
BM, PPh 21, 22, 23, 26, final, bea masuk, pajak
ekspor.

106

Anda mungkin juga menyukai