(2015.28.0012)
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pengembangan
Kota
Hijau
di
Indonesia memerlukan gerak bersama seluruh
unsur pemangku kepentingan kota. Pada
tahun 2011, Direktorat Jenderal Penataan
Ruang
Kementerian
Pekerjaan
Umum
memprakarsai Program Pengembangan Kota
Hijau
(P2KH.
P2KH
diawali
dengan
penggalangan
prakarsa
dan
komitmen
kabupaten kabupaten/kota untuk mewujudkan
Kota Hijau melalui perumusan local action plan
atau rencana aksi kota hijau (RAKH).
Salah satu atribut yang menjadi fokus di
dalam RAKH adalah terkait Green Open
Space yakni berupa peningkatan kualitas dan
kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) sesuai
dengan karakteristik Kabupaten/kota. Hal ini
tentunya sejalan dengan tujuan dari P2KH
yaitu meningkatkan kualitas ruang kota
khususnya melalui perwujudan RTH 30%
se k a l i g u s i m p l e m e n t a s i R T R W
Kota/Kabupaten.
Untuk menindaklanjuti rencana aksi
yang t e l a h d i s e p a k a t i o l e h p e m
e r i n t a h Kabupaten/Kota tersebut, maka di
tahun 2012 ini pemerintah melaksanakan
kegiatan penyusunan DED (Detail Engineering
Design) RTH Perkotaan. Kegiatan ini merupakan
turunan dari masterplan RTH Perkotaan dan
ditujukan untuk memberikan panduan dalam
perencanaan RTH perkotaan.
02
BAB II
SYARAT
DAN
KETENTUAN
SYARAT PENENTUAN
LOKASI DAN
PERENCANAAN RTH
Sebelum pelaksanaan perancangan konstruksi,
setiap Kota/Kabupaten harus menentukan lokasi
strategis dan signifikan dalam rangka peningkatan
kuantitas RTH kawasan perkotaan. Kawasan
Perkotaan yang termasuk dalam cakupan kegiatan
P2KH adalah ibukota kota/kabupaten sehingga akan
memberikan dampak optimal terhadap perwujudan
Kota Hijau secara keseluruhan.
Syarat Penentuan Lokasi Penambahan RTH :
- Status lahan milik PEMDA
- Kemudahan aksesibilitas
- Kedekatan dengan pusat kegiatan
masyarakat
kota, serta bisa digunakan untuk publik
Syarat Perencanaan RTH :
- 1 (satu) lokasi dengan luasan minimal
5000m2
atau bisa pada (maksimal) 2 (dua) lokasi
yang
dihubungkan dengan koridor penghubung 'hijau'
misalkan: 2 lokasi, dengan luas
2000m2/lokasi
dengan koridor penghubung 1000m2 berupa
jalur
pejalan kaki, jalur sepeda, jalur vegetasi,
atau
bentuk lain)
- Komposisi Ruang Hijau (Softcape) : Perkerasan
(Hardscape) = Softcape min. 70% : Hardcape
max.30% berupa material ramah lingkungan (bisa
dimungkinkan untuk menyerap air)
KETENTUAN RTH
Penyusunan DED RTH Perkotaan diarahkan berbentuk Taman Ramah Lingkungan
(Ecopark).
Atribut yang harus tercakup dalam perencanaan Taman Ramah
Lingkungan :
1. Green Waste : Sistem Pengolahan dan Penggunaan Material Bekas (Sampah), dalam bentuk :
- pemilahan sampah dengan penggunaan tempat sampah organik-anorganik
- pengolahan sampah organik menjadi kompos dengan komposter. Kompos digunakan untuk
pemeliharaan taman itu sendiri.
- penggunaan furniture hijau (terbuat dari bahan daur ulang) di dalam taman, seperti untuk bangku
taman, patung, dll.
2. Green Water : Sistem Pengolahan dan Penggunaan Ulang (Daur Ulang) Air, dalam bentuk :
- pembuatan sumur resapan air
- pembuatan kolam penampung air (jika memungkinkan)
- pengolahan atau penggunaan kembali air bekas, misalnya dari air dari toilet untuk penyiraman
tanaman.
3. Green Energy : Sistem Penyedia Sumber Listrik dari Matahari, dengan pemakaian :
- Lampu Surya
- Pohon Surya (penyedia instalasi stop kontak & wi-fi dengan solar panel)
4. Green Building : Naungan sederhana, sebagai sarana pendukung utama taman, dari material ramah
lingkungan dengan penghawaan alami
- Shelter atau Halte Bus
- Gazebo
- Pergola
- Toilet
5. Green Transportation : Sistem Kemudahan & Kenyamanan Aksesibiltas, dalam bentuk :
- Trotoar Tepi Jalan-Taman dan Jalur Pejalan Kaki dalam Taman
- Jalur & Parkir Sepeda
- Halte Bus
6. Green Open Space : Pemilihan Jenis Vegetasi dengan tinggi minimal 3 meter, diameter minimal 5cm,
berupa
- Vegetasi Lokal (Endemik)
- Vegetasi Peneduh (Penyerap Polutan atau Pereduksi Emisi Karbon)
- Vegetasi Pembentuk Iklim Mikro
- Vegetasi Produsen Oksigen
- Vegetasi Penarik Satwa Liar
7. Green Community : Sistem Penggunaan Taman, untuk kegiatan komunitas masyarakat setempat
sehingga taman berfungsi optimal sebagai wadah interaksi sosial
BAB III
PROSES DAN
TAHAPAN
KEGIATAN
PENGUMPULAN DATA
A. Data Primer
ADVIS
PLANNING
SURVEY DAN
PENGUMPULAN DATA
ASISTENSI KE
OWNER
TIDAK
DISETUJUI
SCHEMATIC DESIGN
ASISTENSI KE
OWNER
TIDAK
DISETUJUI
ANALISIS DAN
KONSEPSI DESAIN
BASIC DESIGN
DESIGN DEVELOPMENT
/ GAMBAR KERJA
CONSTRUCTION
DOCUMENT /
DOKUMEN
KONSTRUKSI
TIDAK
DISETUJUI
LAP.
KONSEP
FINAL
ASISTENSI KE
OWNER
L
AP.
AKHIR
FINAL DESIGN
LAP. ANTARA
TIDAK
DISETUJUI
BIDDING PROCESS
CONSTRUCTION
PENGAWASAN
BERKALA
SELESAI
LAP.
PENGAW A SAN
BLO K
PLAN
ASISTENSI KE
OWNER
Data Visual
Kegiatan ini berupa pendokumentasian/foto yang
menunjukkan visualisasi lokasi perencanaan. Data
visual ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
nyata kondisi eksisting di lapangan terutama
mengenai potensi dan masalah yang ada.
Data Pengukuran
Pengukuran dilakukan pada lokasi perencanaan
untuk mendapatkan data ukur sebagai dasar
penyusunan DED.
B. Data Sekunder
Pengumpulan
data
sekunder
berupa:
a. Peraturan pemda setempat, yang
meliputi:
1) Peraturan yang terkait dengan Penataan
Ruang;
Peruntukan lahan.
KDB (Koefisien dasar bangunan).
KDH (Koefisien dasar hijau).
KLB (Koefisien lantai bangunan).
KB (Ketinggian bangunan).
Tipe bangunan.
GSB (garis sepadan bangunan).
2) Peraturan mengenai persyaratan bangunan
berupa persyaratan:
Disain.
Struktur.
Instalasi mekanikal/ elektrikal.
Kebakaran.
Aksesibilitas bagi penyandang cacat.
3) Peraturan dan standar perencanaan lainnya yang
secara langsung ataupun tidak langsung terkait
dengan kegiatan perencanaan bangunan tersebut.
a. Gambar peta eksisiting dan LRK
(Lembar
Rencana Kota).
b. Studi literatur
START
ANALISIS
Kegiatan analisis yang dilakukan dimaksudkan untuk
mendapatkan bentuk-bentuk penanganan yang bisa
dilakukan berdasarkan potensi dan masalah yang telah
diidentifikasi sebelumnya, seperti tanah, slope, vegetasi,
klimatologi, dan lainnya.
Adapun elemen analisis perancangan lansekap ini
adalah:
1. Zonasi tapak
Pembagian zonasi tapak dari taman yang akan
direncanakan sebagai RTH publik.
2. Sirkulasi kendaraan
Perencanaan pola sirkulasi kendaraan yang berada
didalam tapak dikontekskan dengan sirkulasi
sekitar.
3. Sirkulasi pedestrian
Perencanaan pola sirkulasi pejalan kaki yang berada
di
dalam tapak.
4. Tata Hijau
Pemilihan jenis tanaman yang sesuai
dengan fungsi dan zonasi tapak.
5. Site Furniture
Perencanaan berbagai site fu
rniture
yang dapat mendukung aktifitas sosial
di RTH.
6. Parkir
Ta t a l e t a k d a n j u m l a h p a r k i r
yang
dapat menampung kendaraan
pengguna RTH.
7. Sosial
b u d aBudaya
ya ya berad di lingkung
n
g
I d e n t i f i k a s i a a s p e k n ao n f i s i k
s o s i aRTH.
l
sekitar
Ilustrasi : www.livingcolourlandscapes.com.au
PERENCANAAN
Setelah dilakukan analisis dan berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan, selanjutnya disusun bentukbentuk penanganan dalam kegiatan pembangunan atau
penataan RTH.
Selanjutnya dilakukan pengembangan potensi dan
pemecahan masalah dengan cara merumuskan konsep
pembamgunan atau penataan RTH yang dituangkan
dalam bentuk perencanaan teknis.
Ilustrasi : www.livingcolourlandscapes.com.au
c.
Pekerjaan Softscape
Penanaman:
1. Pohon
2. Perdu
3. Rumput
4.Ground Cover
d. Pekerjaan Mekanikal
1. Pemipaan
2. Sprinkler air Bersih
3. Kran air bersih
4. Hydrant
e. Pekerjaan Elektrikal
1. Lampu taman
2. Lampu jalan
3. Panel Listrik dan utilitas
f. Pekerjaan Bangunan / Site
Furniture
1. Gazebo
BAB IV
PELAKSANA
KEGIATAN
TENAGA AHLI
Dalam pelaksanaan kegiatan ini diperlukan Tenaga Ahli
sebanyak 3 (tiga) orang sesuai dengan bidang
keahliannya.
Adapun kualifikasi tenaga ahli tersebut adalah sebagai
berikut:
1.
Ketua Tim (Arsitek
Lanskap):
Disyaratkan
memiliki
spesialisasi dan bersertifikat
Tenaga
Ahli
Arsitektur
Lanskap, denganpendidikan s
ekurang-kurangnya j
e n j a n g S 1 b id a n g
2. Ahli Sipil:
ArsitekturLansekap,
yang
Disyaratkan
dibuktikandengan ijasah S1, dan
dengan
memiliki pengalaman profesional
pendidikan
di
bidang
Arsitektur
sekurangLansekapsekurang-kurangnya 3
kurangnya
(tiga) tahun.
jenjang
S1
bidang
Selain Tenaga Ahli dan Asisten Tenaga Ahli tersebut,
Teknik Sipil
dibutuhkan pula Tenaga Pendukung, yaitu:
yangdibuktik
1. Quantity Surveyor sejumlah 1 orang
an
dengan
ijasah2. Juru
S1,Gambar sejumlah 1 orang
3.
Tenaga
dan memiliki Administrasi sejumlah 1
orang
pengalaman
profesional di
bidang
ManajemenK
onstruksi
sekurangkurangnya 3
(tiga) tahun
MEKANISME KERJA
4.2.1
Jawab
Tanggung
B. Laporan Bulanan
Setiap bulan, Konsultan harus menyajikan laporan singkat yang akurat dan tidak bias mengenai status
pekerjaan yang dilaksanakan dan dikelola. Laporan tersebut harus tersedia dalam kurun waktu 2 (dua)
hari
kerja setelah tenggat waktu setiap bulannya. Tenggat waktu adalah tanggal 25 pada setiap bulan. Laporan
tersebut akan digunakan Tim Teknis Pemerintah Daerah sebagai dasar untuk melaporkan status proyek
kepada masyarakat. Konsultan harus mendapatkan persetujuan Tim Teknis untuk format pelaporan awal
dan
revisi-revisi berikutnya sebelum persiapan pembuatan laporan. Laporan pada dasarnya akan termasuk
informasi
yang berikut ini:
Jadwal pencapaian
Ringkasan Jadwal Pekerjaan
Laporan Pencapaian
Kualitas
Daftar Kendali Perubahan
Laporan pendukung yang terperinci akan dikeluarkan secara terpisah sesuai permintaan Tim Teknis
Pemerintah Daerah untuk melengkapi penerbitan Laporan Kemajuan Kerja Bulanan
IV.24
04
BAB V LAMPIRAN
CONTOH DED
(TAMAN KOTA
SIPIROK
TAPANULI
SELATAN)
KABUPATEN
DAFTAR GAMBAR
TEKNIS DED
SITE PLAN/LANDSPACE
PLAN
Sumber :
Taman Kota Sipirok Kabupaten Tapanuli
Selatan
GAMBAR
TAMPAK
POTONGAN
GAMBAR
DETAIL TEKNIS
GAMBAR
DETAIL KONSTRUKSI
GAMBAR
DETAIL PENANAMAN
GAMBAR
3D RTH