Anda di halaman 1dari 25

TYPHOID FEVER

Oleh
Pembimbing

: Arum Sangmurdiasih
: dr. Nia Adriani, Sp. A

KEPANITRAAN KLINIK STASE PEDIATRI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJAR
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016

Identitas Pasien

Nama
TTL
Usia
Agama
JK

: An. E.N
: 05 April 2005
:11thn, 5bln, 14 hr
: Islam
: Perempuan

Alamat
:Padaherang,
Kabupaten Pangandaran,
Jawa Barat
Pendidikan Ayah : SD
Pendidikan Ibu : SD
Pekerjaan Ayah : Petani
Pekerjaan Ibu
: IRT
Anak ke 5 dari 5
bersaudara

Tanggal Masuk RS : 17-10-2016 Pukul 21.00 WIB


Tanggal Pemeriksaan : 18-10-2016 Pukul 00.05 WIB

Anamnesis
Keluhan Utama : Demam
Rw. Penyakit Sekarang: Os datang bersama keluarganya ke RS karena demam
yang dirasakan sejak 2 minggu SMRS. Keluhan demam naik turun, naik pada
malam hari dan

Definisi
TEORI

Demam tifoid adalah infeksi


sistemik yang bersifat akut
yang
disebabkan
oleh
Salmonella typhi yang ditandai
dengan
adanya
panas
berkepanjangan,
obstipasi
atau diare, sakit kepala,
hepatomegali, splenomegali.

KASUS

Ditemukan
bakteri
S.typhi
pada pemeriksaan serologi
(tes widal)
Demam >7 hari
Konstipasi
Sakit kepala
Hepatomegali (3 cm dibawah
arcus costae)

Epidemiologi
TEORI

Negara berkembang hygiene


dan sanitasi buruk
Endemik di Asia, Afrika, Amerika
AS 150/100.000/tahun , Asia
900/100.000/tahun
Umur penderita di Indonesia
antara 3-19 tahun mencapai 91%
kasus, dan tersering pada anakanak usia >5 tahun
Mudah menular (fecal oral)
Tidak bergantung iklim
Indonesia sepanjang tahun
Pria = wanita

KASUS

Anak perempuan usia 7 tahun


Di belakang rumah pasien ada
sungai yang ada timbunan
sampah dan banyak kolam
ikan yang tidak terurus

Etiologi
TEORI

Sekitar 95% kasus demam


tifoid di Indonesia
disebabkan oleh S.typhi ,
sementara sisanya
disebabkan oleh S.paratyphi
.Keduanya merupakan
bakteri gram-negatif . Masa
inkubasi sekitar 10-14 hari

KASUS

Ditemukan
bakteri
S.typhi
pada pemeriksaan serologi
(tes widal)
Salmonella typhi H : 1/320
Salmonella typhi O : 1/160

Faktor Resiko
TEORI

Kepadatan penduduk yang


tinggi
- Sumber air dan sanitasi yang
buruk
- Kurangnya hygiene
pengolahan makanan
- Kurangnya perilaku hidup
bersih dan sehat
(mencuci tangan sebelum makan
atau setelah ke toilet)

KASUS
-

Pasien tinggal ditempat yang


padat penduduk
Di belakang rumah pasien ada
sungai
yang
ada
timbunan
sampah dan pasien pernah buang
air besar di sungai
Di belakang rumah pasien banyak
kolam ikan yang tidak terurus
Pasien jarang membawa makanan
ke sekolah dan
sering jajan
disekolah
Pasien jarang mencuci tangan
sebelum makan dan setelah ke
toilet

Patogenesis

Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Perjalanan Penyakit Infeksi Salmonela
Barier pejamu
Lokal : pH, motilitas TGI, flora usus
Umum : imunitas humoral & selular
Organisme
Jumlah bakteri
Virulensi (serotipe)
Resistensi terhadap antibiotik

Perjalanan Penyakit Demam Tifoid

Masa inkubasi

Fase invasif

Fase tifoid

Penyembuhan

Asimtomatik

Demam intermiten
Nyeri kepala
Lesu,lelah
Tidak enak di perut
Konstipasii
Diare

Demam menetap
Bradikardi
Hepatomegali
Splenomegali
Konstipasi
Diare
Rose spot

Karier
Relaps

Komplikasi

400C

370C
Hari -15

Hari 0

Mulai demam

Hari 7

Hari 21

Patomekanisme

Demam
endotoksin merangsang pelepasan pirogen
endogen peningkatan set point thermoregulator di
hipotalamus

Mialgia, sakit kepala, nyeri abdominal respon dari


termoregulator pengaktifan saraf simpatis terjadi
vasokonstriksi dan pengalihan aliran darah dari
tempat-tempat seperti otot lurik, saluran cerna, kulit.

Hepatomegali dan splenomegali


- Terjadi proliferasi salmonella
- infiltrasi limfosit, sel plasma dan sel
mononuklear.
Bradikardia relatif
pengaruh endotoksin terhadap kerja
miokardium.

Manifestasi Klinis
TEORI

Masa Inkubasi : 10 -14 hari


Gejala sangat bervariasi

Minggu-1 sakit :

Demam anak tangga (intermitten) dan dapat


mencapai suhu 40C.

Mual, muntah, malaise, anorexia, mialgia, sakit


kepala dan nyeri abdominal, terjadi dalam 2-3 hari.

Awal diare
perjalanan penyakit berikutnya >> konstipasi

Epistaksis.
Minggu-2 sakit dan seterusnya :

Demam tinggi kontinyu

Fatigue, malaise, mialgia, anorexia, sakit kepaLa


dan gejala abdominal menjadi lebih parah.

Pasien terlihat sakit berat, disorientasi dan letargik.


Delirium dan stupor bisa ditemui.

Bradikardia relatif yaitu frekuensi nadi yang tidak


sesuai dengan kenaikan suhu badan

Hepatomegali, splenomegali, distensi abdomen

Ronkhi dan crackles (+)

Rose Spots

KASUS

Demam >7 hari , intermitten


Sakit kepala
Mual (tidak muntah)
Malaise
Mialgia
Nafsu makan berkurang
Penurunan berat badan
Belum BAB 3 hari

Diagnosis
TEORI

KASUS

Anamnesa
Panas >7 hari
Batuk
Mual, muntah, diare,
konstipasi
Nyeri otot/kepala/perut
Malaise, anoreksia, distensi
abdomen
Penurunan kesadaran
Dapat timbul epistaksis

Anamnesa
Panas >7 hari
Mual, konstipasi
Nyeri otot (mialgia)
Sakit kepala
Sakit perut
Malaise, anoreksia, distensi
abdomen

Diagnosis
TEORI
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran menurun
Lidah kotor
Hepatomegali, splenomegali
Terdengar ronki dan crackles
Rose spot
Distensi abdomen
Bradikardia relatif

KASUS
Pemeriksaan Fisik
Hepatomegali
Distensi abdomen
Bradikardi relatif

Diagnosis
TEORI

Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin : anemia, leukopenia dengan
limfositosis relatif, trombositopenia
Biakan salmonella
Darah : umumnya (+) pada awal minggu
pertama dan awal minggu kedua (60-80%)
Urin/fess : sesudah bakterimia sekunder
(mgg2-3)
Serologi
Tes widal : titer O (4x atau > 1/160)

KASUS

Pemeriksaan Laboratorium
Leukopenia
Trombositopenia
Serologi (Widal) titer O 1/160

Pengobatan
Pengobatan Suportif
cairan, diet
elektrolit
asam basa

Pengobatan kausal
medikamentosa (antibiotik, kortikosteroid)
bedah (pengobatan komplikasi)

Pengobatan Suportif
Cairan
rumatan, larutan D5 : NaCl 0.9% (3:1)
tambah 12.5% setiap kenaikan suhu 10

Diet
makan lunak
kurangi serat, zat yang merangsang
tidak terlalu ketat

Koreksi asam basa


Koreksi elektrolit

Pengobatan Kausal
Medikamentosa
Kloramfenikol
100mg/kgBB/hari oral,
maksimal 2 gram, 10 hari
tidak diberikan pada leukosit <2000/Ul)

Kotrimoksazol
6mg/kgBB/hari, 10 hari

Amoksisilin
100 mg/kgBB/hari, 10 hari

Seftriakson (sefalosporin generasi III)


80 mg/kgBB/hari
intravena, intramuskular, per-infus
lama pengobatan 5 hari i

Sefiksim (sefalosporin generasi III)


20 mg/kgBB/hari
per-oral,
lama pengobatan 10 hari

Kuinolon
tidak direkomendasikan <14 tahun (binatang
percobaan: artropati tulang rawan), FDA 1997

Pengobatan komplikasi
Ensefalopati
dexametason 1-3 mg/ BB/hari,3-5 hari
kurangi cairan 4/5 kebutuhan
koreksi analisis gas darah & elektrolit

Peritonitis, perdarahan saluran cerna


puasa, nutrisi parenteral, transfusi darah (atas
indikasi)
antibiotik parenteral (seftriakson)

Perforasi
laparatomi

Penatalaksanaan
TEORI

KASUS

Penatalaksanaan
KASUS

Non Medikamentosa
Tirah baring, isolasi yang memadai
Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
Menjaga hygiene
Pemberian diet
Apabila intake peroral kurang ->inf. RL 16 tpm/makro

Medikamentosa
inf. RL 64cc/jam -> 16 tpm/makro
Antiibiotik (Kloramfenikol)
Dosis : 50 mg/KgBB/hr, selama 14-21 hari
50x19=950 mg/4= 237,5 -> kloramfenikol 4x237,5mg IV
Paracetamol (dosis: 10-15mg/kgBb/x)
10x19=190mg -> paracetamol 3x190mg IV

Pencegahan

Higiene perorangan
Higiene lingkungan
Membasmi karier
Higiene dalam pengasuhan anak
Penularan di rumah sakit
(nosokomial)
Vaksinasi

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai