Anda di halaman 1dari 38

Memahami Perilaku

Konsumen Tentang
Memilih Obat Bebas
Atau Obat Resep
FARMASI SOSIAL

Dosen: Drs. Tahoma Siregar M.Si.Apt.

Penyusun
Aris Wiranata
15334714
Betty Rahayu Ningsih
15334722
Dwi Rizki Yanti
15334709
Epit Apriyanti
15334713
Eva Novita S. R
15334717
Frida Agustria
15334716
Frida Ari Sandi
15334715
Siti Maisaroh
15334718

kesadaran masyarakat dan peran serta


pemerintah terhadap perkembangan ilmu
kesehatan menimbulkan dampak positif di dalam
industri farmasi yang dari tahun ke tahun selalu
memberikan dan menghasilkan obat-obatan yang
bermacam-macam

Pasar obat-obatan di
indonesia di bagi 3 sub:

Sektor OTC (over The Counter)


Obat Generik
Obat Paten

KETERANGAN :
1. OTC adalah obatyang dapat dibeli tanpa resep dokter

2.

3.

biasa disebut juga dengan obat bebas yang terdiri atas obat
bebas dan obat bebas terbatas.
Obat generik adalah obatyang telah habis masa patennya,
sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi
tanpa perlu membayar royalti
Obat paten Adalah hak paten yang diberikan kepada industri
farmasi pada obat baru yang ditemukannya berdasarkan
riset Industri farmasi tersebut diberi hak paten untuk

Sub sektor OTC menyumbang 40,5% dari


total keseluruhan penjualan di pasar
indonesia (Business Monitor International,
2012)

FAKTOR YANG

MEMENGARUHI
Semakin meningkatnya
kecenderungan konsumen dalam
mengobati diri sendiri daripada
mengunjungi dokter.
Peningkatan atas permintaan
obat-obat untuk pencegahan
Kurangnya asuransi kesehatan di
Indonesia

Salah satu penyebab


tingginya penjualan obat
OTC di tunjang dengan
penggunaan iklan di
media televisi, sosial
media, internet, media
masa, dll

Hanya obat OTC yang di


perbolehkan untuk di
iklankan, asalkan terapat
peringatan di dalam
kemasan product
(PMK.02/PMK/03/2010)

Obat resep/obat keras hanya boleh


diiklankan pada media cetak
ilmiah kedokteran/media cetak
farmasi (Peraturan Pemerintah no

Permasalah
an yang
akan
dibahas:

1.
Faktor yang
memengaruhi
konsumen
dalam memilih
pembelian obat
bebas
(OTC)/Obat
Resep

2.
Perilaku
konsumen
dalam memilih
membeli obat
bebas atau obat
resep

Pengenala
n
konsumen
tentang
pemilihan
obat

Masyarakat
mengerti dan
mengetahui
informasi
tentang
pengobatan
atau obatobatan yang
beredar
bebas
lingkunganny
a.

Saat ini media


yang paling mudah
untuk
menyampaikan
pengetahuan atau
informasi baru
hanyalah televisi,
hanya dengan
menonton suatu
siaran tentang
kesehatan dan
pengobatan
sebentar saja kita
dapat menunjukan
ketertarikan,
karena iklan saat
ini sangat mudah
dimengerti oleh
penontonnya.

Apa boleh
pasien/konsumen
memilih terapi yang ia
inginkan?

Seorang apoteker berhak memberikan saran


dan informasi tentang terapi dan
pengobatan sesuai dengan yang di inginkan
pasien secara tepat, sehingga
memungkinkan pasien memilih terapi yang
ia inginkan. Namun hanya dokterlah yang
berhak memberikan wewenang dalam terapi
pengobatan yang dilakukan.

Ada beberapa faktor yang


memengaruhi kualitas pelayanan
kesehatan saat ini antara lain:
Pengetahuan
pasien terhadap
pengobatan atau
terapi
pengobatan,
khususnya pasien
yang menjelaskan
tentang
penyakitnya.

Edukasi yang di
berikan oleh
dokter, perawat,
dan apoteker
dalam
menentukan
pilihan obat bebas
yang di berikan,
karena pasien
meminum obat
yang baru ia
kenal, yang
mungkin

MEMAHAMI PERILAKU KONSUMEN/PASIE


Adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi produsen farmasi
untuk mengidentifikasidan
menargetkan untuk memuaskan
konsumen/pasien
Pengaruh di masa lalu dan
pengetahuan yang dimiliki oleh
seorang konsumen adalah hal
terpenting dalam menentukan
keputusan untuk membeli suatu
produk obat bebas

Model perilaku
konsumen/pasien secara
umum

1.

Teori menurut Model Henry Assael:


memfokuskan pada perilaku pembuatan
keputusan pembelian konsumen
berdasarkan pengaruh-pengaruh individu,
lingkungan dan stimuli pemasaran

Sebagai contoh seorang konsumen membeli obat untuk


pengobatan luka terbuka,
Masih banyak masyarakat yang menggunakan antibiotik
tetrasiklin sebagai obat luar atau di taburkan di luka
terbukanya dikarenakan informasi yang di dapat turun
temurun d dalam lingkungan masyarakat.

2.
Teori menurut Model Kotler:
Bahwa terdapat beberapa tipe
perilaku membeli berdasarkan
tingkat keterlibatan pembeli dan
tingkat perbedaan merek.

Faktor perilaku membeli yang kompleks


Barang berharga tinggi/mahal; berisiko tinggi,
jarang dibeli

Perilaku membeli yang mengurangi


ketidakcocokan
Contoh yang terjadi di masyarakat :
Seorang pasien membeli vitamin untuk anaknya,
karena berbagai macam pilihan yang terdapat di
apotek atau toko obat, dipilihlah vitamin A karena
isi dan kandungan yang bagus, namun ketika di
minumkan ke anaknya, ternyata anak tsb tidak
menyukainya karena rasanya tidak enak.

Faktor yang mempengaruhi perilaku


membeli karena kebiasaan
Riwayat penggunaan, harga stabil, efek samping
tidak terjadi

Faktor Tinggi VS Rendah


keputusan untuk membeli

Faktor budaya
Seorang Membeli produk sesuai dengan kebudayaan
yang tertanam di dalam keluarganya lingkungan
sekitarnya.

Faktor sosial
Suatu keputusan yang di ambil berdasarkan keluarga,
status dan peran di dalam masyarakat.

Faktor pribadi
Di pengaruhi oleh usia pekerjaan, keadaan ekonomi, dan
gaya hidup.

Faktor psikologis
Seseorang yang termotivasi siap untuk segera
melakukan tindakan. Bagaimana tindakan seseorang
yang termotivasi akan dipengaruhi oleh persepsinya
terhadap situasi tertentu. Persepsi dapat diartikan
sebagai sebuah proses yang digunakan individu untuk
memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan

PERHATIAN SELEKTIF
Seorang konsumen/pasien sangatlah
selektif dan memilih-milih apa yang akan
dibelinya, ini adalah tantangan bagi para
penyedia produk untuk menarik perhatian
pembeli/konsumen. Faktor yang
memengaruhi biasanya
1. Diskon/potongan harga
2. Bonus yang ditawarkan setelah
seorang konsumen membeli produk tsb
3. Iklan yang menarik dan mudah
dimengerti oleh pembeli.

INGATAN SELEKTIF
Seorang

pembeli lebih cenderung


mengingat-ingat hal baik yang
ditawarkan oleh produk yang ia
sukai.
Mengingat informasi yang
diberikan sesuai dengan
pengetahuan yang ia miliki.

TRANSFORMATIONAL (POSITIVE)
vs INFORMATIONAL (NEGATIF)
DALAM MOTIVASIPEMBELIAN
Seorang pembeli/konsumen lebih akan
membeli produk berdasarkan kebutuhan,
bukan karena keinginan emosionalnya.
Sebagai contoh masalah yang terjadi di masyarakat, seorang pasien mengalami masalah
dengan giginya dikarenakan nyeri ringan yang membuatnya kurang nyaman,
Pasien 1: membeli obat nyeri saja, dikarenakan ia tidak membutuhkan obat lain.
Pasien 2: membeli obat nyeri ditambah dengan obat kumur, karena menurutnya mungkin
nyerinya tidak hanya berasal dari giginya yang sakit, tapi dari kuman-kuman yang ada di
mulutnya.

MEMBELI OBAT DAN MEMBELI


BARANG ADALAH HAL YANG
BERBEDA
Begitu banyaknya pertimbangan untuk
membeli/menebus suatu resep obat yang
mungkin informasinya telah diketahui oleh sang
pembeli/pasien, di bandingkan dengan membeli
suatu barang lain co. electronik atau barang
kebutuhan lainnya. Padahal seharusnya mereka
sadar bahwa obat/terapi pengobatan itu adalah
kebutuhan yang sangat penting juga. Resiko
kesalahan pembelian/penebusan resep relatif
lebih tinggi di karnakan dapat menyebabkan
kondisi kesehatanya menjadi lebih buruk
apabila pengunaan obat yang kurang tepat.

Penggunaan obat
konsumen dalam konteks

sosial
Pengetahuan sosial mengacu pada pemahaman

kolektif yang mempengaruhi keputusan seseorang


dalam membeli obat resep maupun obat non
resep/obat bebas.
Ada kepercayaan umum bahwa kebanyakan obat
resep dan obat nonresep banyak menyembuhkan
penyakit, namun yang perlu di perbaiki adalah
sebagian besar obat-obatan tidak menyembuhkan,
mereka hanya meringankan gejala.
Apa yang konsumen ketahui dengan membaca,
mendengarkan media, promosi, menerima
deskripsi pengalaman orang lain dan mengingat
pengalaman mereka sendiri sangat mempengaruhi
penggunaan obat yang mereka pilih.

Keamanan

merupakan masalah besar untuk


memberikan status OTC untuk obat, karena,
sekali produk menjadi OTC, semua
mekanisme pendistribusianya menjadi
berubah dan agak sulit untuk di sesuaikan
untuk konsumen.
Terdapat situasi di mana obat tidak tersedia
dikarenakan obat tsb belum dikembangkan,
suatu obat telah di hapus peredarannya atau
hanya di sediakan untuk konsumen tertentu
saja.

Empat alasan utama untuk masalah


aksesibilitas adalah:
1. Kurangnya resep atau persetujuan
profesional untuk menggunakan
produk tertentu,
2. Jarak geografis dari dispenser atau
pemasok obat.
3. Biaya produk obat dan apakah pasien
ditutupi sampai batas tertentu oleh
asuransi.
4. Dan pasien ketakutan,
ketidakpercayaan, atau ketidakpuasan
dengan sistem pelayanan kesehatan

Sumber data tentang penggunaan


obat-obatan
Audit medis
berbasis rumah
sakit (rawat inap)

1. Sistem pencatatan

institutional dan database

2. Database Sistemlebar
Studi yang
disponsori
pemerintah
Daftar obat esensial
dan data persediaan
Sistem surveilans
pharmacoepidemiolo

3. Database nasional

1. Ulasan berbasis
instituonally (rawat
jalan)
2. Kelompok asuransi
kesehatan dan
pembayar pihak ketiga
3. Vendor komersial studi
pemasaran dan data
penjualan

Sumber data tentang penggunaan


obat-obatan
4. Studi lokal dan
regional
Pemasar obat,
pengecer,
distributor
Mengambil obat
perilaku individu
dan kelompokkelompok kecil

5.

Studi lapangan

Survei swasta
atau nirlaba
Industri berbasis
(reaksi obat yang
merugikan
pelaporan)

PERAN SEORANG APOTEKER


Apoteker adalah seorang tenaga
ahli farmasi yang dalam konteks
umum dapat memberikan informasi
tentang penggunaan obat yang
benar dan sesuai ketentuan.

Ada beberapa masalah yang dihadapi


pasien dan sangat membutuhkan
peran serta apoteker dalam
penyelesaiannya
1.

Kepatuhan pasien dalam


menggunakan obat (compliance)
Menurut Journal of Managed Care
Pharmacy, setiap harinya terdapat 342
orang meninggal dunia disebabkan karena
kurangnya kepatuhan dalam menggunakan
obat. Selain itu, The New England
Healthcare Institute memperkirakan bahwa
pertahunnya, ketidakpatuhan pasien
terhadap pengobatan mengakibatkan
kerugian sebesar 290 milyar dolar.
Ketidakpatuhan penggunaan obat bisa
memicu ketidakefektifan pengobatan
dan bahkan bisa memperburuk kondisi
kesehatan pasien. Akibatnya, memicu
intervensi pengobatan tambahan dan

2. Harga Obat
Harga obat memberi porsi 50-60% dari total pengobatan
seorang pasien. Keterbatasan biaya untuk masyarakat
ekonomi rendah menyebabkan kurang efektifnya pengobatan
dalam rangka memperbaiki taraf hidup yang layak bagi
masyarakat.
Maka dari itu, di sangat dibutuhkan sekali obat dengan harga
terjangkau, serta peningkatan rasionalisasi pemilihan obat
serta promisi penggunaan obat generik. Hal ini sesuai dengan
yang tertuang pada PP 51 tahun 2009 pasal 31 mengenai
pekerjaan kefarmasian, yang memberikan wewenang kepada
apoteker untuk melakukan kendali biaya. Kendali biaya yang
dimaksud adalah Pelayanan Kefarmasian yang benar-benar
sesuai dengan kebutuhan dan didasarkan pada harga yang
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Bahkan untuk
menjalankan program ini apoteker diperkenankan melakukan
penggantian obat merek dagang dengan obat generik yang
memilki efek yang sama dalam resep dokter dengan tujuan
untuk memberikan kesempatan kepada pasien yang kurang
mampu secara finansial untuk tetap dapat membeli obat

Hal ini sesuai dengan yang tertuang pada PP 51


tahun 2009 pasal 31 mengenai pekerjaan
kefarmasian, yang memberikan wewenang kepada
apoteker untuk melakukan kendali biaya.
Kendali biaya yang dimaksud adalah Pelayanan
Kefarmasian yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan dan didasarkan pada harga yang sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
Bahkan untuk menjalankan program ini apoteker
diperkenankan melakukan penggantian obat merek
dagang dengan obat generik yang memilki efek
yang sama dalam resep dokter dengan tujuan untuk
memberikan kesempatan kepada pasien yang
kurang mampu secara finansial untuk tetap dapat
membeli obat dengan mutu yang baik atas
persetujuan dokter dan/atau pasien

3. Swamedikasi
Perluasan akses informasi kesehatan
melalui internet dan keinginan untuk
memperoleh suatu solusi mudah, murah
dan cepat atas masalah kesehatan,
mendorong meningkatnya swamedikasi di
masyarakat. Gejala-gejala yang dimaksud
adalah yang bersifat ringan seperti
demam, batuk, influenza, sakit maag,
cacingan, penyakit kulit, alergi, anemia,
wasir, sakit kepala dll.

Apoteker berkewajiban memberikan


edukasi dan pengawasan kepada
masyarakat dalam melakukan
swamedikasi.
Untuk mendukung pelaksanaan
swamedikasi secara tepat, aman dan
rasional, selain pelayanan obat yang
tergolong over the counter (obat bebas
dan bebas terbatas),
apoteker juga memiliki hak dalam
menyerahkan beberapa obat keras
(Obat Wajib Apotek/OWA) tanpa resep
dokter. Obat Wajib Apotek yang
dimaksud dijelaskan dalam Permenkes
no.919/MENKES/PER/X/1993
Melalui perannya ini apotekerdapat
menjamin aspek klinis dan ekonomi dari
pelaksanaan swamedikasi berdasarkan

Ketiga hal ini hanyalah sebagian kecil dari Pekerjaan Kefarmasian

yang menjadi tugas seorang apoteker dalam sistem pelayanan kesehatan.


Tetapi dengan memaksimalkan ketiga bagian pekerjaan ini maka
apoteker mampu memberikan sumbangsih yang tidak kecil dalam
mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik guna meningkatkan kualitas
hidup masyarakat.

PEDOMAN APOTEKER DALAM


KONSELING KONSUMEN
Mengerti kebutuhan, keinginan, dan
pilihan dari pasien:
Seringkali pasien datang tanpa dapat
mengungkapkankebutuhannya, walaupun
sebetulnya ada sesuatu yang
dibutuhkan.Oleh karena itu dilakukan
pendekatan awal dengan mengemukakan
pertanyaan terbuka dan mendengar dengan
baik dan hati ke hati.
EMPATI, Apoteker harus mengetahui dan
mengerti perasaan pasien (bagaimana
perasaan menjadi orang sakit) sehingga
dapat berinteraksi dan menolong dengan

Beberapa bentuk perasaan atau emosi


pasien dan cara penanganannya adalah
sebagai berikut:

Frustasi membantu menumbuhkan rasa


keberanian pasien untukmencari alternatif jalan
lain yang lebih tepat dan meminimalkanrasa
ketidaknyamanan dari aktifitas hariannya yang
tertunda.
Takut dan cemas membantu menjernihkan
situasi apa yang sebenarnya ditakutinya dan
membuat pasien menerima keadaan dengan
keberanian yang ada dalam dirinya.
Marah mencoba jangan ikut terbawa suasana
marahnya, danjangan juga begitu saja menerima
kemarahannya tetapi mencaritahu kenapa pasien
marah dengan jalan mendengarkan dan berempati.
Depresi usahakan membiarkan pasien
mengekspresikan penderitaannya, membiarkan
privasinya, tetapi dengarkan jika pasien ingin
berbicara.
Hilang kepercayaan diri merasa bersalah.

KESIMPULAN
Peran

serta tenaga kesehatan dalam memberikan


pelayanan yang terbaik untuk masyarakat sangat di
butuhkan dalam memperbaiki taraf hidup
masyarakat. Tidak hanya dalam beberapa aspek,
namun untuk semua tenaga kesehatan.
Dalam masalah ini kita membahas tentang
bagaimana memberikan pilihan yang tepat bagi
seorang konsumen untuk memilih menebus obat
yang di resepkan oleh dokter atau memilih untuk
membeli obat bebas. Seiring dengan perkembangan
zaman dan perkembangan pola fikir manusia saat
ini, mereka telah mengerti dan memahami apa
yang harus mereka pilih, namun peran serta tenaga
farmasi terutama apoteker sangatlah penting guna
memberikan informasi yang sejelas-jelasnya dan
yang mudah dimengerti konsumen/pasien.

RF

Thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai