Anda di halaman 1dari 54

INFEKSI TRAKTUS

URINARIUS PADA
WANITA

Wanita lebih berisiko terkena infeksi


kandung kemih
Uretra pendek secara anatomi dekat

dengan vesika kelenjar periuretral dan rektum


Organisme penyebeb UTI
- Escherichi coli
- staphilococus saprofitikus
- Streptococus faecolis
- Prateus mirabilis
- Spesies klebsiela, enterobakter
- Pseudomonas

Infeksi traktus urinarius pada pria


UTI pada laki-laki jarang terjadi

Alasannya : jarak uretra dan rektum jauh,


adanya bakterisidal dalam cairan prostatik.
Penyebab : E. Coli, gram negatif, species
proteus
Therapi : infeksi UTI pada pria biasanya harus
jangka panjang (10-14 hari)

Pertimbangan gerontologi :
Insiden baktreri uria meningkat sehubungan

dengan peningkatan umur dan ketidak


mampuan.
Wanita lebih sering dibanding pria
Peningkatan UTI yang drastis pada lansia pria
sangat berkaitan dengan hiperplasis prostatik
atau karsinoma, striktur uretra dan kandung
kemih neuropatik

Lansia di institusi perawatan merupakan

sumber utama resistensi patogen terhadap


banyak antibiotik
Faktor yang berperan menyebabkan UTI pada
populasi lansia di institusi perawatan

Insiden penyakit kronis yang tinggi


penggunaan agens anti mikrobial

yang sering
Adanya dekubitus yang terinfeksi
Imobilitas dan pengosongan
kandung kencing yang tidak
lengkap

Untuk menurunkan insidens infeksi UTI

Penanganan harus sidini mungkin


Mencuci tangan yang baik
Perawatan perineal dengan hati-

hati
Sering berkemih

Pemeriksaan fungsi ginjal:

Tes fungsi ginjal dilakukan u/ mengevaluasi


beratnya penyakit ginjal dan mengikutti
perjalanan klinis pasien,pemeriksaan ini akan
memberikan informasi tentang efektifitas
ginjal dlm melaksanakan fungsinya:
Fungsi ginjal dapat dikaji secara lebih akurat
jika dilakukan beberapa pemeriksaan dan
kemudian hasilnya dianalisis bersama.
Pemeriksaan yg umum adalah kemampuan
pemekatannginjal: kliren kreatinin, kadar
kreatinin, serum dan nitrogen urea darah
(BUN).

Ultrasound (USG): menggunakan gelombang

suara yang dipancarkan kedam tubuh untuk


mendeteksi abnormalitas.
Organ-organ dalam sistem urinarius akan
menghasilkan gambar-gambar ultrsoun yg
khas seperti:
Akumulasi cairan, masa, malformasi,
perubahan ukuran organ, ataupun obstruksi
dapat di identifikasi.
Pemeriksaan USG termasuk teknik non invasif
dan tidak memerlukan persiapan khusus.

Pemerisaan Sinar X dan Pencitraan Lainnya:


Kidney, Ureter and Bladder (KUB). Pemeriksaan
radiologi abdomen yang dikenal dengan istilah
KUB dapat dilaksanakan untuk melihat ukuran,
bentuk serta posisi ginjal dan mengidentifikasi
semua kelainan seperti batu dalam ginjal atau
traktus urinarius, hidronefrosis (distensi pelvis
ginjal), kista, tumor atau pergeseran ginjal
akibat abnormalitas pada jaringan di
sekitarnya.

Pemindai CT dan Magnetik Resonance

Imaging (MRI). Pemeriksaan pemindai CT dan


MRI merupakan teknik noninvasif yang akan
memberikan gambar penampang ginjal serta
saluran kemih yang sangat jelas. Kedua
pemeriksaan ini akan memberikan informasi
tentang luasnya lesi invasif pada ginjal.

Urografi Intravena (Ekskretori Urogram atau Intravenous

Pyelogram). Pemeriksaan urografi intravena yang juga


dikenal dengan nama intravenous pyelogram (IVP)
memungkinkan visualisasi ginjal, ureter dan kandung
kemih. Media kontras rdio vaque disuntikan secara intra
vena dan kemudian dibersihkan dari dalam darah serta
dipekakan oleh ginjal. Nefromogram dapat dilaksanakan
sebagai bagian dari pemeriksaan untuk melihat
berbagai lapisan gimjal serta struktur difus dalam setiap
lapisan dan untuk membedakan massa atau lesi yang
padat dari kista di dalam ginjal atau traktus urinarius.
Pemerikasaan IVP dilaksanakan sebagai bagian dari
pengkajian pendahuluan terhadap setiap masalah
urologi yang dicurigai, khususnya dalam menegakkan
diagnosa lesi pada ginjal dan ureter.

Pemeriksaan ini juga memberikan perkiraan kasar


terhadap fungsi ginjal. Sesudah media kontras ( sodium
diatrizoat atau meglumin diatrizoat) disuntikan secara
intra vena, pembuatan foto rongen yang multivel dan
serial dilakukan untuk melihat struktur drainase.
Pertimbangan penting dalam mempersiapkan pasien
untuk menjalani prosedur ini disampaikan dalam bagan
41-3.
Jika pasien mempunyai riwayat alergi, penyuntikan
intra dermal media kontras dengan dosis utk tes alergi
dpt dilakukan. Apabila tdk terjadi reaksi kulit dlm waktu
15 mnt, media kontras dg dosis utk tes alergi yang
leguler dpt diberikan secara intra vena. Meskipun
jarang dijumpai, reaksi anafilaksis dpt saja terjadi
sebagaimana halnya pd pemberian intra vena setiap
obat. ( reaksi ini dpt terjadi meskipun tes sensitifitas
kulit menunjukan hasil yg negatif

Pielografi retrograde
Dlm Pielografi retrograde kateter uretra dimskan lewat
ureter kedlm velvis ginjal dg bantuan sistoskopi
Media kontras dimskan dg gravitasi atau penyuntikan
melalui kateter
Pielografi letrograde dilakukan jika pemeriksaan IVP
kurang memperlihatkan dg jelas sistem pengumpulan
Pemeriksaan Pielografi letrograde jarang dilakukan dg
semakin majunya teknik2 yg digunakan dlam urografi
ekskretorik
Infusion Drip Fieloghraphy merupakan pemberian lewat
infus.
Larutan encer media kontras dg volume yg besar utk
menghasilkan opisitas Parenkim ginjal dan mengisi
seluruh traktus urinarius. Metode ini berguna bila
teknik urografi tdk berhasil.

Sistogram : sebuah kateter dimasukan kedalam

kandung kemih, kemudian media kontras


disemprotkan untuk melihat garis-garis besar
dinding kandung kemih serta membantu dlm
mengevaluasi refluk vesikouretral (aliran balik urin
dari kandung kemih kedalam salah satu /dua ureter).
Sistogram juga dilakukan bersama dgn perekaman
tekenan yg dikejakan secara bersamaan didalam
kandung kemih.
Sistouretrogram: menghasilkan visualisasi uretra
dan kandung kemih yang bisa dilakukan melalui
penyuntikan retrogradmedia kontras kedalam uretra
serta kandung kemih atau dgn pemeriksaan sinar-X
sementara pasien mengekresikan media kontras
pemeriksaan voiding cystourethrogram.

Angiografi Renal

Prosedur ini memungkinkan visualisasi arteri


renalis. Arteri femoralis (aksilaris) ditusuk dgn
jarum khusus dan kemudian sebuah kateter
disispkan melalui arteri femoralis serta iliaka
kedalam aorta atau arteri renalis.
Media kontras disuntikan untuk menghasilkan
opasitas suplai arteri renalis.
Angiografi memungkinkan evaluasi dinamika
aliran darah, memperlihatkan vaskulaturnyg
abnormal dan membantu membedakan kiste
renaldgn tumor renal.

Intervensi Keperawatan:

Sebelum prosedur pemeriksaan dilakukan, dapat diberikan


preparat laksan untuk mengevaluasi kolon shg dpt diperoleh
gambar rontgen yg jelas.
Lokasi penyuntikan (lipat paha untuk pendekatan femoral
atau aksiler) dapat dicukur lebih dahulu.
Tempat-tempat denyut nadi perifer
(radialis,femoralis,dorsalis ) ditandai u/ memudahkan akses
dalam pengkajian pasca prosedur.
Kepada pasien diinformasikan bahwa kemungkinan akan tersa
panas disenjang perjalanan pembuluh darah saat media
kontras disuntikan.
Setelah selsai tanda-tanda vital dipantau, warna dan suhu
ektrimitas yg terlibat dalam prosedur dicatat,kompres dingin
dpt dilakukan untuk mengurangi edema dan rasa
nyeri.Pengukuran tensi dilakukan ditempat aksiler yg tidak
ditusuk.

Endourologi (prosedur Endoskopi Urologi)

Pemeriksanaan Sistoskopi:
Sistoskopi atau sisto metode u/ melihat
langsung ureter & kandung kemih.
Alat sistoskop yg dimasukan melalui uretra
kedalam kandung kemih, memiliki sistem
lensa optis yg akan memberikan gambar
kandung kemih yg diperbesar.
Kateter uretra yg halus dpt dimasukan melalui
sistoskop sehingga ureter dan pelvis ginjal dpt
dikaji.
Sistoskop juga memungkinkan ahli urologi u/ m!
dptkan spesimen urin dari setiap ginjal guna
mengevaluasi fungsi ginjal tersebut.

Alat Endoskop dimasukan dengan melihatnya

secara langsung, uretra dan k kemih di


inspeksi.
Larutan irigasi steril disemprotkan untuk
menimbulkan distensi kandung kemih dan
membilas keluar semua bekuan darah shg
visualisasi menjadi lebih baik.
Sebelum melaksanakan prosedur pemeriksaan
dpt diberikan preparat sedatif, anestesi topikal
lokal disemprotkan kedalam uretra,
diazepam/valium IV, sebagai alternatif bisa
dilakukan spinal analgesia/general
anaesthesia.

Intervensi keperawatan :

Seperti pada setiap prosedur diagnostik perawat


menjelaskan prosedur pemeriksaan untuk
mempersiapkan pasien dan mengurangi rasa takut.
Kepada pasien dianjurkan untuk minum satu/dua
gelas
Penatalaksanaan pascaprosedur ditujukan untuk
mengurangi setiap gangguan rasa nyaman yg
mungkin terjadi akibat pemeriksaan tersebut.
Perasaan terbakar pada saat buang air kecil, urin yg
mengandung darah dan keluhan sering berkemih
akibat trauma pada mempik. Kompres hangat pada
abdomen bawah atau merendam bagian bawah
bokong dalam air hangat.

Brush Biopsi Ginjal dan Uretra

Teknik ini akan menghasilkan informasi yg spesifik


Bila hsil pemeriksaan radiologi ureter atau pelvis ginjal
yg abnormal tak dapat menunjukan apakah kelainan
tersebut merupakan tumor, batu, bekuan darah.
Pertama dilakukan sistoskopi > dipasang kateter
uretra > masukan alat sikat khusus (biopsi secara
brush).
Kelainan yg dicurigai disikat maju mundur secara
teratur untuk mendapatkan sel-sel dan fragmen
jaringan permukaan untuk pemeriksaan analisis
histologi.
Pemberian cairan untuk membersihkan ginjal dan
memcegah terjadi pembekuan darah.s

Endoskopi Renal (Neproskopi)

Merupakan pemeriksaan dgn cara memasukan fiberskop


kedalam pelvis ginjal melalui luka insisi (pielotomi)
atau secara perkutan untuk melihat bagian dalam
pelvis ginjal, mengeluarkan batu, melakukan biopsi lesi
yg kecil dan membantu menegakan diagnosa hematuri
serta tumor tertentu.
Biopsi Ginjal :
Dilakukan dgn memasukan jarum biopsi melalui kulit
kedalam jaringan renal/melalui luka insisi didaerah
pinggang.
Gunanya untuk untuk mengevaluasi perjalanan penyakit
ginjal & mendapatkan spesimen bagi pemeriksaan
mikroskopis elektron serta imunofluoresen.> khusus
untuk penyakit glomerolus.

Prosedur :

Paseien puasa 6 8 jam, infus dipasang,


spesimen urin dikumpulkan dan disimpan
untuk dibandingkan dgn spesimen pasca
biopsi, bila akan dilakukan biobsi jarum,
pasien diberi tahu agar menahan nafas (untuk
mencegah gerakan ginjal) ketika jarum
ditusukan.
Pasien yg sdh dilakukan sedasi diposisikan
berbaring telungkup, dilakukan infiltrasi dgn
obat lokal anestesi.
Jarum biopsi ditusukan tepat disebelah dalam
kapsula ginjal pada kuadran ginjal sebelah
luar.

Penatalaksanaan Keperawatan Pasca Biopsi:

Sesudah spesimen biopsi diperoleh, tempat


biopsi ditekan, pasien dibiarkan dalam posisi
berbaring telungkup sesaat setelah biopsi.
Tirah baring selama 24 jam untuk mengurangi
resiko pendarahan.
Hematuri bisa terjadi setelah dilakukan biopsi,
pementauan harus dilakukan secara
ketat,sebab ginjal merupakan organ yg sangat
vaskuler, seperempat dari keseluruhan curah
jantung beredar melewati ginjal dlm waktu
sekitar satu menit.
Perlintasan jarum biopsi akan menusuk kapsula
ginjal dan pendarahan dpt terjadi dlm rongga

Penatalaksanaan pasien Disfungsi Renal dan


Urinarius
Ganguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit:

Pasien kelainan ginjal sering mengalami


ganguan keseimbangan cairan serta
elektrolit, hal ini perlu pemantauan secara
ketat:
Pasien dgn asupan yg berlebihan mlebihi
kemampuan ginjal > fluid overload > tandatanda gagal jantung kongestif.
Jika asupan cairan kurang pasien mengalami
dehidrasi

Tanda-tanda Gangguan Cairan dan elektrolit:


1. Kenaikan bb yg cepat (melebihi 5%) >

edema,ronkhi basah dlm paru-paru, kelopak


mata bengkak, sesak nafas > volume cairan
berlebihan.
2. Penurunan bb yg cepat (melebihi 5%),
penurun suhu tubuh, kulit serta membran
mukosa yg kering,lipatan garis-garis
longitudinal pada lidah dan oligouria, atau
anuria-menunjukan volume cairan yg
kurang.
3. Kram perut, pasien tampak khawatir, kejangkejang dan oligo uria atau anuria,
menujukan defisit natrium atau kekurangan

4. Membran mukosa yg kering dan lengket, kulit


kemerahan, oligouria, atau anuria, rasa haus, dan
lidah yg kasar serta kering, menunjukan kelebihan
natrium.
5. Anoreksia, distensi abdomen,ilius intestinal yg
asimtomatik, kelemahan otot serta kendor
menunjukan defisit kalium.
6. diare,kolik intestinal, iritabilitas dan mual
menujukan kelebihan kalium.
7. Kram perut, spasme karpopedal, kram otot,
tetani, dan rasa kesemutan pada ujung-ujung jari
tangan menujukan defisit kalsium.
8. Nyeri tulang yg dalam, sakit pada pinggang dan
hipotonitas otot menunjukan kelebihan kalsium,

9. Pernapasan yg cepat dan dalam


(kusmaul),sesak napas pada saat melakukan
aktivitas, stupor dan kelemahanmenujukan
defisit basa primer bikarbonat.
10.Depresi pernapasan, hipertonitas otot dan
tetani dapat menunjukan kelebihan basa
primer bikarbonat.
11.Penuruan bb yg menahun, depresi
emosional, pucat,perasaan lelah dan otot yg
lemah serta kendor-menujukan defisit
protein.
12.Tanda chvostek atau trausseau yg positip,
kejang-kejang, disurientasi, refleks dalam yg
hiperaktip, dan tremor-menujukan perubahan

13. Aritmia jantung dpt ditemukan pada


gangguan keseimbangan kalium.
14. Kedutan otot (twiching), parestesia, kram
dan kelemahan pada umumnya
menunjukkan gangguan keseimbangan
elektrolit.ss

Asuhan keperawatan
benigna prostat hipertropi
Konsep Dasar
Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah
pembesaran jinak kelenjar prostat, di sebabkan
oleh karena hiperplasi beberapa atau semua
komponen prostat meliputi jaringan kelenjar
atau jaringan fibromuskuler yang menyebabkan
penyumbatan uretra pars prostatika.

Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH
sampai sekarang belum di ketahui. Namun
yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung
pada hormon androgen.
Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH
adalah proses penuaan yang secara umum
pada peria lebih tua dari 50 tahun.

Gejala benigne prostat hyperplasia


Gejala klinis yang di timbulkan oleh benigne prostat
hyperplasia di sebut sebagai syndroma protatisme.
Syndroma protatisme di bagi 2.
a. Gejala obstruktif
1) Hesitasi yaitu memulai kencing yg lama dan
seringkali disertai dgn mengejan yg disebabkan oleh
karena otot buli-buli memerlukan waktu beberapa
lamameningkatkan tekanan intravesikal guna
mengatasi adanya dalam uretra prostatika.
2) intermitency yaitu terputus-putus aliran kencing
yg disebabkan karena ketidak mampuan otot
destrussor dlm mempertahankan tekanan intra
vesika sampai berakhirnya miksi.

3)Terminal dribing yaitu menetesnya urin pada


akhir kencing.
4) Pancaran lemah :kelemahan kekuatan dan
kaliber pancaran destrussor memerlukan waktu
untuk dapat melampoi tekanan di uretra.
5) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang
air kecil dan terasa belum puas.
b. Gejala iritasi yaitu:
1) Urgensy yaitu perasaan ingin buang air kecil
yang sulit ditahan.
2) Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering
dari biasanya dapat terjadi pada malam hari
3) Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

Diagnosis

Untuk menegakan diagnosis BPH dilakukan


beberapa cara antara lain:
1. Anamnesa
kumpulan gejala pada BPH dikenal dgn LUTS
Lower Urinary Tract Symtoms) antara lain:
hesitasi, pancaran urine lemah,
intermittensi, terminal dribbling, terasa ada
sisa setelah miksi disebut gejala obstruksi
dan gejala iritatif dapat berupa urgensi,
frekuensi serta disuria.

Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dgn pemeriksaan TD,Nadi,suhu. Nadi

naik bila dlm keadaan kesakitan misal: retensi


urin akut,dehidrasi sampai syok, retensi urin
serta urosepsis sampe syok sepsis.
Pemeriksaan abdomen dilakukan dgn teknik
bimanual untuk mengetahui adanya
hidronefrosis dan pyeloneprosis, saat palpasi
terasa adanya ballotemen dan pasien akan
terasa niksi,perkusi mengetahui ada tidaknya
residual urin.
Penis dan uretra untuk mendeteksi
kemungkinan adanya stenose meatus, striktur
uretra,batu uretra, karsinoma maupun pemosis.

Pemeriksaan skrotum untuk menentukan

adanya epididimitis.
Rectal touuch / pemeriksaan colok dubur
bertujuan untuk menentukan konsistensi
sistim persarafan unit vesiko uretra dan
besarnya prostat dari BPH:
A. derajat I : beratnya 20 gram
B. derajat II: beratnya antara 20 40 gram
C. derajat III: beratnya > 40 gram
Pemeriksaan Laboratorium
- darah lengkap, paal ginjal, serum elektrolit,
dan kadar gula digunakan untuk memperoleh
data dasar keadaan umum pasien.

Pemerksaan urin lengkap dan kultur


PSA (Prostat Spesifik Antigen) penting

diperiksa kewaspadaan adanya keganasan.


Pemeriksaan Uroflowmetri
- salah satu gejala dari BPH adalah
melemahnya pancaran urin. Secara objektif
pancaran urin dpt diperiksa dgn uroflowmeter
dgn penilaian:
a. flow rate maksimal > 15 ml/detik = non
obstruktif
b. flow rate maksimal 10 15 ml/detik= border
line
c. flow rate maksimal < 10 ml/detik =
obstruktif

Pemeriksaan imaging dan Rongennologik

a. BOF (Buik Overzich) untuk melihat adanya


batu dan metastase pada tulang.
b. USG (Ultrasonografi), digunakan untuk
memeriksa konsistensi, volume dan besar
prostat juga keadaan buli-buli termasuk
residual urin. Pemeriksaan dapat dilakukan
secara transrektal, tranuretral, dan supra
publik.
c. IVP (Pyolografi Intravena) digunakan untuk
melihat fungsi ekresi ginjal dan adanya
Hidronefrosis.
d. pemerriksaan penodoskop untuk
mengetahui keadaan uretra dan buli-buli.

penatalaksanaan
Modalitas terapi BHP adalah :
1.Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6
bulan kemudian setiap tahun tergantung
keadaan klien
2.Medikametosa
Terapi ini di indikasikan pada BPH dengan
keluhan ringan,sedang,dan berat tanpa
disertai penyulit.obat yang di gunakan berasal
dari : phitotrapi (misalnya:Hipoxis
rosperi,serenoa repens,dll), glombang

3.Pembedahan
Indikasi pembedahan pada BPH adalah :
a.Klien yang mengalami retensi urin akut atau
pernah etensi urin akut.
b.Klien dengan residual urin > 100 ml
c.Klien dengan penyulit
d.Terapi medikamentosa tidak berhasil.
e.Flowmetri menunjukan pola obstruktif
Pembedahan dapat dilakukan dengan :

a.TURP (trans uretral reseksi prostat >90-95 %)


b.Retropubic atau extravesical prostatectomy
c.Perianal prostatectomy
d.Suprapubic atau tranvesical prostatectomy
4.Alternatif lain (misalnya :
kritrafi,hipertemia,termoterafi,dan terafi
ultrasonik)

D.Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul
adalah sebagai berikut.
Pre operatif :
1. Obstruksi akut atau kronis berhubungan
dengan obstruksi mekanik, pembesaran
prostat, dekompensasi otot destrusor yang
ketidakmampuan kandung kemih untuk
berkontraksi secara adekuat.
2. Nyeri (akut berhubungan dengan iritasi
mukosa buli-buli, distensi kandung kemih,
kolik ginjal infeksi urinaria.

3. Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan


dengan paska obstruksi di uresis.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan
setatus kesehatan atau menghadapi prosedur
bedah
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.

Post oprasi:
1.Nyeri berhubungan dengan spamus kandung
kemih dan insisi skunder pada TUR-P.
2.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
prosedur infasip : alat selama pembedahan,
kateter , irigassi kandung kemih sering
3.Resiko tinggi cedera : perdarahan
berhubungan dengan tindakan pembedahan
4.Resiko tinggi dispungsi seksual berhubungan
dengan ketakutan akan inpotent akibat dari
TUR-P

5.Kurang pengetahuan : tentang TUR-P


berhubungan dengan kurang informasi
6.Gangguan pola tidur berhubungan dengan
nyeri sebagai efek pembedahan.

E.PERENCANAAN
1. Sebelum operasi
a. Obstruksi akut/kronis berhubungan dengan

obstruksi mekanik, pembesaran prostat,


dekompensasi otot destrusor dan ketidak
mampuan kandung kemih untuk berkontraksi
secara dekuat.
TUJUAN : tidak terjadi obstruksi
b. Kriteria hasil : berkemih dalam jumlah yang
cukup, tidak teraba distensi kandung kemih.
c. Rencana tindakan dan rasional

1. Dorong pasien untuk berkemih tiap dua

sampai 4 jam dan bila tidak dirasakan.


Rasional (R/) meminimalkan retensi urina
distensi berlebihan pada kandung kemih.
2. Observasi aliran urina perhatian ukuran
dan kekuatan pancaran urina
R/ untuk mengefaluasi obstruksi dan
pilihan interpensi
3. Awasi dan catat waktu serta jumlah
setiap kali berkemih

R/retensi urin men in gkatkan tekanan


dalam saluran perkemihan yang
dapat mempengaruhi fungsi ginjal
4. Berikan cairan sampai 3000 ml
sehari dalam toleransi jantung.
R/ peningkatan aliran cairan
meningkatkan perfusi ginjal serta
membersihkan ginjal,
kandungbkemih dari pertumbuhan
bakteri.
5. Berikan obat sesuai indikasi

Nyeri (akut) berhubungan dengan


indikasi mukosa buli buli distensi
kandung kemih , kolik ginjal infeksi
urinaria .
1. Tujuan
2. nyeri hilang atau terkontrol
Klien melaporkan nyeri hilang atau
terkontaminasi menunjukan
keterampilan relaksasi dan aktifitas
terapetik sesuai indikasi untuk
situasi indifidu. Tampak rileks , tidur
D.

3. Rencana tindakan dan rasional


a.Kaji nyeri, perhatian lokasi intensitas
(skala 0-10)
R/nyeri tajam , intermiton dengan dorongan
berkemih atau masase urin sekitar kateter
menunjukan spasme buli buli, yang
cenderung lebih berat pada pendekatan
TUR-P (biasanya menurun dalam 48 jam)
b. Pertahankan patensi kateter dan sistem
drainase . Pertahankan selang bebas dari
lekukan dan bekuan .
R/mempertahankan fungsi kateter dan
drainase sistem, menurunkan resiko
distensi atau spasme buli buli

c.Pertahankan tirah baring biladi indiukasikan


R/ di perlukakan selam fase awal selama fase akut
d.Berikan tindakan kenyamanan(sentuhan
terapeutik,pengubahan posisi,pijatan punggung)
dan aktifitas terapeutik.
R/Menurunkan tegangan otot, memfokuskan
kembali dan dapat meningkatkan kemampuan
koping.
e.Berikan rendam duduk atau lampu penghangat
bila di indikasikan
R/ meningkatkan perfusi jaringan dan perbaikan
edema serta meningkatkan penyembuhan atau
pendekatan perineal)

f.Kolaborasi dalam
pemberian antipasmodif
R/ menghilangkan
spasme.

Anda mungkin juga menyukai