Anda di halaman 1dari 27

KONSERVASI

KEANEKARAGAMAN HAYATI
L. Siahainenia

LATAR BELAKANG
Tujuan konservasi :

memperlambat, mengurangi dan menghentikan

laju kerusakan/degradasi dan kepunahan


keanekaragaman hayati
diiringi upaya rehabilitasi

Fokus utama dalam konservasi (secara konseptual,

biologis, dan hukum) adalah spesies

LATAR BELAKANG
Mengapa spesies??

potensi keanekaragaman hayati umumnya

dinilai dari kehati spesies

Komunitas dapat melakukan resieliensi jika ada

spesies asli

Informasi genetik yg unik serta kombinasi sifat

yang khas akan hilang jika tidak ada spesies

Apabila suatu spesies punah maka populasi

tidak akan pulih komponen komunitas


berkurang Ekosistem

KEPUNAHAN SPESIES

PUNAH DI ALAM :
TIDAK ADA LAGI DI ALAM TETAPI MASIH ADA DI KAWASAN KONSERVASI

PUNAH GLOBAL :
DISELURUH HABITAT DAN GEOGRAFIS TIDAK ADA LAGI

PUNAH LOKAL :
TIDAK ADA LAGI DI HABITAT ASAL TETAPI MASIH ADA DI DAERAH LAIN

PUNAH SECARA EKOLOGI :


DIJUMPAI DALAM POPULASI YANG SANGAT KECIL (PENGARUH TERHADAP SPESES
LAIN DALAM KOMUNITAS DAPAT DIABAIKAN

KEPUNAHAN YANG TERUTANG (EXTINCTION DEBT) :


HILANGNYA SPESIES DI MASA DEPAN AKIBAT KEGIATAN MANUSIA SAAT INI

Kategori Spesies Terancam Punah menurut IUCN


PUNAH Extinc (EX)
jika tidak ada keraguan lagi bahwa individu terakhir telah
mati.
PUNAH DI ALAM Extinct in the wild (EW)
jika dengan pasti diketahui bahwa hanya hidup di
penangkaran
Hanya hidup di alam sebagai hasil pelepasan kembali di
luar daerah sebaran aslinya.
KRITIS Critically Endangered (CR)
jika menghadapi resiko kepunahan sangat tinggi di alam

Kategori Spesies Terancam Punah


menurut IUCN
GENTING Endangered (EN)
jika menghadapi resiko kepunahan sangat tinggi di alam
dalam waktu dekat
RENTAN Vulnerable (VU)
Jika tidak termasuk kategori kritis atau genting tetapi
menghadapi resiko kepunahan tinggi di alam
KEBERADAANNYA TERGANTUNG AKSI KONSERVASI

Conservation Dependent (CD)


Jika merupakan fokus dari program konservasi jenis atau

habitat.

Kategori Spesies Terancam Punah menurut IUCN


RESIKO RENDAH Low Risk (LR)
jika setelah dievaluasi ternyata tidak layak dikategorikan dalam kritis,
genting, rentan, Conservation Dependent atau Data Deficient. Kategori ini
di bagi lagi atas:
nyaris memenuhi syarat untuk dikatakan terancam punah
tidakbegitu menjadi perhatian
jumlahnya besar tetapi memiliki peluang punah di masa depan.

KURANG DATA Data Deficient (DD)


jika informasi yang diperlukan, baik sifatnya langsung maupun tidak
langsung untuk menelaah resiko kepunahan berdasarkan distribusi atau
status tidak memadai. Mungkin telah banyak dipelajari aspek biologinya,
tetapi data kelimpahan dan atau distribusinya masih kurang.
TIDAK DIEVALUASI Not Evaluated (NE)
Jika tidak dinilai berdasarkan kriteria di atas.

KARAKTER SPESIES YANG RENTAN PUNAH

1. Memiliki populasi rendah atau

cenderung menurun

Spesies yang memiliki populasi


minimal < 500 ind

Penyu belimbing (Democchelys


coriacea)
Vaquita (Phocoena sinus) <100 ind
Yangtze (Neophocaena
phocaenoides)1000-1800 ind
Totoaba / giant weak fish

2. Memiliki wilayah distribusi

sempit

Perkawinan sekerabat bersifat


seragam mudah punah

Kriteria spesies yang rentan punah


3.

Megaherbivora

Makan 30% dari bobotnya


Berpindah membentuk pola
lingkaran jalur pakan tahunan
yang terhubung

4.

Penyu Hijau (Chelonia mydas


Dugong dugon

Melakukan migrasi

Saat musim satwa yang tidak


hibernasi melakukan migrasi

Amphidromous (Goby sungai)


Oceanodromous (Tuna, Hering, Cod)

Migrasi untuk reproduksi

Anadromous (salmon, sidat & trout)


Katadromous (Belut sungai)

Kriteria spesies yang rentan punah


5. Pada ekosistem spesifik
Misalmya Goa dan Laut Dalam satwanya tanpa pigmen dan buta;
adaptasi tinggi pada lingkungan gelap rentan thdp cahaya
Satwa laut dalam laut adaptasi pada tekanan air yang sangat besar;
sangat rentan apabila terjaring ke permukaan

6. Pemasok energi dan gizi

Lingkungan spesifik seperti (goa & ekosistem laut dalam) tidak dapat
tembus cahaya matahari, karenanya perlu pemasok nutrisi dari luar.
Satwa yang menjadi pemasok nutrisi bagi ekosistem goa seperti
kelelawar dan burung walet harus dilindungi karena keberadaanya
menjadi awal rantai makanan dalam goa.

7. Tergantung pada ekosistem tertentu

Untuk bereproduksi/bersarang (penyu; kepiting)

8. Bergerak lambat

Mudah ditemukan dan ditangkap pemburu

Kriteria spesies yang rentan punah


9. Berpasangan tetap
Satwa yang hanya sekali
memilih pasangan seumur
hidup sulit reproduksi.
10. Fekunditas rendah
11. Sex rasio tidak seimbang
Satwa umumnya
melakukan seleksi
pasangan
12. Stadia larva lama
Larva berukuran kecil dan
rentan terhadap ancaman

Lopiiformes

Kriteria spesies yang rentan punah


13. Masa mengandung anak lama (gray

shark 1 tahun; curl shark 2 tahun;


pari manta 9-12 bulan
14. Pertumbuhan mencapai dewasa
kelamin lama
15. Melakukan ovovivipar (kuda laut, paus,
pari)
16. Stabilisator ekosistem

Top karnivora mengendalikan pertumbuhan mangsa

17. Endemik

Semua spesies satwa yang hanya dijumpai


pada daerah tertentu (tidak dijumpai pada
daerah yang lain)

18. Satwa pemancar biji


19. Pengendali populasi hama atau

penyebar penyakit
Spesies satwa yang memakan satwa lain

yang bersifat hama

20. Bernilai ekonomis


21. Ukuran tubuh besar

Biota
terancam
punah di
Indonesia

PENYEBAB KEPUNAHAN
Diamond (1998) :
Evil Kuartet
Degradasi dan fragmentasi habitat
Over kill
Spesies introduction
Rantai kepunahan

Primack (1998) :
Polusi
Gaston (1999):
Global Warming

Degradasi habitat
Hutan Hujan Tropis
Hutan Mangrove
Padang Lamun
Terumbu Karang

DATA DAN INFORMASI (JURNAL)


HILANGNYA SPESIES AKIBAT
DEGRADASI HABITAT

Fragmentasi Habitat

Rel
kereta

Jalan

Fragmentasi Habitat
Berbeda dg habitat asal:
Memiliki daerah tepi yang luas
Daerah tengah dekat daerah tepi

Ancaman:
Menghambat potensi distribusi dan kolonisasi spesies
Mempersempit daerah jelajah

Efek tepi
Fluktuasi suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin
perubahan lingkungan
Mudah terbakar
Tengah hutan mudah dimasuki spesies eksotik dan pengganggu
Spesies liar lebih dekat dengan hewan atau tumbuhan yang dilindungi
penularan penyakit

Mempercepat penurunan dan pemusnahan populasi

OVERKILL
PEMANFAATAN BERLEBIH SDH
POPULASI MANUSIA
KEMISKINAN
NILAI EKONOMI
TEKNOLOGI TIDAK BERBASIS KONSERVASI

SPESIES INTRODUCTION
Pengertian beberapa istilah terkait:
Spesies introduksi (introduced species) :

spesies yang dimasukkan ke suatu perairan di luar perairan asalnya


Spesies eksotik (exotic species) :

spesies yang dimasukkan dari daerah atau negara lain


Spesies larian (escape species) :

spesies budidaya yang lepas dari wadah budidaya dan masuk ke


perairan
Spesies transplantasi (transplanted species):

spesies yang dimasukkan ke perairan asalnya

Spesies Introduction
Spesies invasif (invasive species):

spesies asing yang merusak ekosistem dimana spesies ini dimasukkan.


Spesies asing (non indigenous species) :

spesies yang berasal dari luar ekosistem yang masuk ke dalam suatu
ekosistem dimana sebelumnya spesies tersebut tidak ada di situ.
Spesies yang merugikan dinamakan spesies asing invasif.
Kerugian :
kerusakan ekonomi atau lingkungan atau kesehatan manusia, pertanian, perikanan,
atau rekreasi (tergantung perairan).
Studi Cornell University :
memperkirakan biaya tahunan (lingkungan dan ekonomi) karena spesies invasif
(tumbuhan dan hewan) mencapai 137 milyar dollar (Pimentel et al. 2000).

INTRODUKSI SPESIES
Tujuan
Meningkatkan produksi
contoh kasus introduksi ikan mujair (Oreochromis mossambicus) ke Waduk

Karangkates dan Selorejo di Jawa Timur pada pertengahan dasawarsa


70-an (kemudian menjadi suatu kecenderungan)

mengisi relung ekologis (niche) yang kosong,


Di suatu perairan kadangkala ada sumber daya pakan yang belum
dimanfaatkan oleh organisme penghuni perairan tersebut.
Pengendalian hama atau gulma (pengendalian biologis)
Beberapa jenis ikan dimasukkan ke dalam perairan dengan tujuan
untuk mengendalikan hama ataupun gulma.
Ikan seribu (Poecilia reticulata) untuk membasmi jentik-jentik nyamuk.
Ikan koan (Ctenopharyngodon idella) untuk mengendalikan tumbuhan air (eceng
gondok).

INTRODUKSI SPESIES
Gozlan (2008) :
spesies yang diintroduksikan di seluruh
dunia sebesar 624 spesies
50% untuk memenuhi kebutuhan pangan,
21 % untuk ikan hias
12% olahraga pancing
7% perikanan

INTRODUKSI SPESIES
Exotic species masuk ke perairan melalui:
Spesies ditebar secara sengaja dengan tujuan tertentu (salah satu dari
empat tujuan tersebut di atas)
Spesies terlepas dari tempat/wadah budidaya (misal keramba jaring

apung, kolam, tambak)


Spesies yang terbawa dalam air pemberat (ballast water) yang

ditumpahkan ke perairan laut (substrat pemberat ??)


Air

pemberat mengintroduksi alga, avertebrata dan ikan


Air pemberat dari Jepang membawa 367 spesies laut ke perairan pelabuhan
Coss Oregon (Carlton & Geller 1993)

Spesies dari akuarium yang sengaja dilepaskan pemiliknya ke perairan


Spesies yang terikut pada spesies inang yang lepas ke perairan

INTRODUKSI SPESIES
DAMPAK POSITIF
sumber makanan dan pemangsa hama
DAMPAK NEGATIF
Menjadi pesaing spesies asli yang mengisi relung ekologis yang sama
Mengganggu jejaring makanan
Mengurangi keanekaragaman hayati (antara lain menjadi pemangsa spesies asli)
Merusak perikanan olahraga
Merusak perikanan komersial dan akuakultur
Menurunkan tingkat kualitas habitat
Menurunkan kualitas rekreasi
Merusak pasokan air publik
Menurunkan kualitas infrastruktur pantai (misal menyumbat atau merusak pipa);
Mengganggu navigasi dan nilai estetik
Membawa parasit dan penyakit (misal Saprolegnia)
Menyediakan habitat bagi nyamuk untuk berkembang (Laha & Mattingly, 2007)

Spesies asing invasif di Indonesia


Molusk
a
Crustace
a
Pisces

Chain of extinction
Kepunahan suatu spesies yang disebabkan

oleh kepunahan spesies lain

Anda mungkin juga menyukai