Anda di halaman 1dari 33

PENDIDIKAN PANCASILA DAN UUD

1945

back

A. PENGERTIAN FILSAFAT
Pengertian Filsafat sebenarnya sangat sederhana dan mudah
dipahami. Filsafat adalah satu bidang ilmu yang senantiasa ada
dan menyertai kehidupan manusia. Selama manusia hidup, tidak
dapat mengelak dari filsafat atau dalam kehidupan manusia
senantiasa berfilsafat.
Nasution (1973), mengemukakan bahwa secara etimologi
istilah Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philein yang
berarti Cinta dan Sophos yang berarti Hikmah atau
Kebijaksanaan, dan secara harfiah filsafat diartikan dengan
Cinta akan kebijaksanaan .
Manusia dalam kehidupannya pasti memilih apa pandangan
dalam hidup yang dianggap paling benar, paling baik dan
membawa kesejahteraan, dan pilihan manusia sebagai suatu
pandangan dalam hidupnya itulah yang disebut filsafat.
Pilihan manusia baik secara individu maupun kelompok bahkan
pada tataran suatu bangsa dalam menentukan tujuan hidupnya
ini lebih diarahkan untuk tercapainya kebahagiaan dalam
kehidupannya.
Ditinjau dari lingkup pembahasannya, filsafat meliputi banyak
bidang bahasan antara lain tentang manusia, masyarakat, alam,
pengetahuan, etika, logika, agama, estetika dan bidang lainnya.
2
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka muncul

PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat sebagai Produk
a.Pengertian
Filsafat
yang
mencakup
arti-arti
filsafat
sebagai jenis pengetahuan,
ilmu, konsep dari para Filsuf
pada zaman dahulu, teori,
sistem
atau
pandangan
tertentu
yang
merupakannhasil dari proses
berfilsafat
dan
yang
mempunyai ciri-ciri tertentu.
b.Filsafat sebagai suatu jenis
problema yang dihadapi oleh
manusia sebagai hasil dari
aktifitas berfilsafat. Filsafat
dalam pengertian jenis ini
mempunyai ciri khas tertentu
sebagai suatu hasil kegiatan
berfilsafat dan pada umumnua
proses pemecahan persoalan
filsafat ini diselesaikan dengan
kegiatan berfilsafat ( dalam
pengertian
filsafat
sebagai

Filsafat sebagai suatu Proses


a.Filsafat
diartikan
sebagai
bentuk aktivitas berfilsafat,
dalam
proses
pemecahan
suatu permasalahan dengan
menggunakan suatu cara dan
metode tertentu yang sesuai
dengan
objek
permasalahannya.
b.Dalam pengertian ini Filsafat
merupakan
suatu
sistem
pengetahuan
yang
bersifat
dinamis.
Filsafat
dalam
pengertian ini tidak lagi hanya
merupakan sekumpulan dogma
yang hanya di yakini, ditekuni
dan dipahami sebagai suatu
sistem nilai tertentu, tetapi
lebih
merupakan
suatu
aktivitas
berfilsafat,
suatu
proses yang dinamis dengan
menggunakan suatu cara dan
metode tersendiri.
3

B. PENGERTIAN PANCASILA SEBAGAI


yang terdiri atas limaSISTEM
sila pada hakekatnya merupakan

Pancasila
sistem
filsafat, karena sila-sila dalam Pancasila merupakan suatu kesatuan yang
bagian-bagiannya saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan
tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh,
lazimnya suatu sistem Pancasila memiliki ciri-ciri :
1.Suatu kesatuan bagian-bagian
2.Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3.Saling berhubungan dan saling ketergantungan
4.Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan
sistem)
5.Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks. ( Shore and Voich, 1972).
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu Sila-sila Pancasila, setiap Sila
pada hakekatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri dan tujuan
tertentu, yaitu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Sila-sila Pancasila merupakan sistem filsafat yang pada hakekatnya
merupakan suatu kesatuan organis. Antara Sila-sila Pancasila itu saling
berkaitan, berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Sila yang satu
senantiasa dikualifikasi oleh sila-sila yang lainnya.
Kenyataan Pancasila yang sedemikian itu disebut sebagai Kenyataan objektif,
yaitu kenyataan itu ada pada Pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang
lain, atau terlepas dari pengetahuan orang. Kenyataan obyektif yang adan
dan terlekat pada Pancasila sehingga Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
bersifat khas dan berbeda dengan sistem filsafat lainnya misalnya :
4
liberalisme, materialisme, komunis dan aliran filsafat lainnya .

C. KESATUAN SILA-SILA
PANCASILA

1. Susunan Pancasila bersifat Hierarkis dan berbentuk


Piramidal.
Hal ini menggambarkan hubungan hirarkies Sila-sila
Pancasila dalam urut-urutan luas (kuantitas) dan dalam
sifat-sifatnya (kualitas). secara ontologis kesatuan sila
sila Pancasila sebagai suatu sistem bersifat Hirarkies dan
piramidal, filosofinya adalah : bahwa hakekat adanya
Tuhan adalah karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai
Causa Prima, oleh karena itu segala sesuatu yang ada di
alam semesta ini termasuk manusia ada karena
diciptakan Tuhan atau manusia ada sebagai akibat
adanya Tuhan (Sila 1), manusia sebagai subjek
pendukung pokok negara, karena negara adalah lembaga
kemanusiaan, negara adalah persekutuan hidup bersama
dari anggotanya, yaitu manusia (Sila 2), adanya negara
sebagai akibat adanya manuisa yang bersatu (sila 3),
rakyat sebagai unsur negara di samping unsur wilayah
dan pemerintahan. Rakyat adalah sebagai totalitas
individu-individu dalam negara yang bersatu (Sila 4),
keadilan pada hakekatnya merupakan tujuan dalam
hidup bersama (Sila 5)
2. Kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan
5
saling mengkualifikasi.

D. KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI


SISTEM
Kesatuan sila-sila Pancasila
bukanFILSAFAT
hanya merupakan kesatuan

yang
bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis,
dasar epistemologis dan dasar aksiologis. Secara filosofis pancasila
sebagai kesatuan sistem filsafat memliki dasar ontologis, dasar
dasar2.aksiologis
sendiri
yang berbeda
sistem
1.epistemologis
Dasar ontologisdan
sila-sila
Dasar
Epistemologis
3. Dasardengan
Aksiologis
sila-sila
filsafat
yang
lainnya
Pancasila
sila-sila Pancasila
Pancasila
Pancasila sebagai kesatuan Pancasila sebagai sistem
sistem
filsafat
tidak
filsafat
merupakan
hanya
menyangkut
sistem pengetahuan.
kesatuan
dari
silaPancasila
merupakan
silanya saja melainkan
pedoman
atau
dasar
menyangkut
dasar
bagi bangsa Indonesia
ontologis dari sila-sila
dalam
memandang
Pancasila.
Dasar
realitas alam semesta,
ontologis
Pancasila
manusia,
masyarakat,
pada dasarnya adalah
bangsa
dan
negara
manusia yang memiliki
tentang makna hidup
hakikat
mutlak
serta sebagai dasar bagi
monopluralis, dasar ini
manusia
dalam
disebut
juga
dasar
menyelesaikan masalah
antropologis.
Manusia
hidup dan kehidupan.
sebagai
pendukung
Pancasila
sudah
jadi
pokok sila-sila Pancasila
sistem
cita-cita
dan
secara
ontologis
keyakinan
(bilief
memiliki hal-hal yang
system)
yang
mutlak,
yaitu
terdiri
menyangkut
praktis,
dari susunan kodrat,
dan landasan bagi cara
raga dan jiwa, jasmani
hidup
manusia
dan

Pancasila sebagai kesatuan


sistem
filsafat
juga
memiliki satu kesatuan
dasar
aksiologisnya,
yaitu
nilai-nilai
yang
terkandung
dalam
Pancasila
pada
hakikatnya
juga
merupakan
suatu
kesatuan.
Terdapat
berbagai macam teori
tentang nilai dan hal ini
sangat tergantung pada
sudut
pandangnya
masing-masing
dalam
menentukan pengertian
nilai dan horarkiesnya.
Nilai-nilai
Pancasila
termasuk
nilai
kerohanian, tetapi nilainilai kerohanian yang
6
mengakui nilai material

E. PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR FUNDAMENTAL


BAGI BANGSA DAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA

1. Dasar Filosofis
Pancasila sebagai nilai dasar filosofi serta hidup bangsa Indonesia,
hakekatnya memiliki nilai-nilai yang bersifat sistematis, karena sila-sila
Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat, hirarkies dan sistematis,
sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan dan memiliki makna sendirisendiri, melainkan memiliki essensi makna yang utuh. Pancasila sebagai
filsafat negara bermakna setiap aspek kehidupan kebangsaan,
bermasyarakat serta bernegara harus berdasar nilai-nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Hal ini bertolak dari
pandangan negara sebagai persekutuan hidup manusia atau organisasi
kemasyarakatan dalam hidup manusia (legal society) atau masyarakat
hukum.
Hakekat Sila Pertama, Negara yang didirikan manusia, atas dasar kodrat
bahwa manusia sebagai warga negara sebagai persekutuan hidup adalah
berkedudukan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan ;
Hakekat Sila Kedua, Negara sebagai persekutuan hidup manusia sebagai
makhluk Tuhan, hakekatnya bertujuan untuk mewujudkan harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya atau makhluk yang
beradab ;
Hakekat Sila Ketiga, Terwujudnya negara sebagai organisasi hidup manusia,
maka harus membentuk persatuan ikatan hidup bersama sebagai suatu
bangsa ;
Hakekat Sila Keempat, Terwujudnya hidup berdasarkan pada nilai bahwa
7
7

NILAI PANCASILA BERSIFAT OBJEKTIF

1. Rumusan
sila-sila
Pancasila,
hakekat
maknanya
menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan
abstrak, karena merupakan suatu Nilai.
2. Inti nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa
dalam kehidupan bangsa Indonesia dan mungkin juga pada
bangsa lain baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan,
kenegaraan maupun dalam kehidupan keagamaan.
3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan Undang
Undang Dasar 1945, menurut ilmu hukum memenuhi syarat
sebagai pokok kaidah yang fundamental negara sehingga
merupakan suatu sumber hukum positif di Indonesia. Oleh
karena itu dalam hirarkies suatu tertib hukum Indonesia
berkedudukan sebagai tertib hukum yang tertinggi. Maka
secara objektif tidak dapat di rubah secara hukum
sehingga terlekat pada kelangsungan hidup negara.
Sebagai konsekuensinya jikalau nilai-nilai Pancasila yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 itu diubah, maka
sama halnya dengan pembubaran Negara Kesatuan

NILAI NILAI SUBYEKTIF PANCASILA


1. Nilai nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia
sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa materialis. Nilainilai tersebut sebagai hasil pemikiran, penilaian kritis,
serta hasil refleksi filosofis bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup)
bangsa Indonesia sehingga merupakan jati diri bangsa,
yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran,
kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung ketujuh nilainilai kerohanian, yaitu : nilai kebenaran, keadilan,
kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis dan nilai religius,
yang manifestasinya sesuai dengan budi dan nurani
Nilai
nilai
Pancasila
bagi bangsa
Indonesia
bangsa
Indonesia
karenaitu
bersumber
pada kepribadian
menjadi
dasar
serta
bangsa (landasan,
Darmodihardjo,
1996
). motivasi atas segala

perbuatan, baik dalam kehidupan sehari-hari


maupun dalam kehidupan kenegaraan. Dengan
perkataan
lain
bahwa
nilai-nilai
Pancasila
merupakan das sollen
atau cita-cita tentang

2. SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI DASAR FILSAFAT NEGARA


Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya suatu
sumber dari hukum dasar negara Indonesia. Sebagai sumber hukum dasar,
secara objektif merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran, cita-cita
hukum serta cita-cita moral yang luhur, meliputi suasana kejiwaan serta
watak bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 secara yuridis memiliki kedudukan sebagai pokok
kaidah negara yang fundamental. Pembukaan UUD 1945, yang di dalamnya
memuat sila-sila Pancasila mengandung 4 (empat) pokok pikiran, yaitu :
Pokok pikiran Pertama :
bahwa negara Indonesia adalah negara
Persatuan, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, mengatasi segala faham golongan maupun
perorangan (penjabaran Sila ketiga)
Pokok pikiran Kedua
:
bahwa negara hendak mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, hal ini memberikan kewajiban bagi
negara untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan perdamaian
abadi dan keadilan sosial. (penjabaran sila ke lima).
Pokok pikiran Ketiga
:
bahwa negara berkedaulatan rakyat.
Berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Hal ini
menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah negara demokrasi, yaitu
kedaulatan di tangan rakyat. (penjabaran sila keempat).
Pokok pikiran keempat :
bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini
mengandung arti bahwa negara Indonesia menjunjung tinggi keberadaan
semua agama dalam pergaulan hidup negara. Hal ini merupakan penjabaran

F. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA


INDONESIA
Istilah ideologi berasal dari kata Idea yang berarti : gagasan,

konsep, pengertian dasar dan cita cita, sedangkan logos yang


berarti ilmu, secara harfiah ideologi berarti ilmu yang mempelajari
tentang pengertian-pengertian dasar atau cita-cita. Cita-cita yang
dimaksud disini adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai,
sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham, hakikatnya dasar
dan cita-cita merupakan satu kesatuan. Dasar ditetapkan atas suatu
landasan, asas atau dasar yang telah ditetapkan, dengan demikian
Ideologi mencakup pengertian tentang Idea-idea, pengertian dasar,
gagasan dan cita-cita.
Sebagai Ideologi bangsa dan Negara Indonesia, Pancasila bukan suatu
hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau sekelompok orang
sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia. Pancasila diangkat dari
nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai-nilai religius
yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum
membentuk Negara. Unsur-unsur Pancasila diangkat dari pandangan
hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupaka
kausa materialis (bahan) Pancasila.
Unsur-unsur Pancasila kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para
pendiri Negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai Dasar Negara
dan Ideologi bangsa dan negara Indonesia. Pancasila sebagai Ideologi
bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan
budaya bangsa, bukan mengangkat atau mengambil ideologi bangsa
lain.

G. MAKNA NILAI NILAI SETIAP SILA


PANCASILA
Sebagai dasar filsafat Negara, Sila-sila Pancasila merupakan
suatu sistem nilai, maka sila-sila Pancasila merupakan suatu
kesatuan yang utuh. Meskipun dalam setiap Sila terkandung
nilai-nilai yang berbeda antara satu dengan lainnya,
kesemuanya itu merupakan kesatuan yang sistematis.
Menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap Sila
tidak dapat melepaskan keterkaitannya dengan Sila-sila yang
lainnya. Konsekuensi dan realisasi dari setiap Sila senantiasa
dalam hubungan yang sistemik dengan Sila-sila lainnya.
Nilai-nilai yang terkandung setiap Sila dalam Pancasila,
adalah sebagai berikut :
1.Ketuhanan Yang Maha Esa,
Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, terkandung nilai
bahwa
negara
Indonesia
yang
didirikan
sebagai
pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa. Oleh karenanya, segala hal yang berkaitan
dengan
pelaksanaan
dan
penyelenggaraan
Negara,
Pemerintah Negara, Hukum dan Peraturan Perundang-

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Sila
Kemanusiaan
sebagai
dasar
fundamental
kehidupan
kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan
ini bersumber pada dasar filosofis antropologis, bahwa hakikatnya
manusia adalah susunan kodrat rohani (jiwa) dan raga, sifat
kodrat Individu dan Makhluk Sosial, kodrat sebagai makhluk
pribadi yang berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan.
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab terkandung nilai-nilai
bahwa Negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk yang beradab. Kehidupan kenegaraan
harus mewujudkan tercapainya ketinggian harkat dan martabat
manusia, terutama hak-hak kodrat manusia sebagai hak dasar
(hak asasi) harus dijamin dalam Peraturan Perundang-undangan
Negara.
Dalam Sila ini juga terkandung Nilai suatu kesadaran, sikap moral
manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan
pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama
manusia maupun terhadap lingkungannya, serta merupakan
perwujudan nilai kemanusiaan sebagai makhluk berbudaya,
bermoral dan beragama.
Konsekuensinya dari Nilai yang terkandung dalam Sila ini adalah
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia,
menghargai atas kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan

3. Persatuan Indonesia
Sila Persatuan Indonesia mengandung nilai bahwa negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Negara adalah
suatu persekutuan hidup bersama di antara elemen elemen
yang membentuk negara yang berupa, suku, ras, kelompok,
golongan maupun kelompok agama. Oleh karena itu perbedaan
adalah merupakan bawaan kodrat manusia dan merupakan ciri
khas elemen-elemen yang membentuk negara. Konsekuensinya,
Negara adalah beraneka ragam tetapi satu, mengikatkan diri
dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam satu seloka
Bhineka Tunggal Ika perbedaan bukan untuk diruncingkan
menjadi konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu
sintesa yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam
kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama sebagai
bangsa.
Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, individu
maupun golongan agama. Tujuan negara dirumuskan untuk
melindungi segenap warganya dan seluruh tumpah darahnya,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
warganya serta dalam kaitannya dengan pergaulan dengan
bangsa lain di dunia untuk mewujudkan ketertiban dunia
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Nasionalisme
Indonesia
adalah
nasionalisme
religius,
yaitu

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/ Perwakilan
Nilai filosofis yang terkandung didalamnya adalah bahwa negara
hakikatnya penjelmanan sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu, makhluk sosial serta makhluk Tuhan yang bersatu yang
bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam
wilayah Negara. Rakyat adalah subyek pendukung utama Negara,
Negara adalah dari oleh dan untuk Rakyat, Rakyat adalah asal
mula kekuasaan Negara, sehingga Sila ini terkandung nilai
demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup
bernegara. Nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam Sila ini
adalah :
a. Adanya kebebasan yang disertai dengan tanggungjawab baik
terhadap masyarakat bangsa maupun secara moral Ketuhanan ;
b. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan ;
c. Menjamin dan meperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup
bersama ;
d. Mengakui perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama,
karena perbedaan adalah merupakan suatu bawaan kodrat
manusia ;
e. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap
individu kelompok, ras, suku maupun agama ;
f. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan
yang beradab ;

5. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.


Nilai yang terkandung dalam Sila ini adalah nilai-nilai yang
merupakan tujuan Negara sebagai tujuan bersama, maka dalam
Sila ini terkandung pula nilai keadilan yang harus terwujud dalam
kehidupan bersama (kehidupan sosial). Keadilan didasari dan
dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan, yaitu keadilan dalam
hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dengan manusia lain,
dengan masyarakat, bangsa dan Negara serta hubungan manusia
dengan Tuhannya.
Konsekuensinya, nilai nilai keadilan harus terwujud dalam hidup
bernegara meliputi :
a. Keadilan distributif, yaitu suatu hubungan keadilan antara negara
dengan warganya, dalam artian negaralah yang wajib memenuhi
keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk
kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup
bersama yang didasarkan atas hak dan kewajiban.
b. Keadilan Legal, (keadilan bertaat), yaitu suatu hubungan keadilan
antara warga negara terhadap negara dan dalam masalah ini
pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk
mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
wilayah negara.
c. Keadilan Komutatif, yaitu hubungan keadilan antara warga satu
dengan lainnya secara timbal balik.
Nilai-nilai keadilan haruslah mewujudkan kesejahteraan seluruh

H. PANCASILA SEBAGAI DASAR KEHIDUPAN BERBANGSA


DAN BERNEGARA
Setiap bangsa di dunia memiliki Cita-cita serta pandangan Hidup
yang merupakan basis nilai dalam setiap memecahkan masalah yang
dihadapi oleh bangsa tersebut. Bangsa yang hidup dalam suatu
kawasan Negara bukan terjadi secara kebetulan melainkan melalui
suatu perkembangan kausalitas.
Ernest Renan and Hans Khons, mengatakan : sebagai suatu proses
sejarah terbentuknya suatu bangsa sehingga unsur kesatuan atau
nasionalisme
suatu
bangsa
ditentukan
juga
oleh
sejarah
terbentuknya bangsa tersebut.
Meskipun bangsa Indonesia tebentuk melalui proses penjajahan
bangsa asing, namun di saat mendirikan Negara telah memiliki
landasan filosofis yang merupakan essensi kultural religius dari
bangsa Indonesia itu sendiri, yaitu : Berketuhanan, Berkemanusiaan,
Bersatu/Berpersatuan, Berkerakyatan dan berkeadilan. Atau di sebut
juga bangsa Indonesia disebut sebagai kausa materialis Pancasila.
Konsekuensinya, selama bangsa Indonesia memiliki kehendak
bersama untuk membangun bangsa atas dasar filosofis nilai-nilai
Pancasila, seharusnya segala kebijakan dalam Negara terutama
dalam melakukan pembaharuan negara dalam proses Reformasi
dewasa ini, nilai-nilai Pancasila merupakan pangkal tolak derivasi
baik dalam bidang Politik, Sosial, Budaya, Ekonomi, Hukum serta

Secara filosofis kedudukan Pancasila sebagai paradigma kehidupan


kenegaraan dan kebangsaan mengandung suatu konsekuensi bahwa
segala aspek kehidupan kenegaraan dan kebangsaan mendasarkan
pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Secara ontologis
manusia adalah sebagai pendukung pokok Negara dan manusia
memiliki unsur fundamental monopluralis, yang unsur-unsurnya
meliputi : susunan kodrat jasmani-rohani, sifat kodrat individumakhluk sosial dan kedudukan kodrat makhluk pribadi-makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
Kenyataan obyektif nilai-nilai filosofis Pancasila sebagai Paradigma
kehidupan bernegara dan kebangsaan sebenarnya bukanlah hanya
pada tingkatan legitimasi yuridis dan politis saja melainkan pada
tingkatan sosio-kultural-religius.
Bagaimanapun perubahan akan
terjadi, bangsa Indonesia akan senantiasa hidup dalam kehidupan
keagamaannya. Untuk merelaisasikan cita-citanya dalam negara,
bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan secara kodrati dengan
harkat dan martabat kemanusiaan. Negara dan bangsa akan eksis
dan berkembang dengan baik manakala dikembangkan rasa
kebersamaan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Negara akan
berkembang ke arah kehidupan yang lebih baik manakala Rakyat
diletakkan sebagai asal mula dan tujuan kekuasaan Negara serta
jaminan keadilan dalam hidup bersama.
Pancasila sebagai dasar kehidupan kebangsaan dan kenegaraan
adalah merupakan Identitas Nasional Indonesia, hal ini didasarkan

Pancasila sebagai dasar Negara dan Konstitusi (UUD) Negara atau


sebagai sumber hukum dasar Indonesia, sehingga seluruh
perarturan hukum positif Indonesia diderivasikan atau dijabarkan
dari nilai-nilai Pancasila. Sebagai negara Demokrasi, kehidupan
kenegaraan Indonesia mendasarkan pada rule of law, karena
Negara didasarkan pada sistem konstitusionalisme.
Hubungannya dengan pelaksanaan demokrasi baik normatif
maupun praktis harus berdasarkan pada kondisi obyektif bangsa
yang memiliki pandangan hidup dari Filsafat Pancasila. Core
philosophy
dari Filsafat Pancasila adalah manusia sebagai
makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan, sehingga
pelaksanaan demokrasi di Indonesia harus berlandaskan filsafat
Pancasila, dalam arti demokrasi tidak bersifat individualistis, tidak
bersifat sekuler karena demokrasi di Indonesia harus berKetuhanan Yang Maha Esa.
Pancasila juga menjadi dasar dan basis Geopolitik dan Geostrategi Indonesia, geopolitik diartikan sebagai politik atau
kebijakan dan strategi Nasional Indonesia yang didorong oleh
aspirasi Nasional geografik atau kepentingan yang titik beratnya
terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau teritorial
dalam arti luas, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan
berdampak langsung atau tidak langsung kepada sistem politik
Negara, sebaliknya politik negara itu, secara langsung akan
berdampak pada geografi negara yang bersangkutan.

PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN

back

A. PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL


Berger, mengatakan : era globalisasi dewasa ini Ideologi
Kapitalisme yang akan menguasai dunia . Kapitalisme telah
mengubah
masyarakat
satu-persatu
dan
menjadi
sistem
Internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian besar
bangsa-bangsa di dunia dan secara tidak langsung juga nasib,
sosial, politik dan kebudayaaan.
Eksistensi suatu bangsa pada era Globalisasi mendapat tantangan
yang sangat kuat, terutama pengaruh kekuasaan internasional.
Dalam kondisi
ini Negara Nasional akan dikuasai oleh negara
transnasional, yang lazimnya didasari oleh negara-negara dengan
prinsip Kapitalis. Konsekuensinya, negara-negara kebangsaan
lambat laun akan semakin terdesak. Namun demikian dalam
menghadapi proses perubahan tersebut sangat tergantung pada
kemampuan bangsa itu sendiri .
Toyenbee, mengatakan bahwa : ciri khas suatu bangsa yang
merupakan local genius dalam menghadapi pengaruh budaya asing
akan menghadapi challance dan response. Jika challance cukup
besar sementara response maka bangsa ini akan punah, sebaliknya
jikalau challance kecil sementara response besar maka bangsa ini
tidak akan berkembang menjadi bangsa yang kreatif.
Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam
menghadapi globalisasi harus tetap meletakkan jatidiri dan identitas

Istilah Identitas Nasional secara terminologi adalah suatu ciri yang


dimiliki oleh suatu bangsa secara filosofi membedakan bangsa
tersebut dengan bangsa lain. Setiap bangsa di dunia akan memiliki
identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta
karakter dari bangsa tersebut. Identitas Nasional suatu bangsa
terbentuk secara historis, dan identitas Nasional tidak dapat
dipisahkan dengan jatidiri suatu bangsa atau disebut juga sebagai
Kepribadian suatu Bangsa.
Kepribadian sebagai suatu identitas Nasional suatu bangsa, adalah
keseluruhan atau totalitas dari kepribadian individu-individu sebagai
unsur yang membentuk bangsa tersebut. Oleh karena itu pengertian
Identitas Nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan
pengertian Peoples Character, National Character atau National
Identity .
Kaitannya dengan Identitas Nasional Indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia kiranya sangat sulit jikalau hanya dideskripsikan
berdasarkan ciri khas fisik, hal ini mengingat bangsa Indonesia
terdiri atas berbagai macam unsur etnis, ras, suku, kebudayaan,
agama serta karakter yang sejak asalnya memang memiliki
perbedaan. Oleh karena itu kepribadian bangsa Indonesia sebagai
suatu
Identitas
Nasional
secara
historis
berkembang
dan
menemukan jatidirnya setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945.
Identitas Nasional suatu bangsa tidak cukup dipahami secara statis

Robert de Ventos, dikutip Manuel Castells dalam bukunya the Power


of Identity (dalam Suryo, 2002) mengemukakan bahwa : selain
faktor etnisitas, teritorial, bahasa, agama serta budaya, juga faktor
dinamika suatu bangsa tersebut dalam proses pembangunan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi .
Bangsa-bangsa besar yang telah mengembangkan identitasnya
secara dinamis membawa nama bangsa tersebut baik dalam
khasanah dunia ilmu pengetahuan maupun dalam khasanah dunia
pergaulan antar bangsa di dunia. Kebesaran bangsa Inggris tidak
terlepas dari jerih payah serta kreativitas bangsanya dalam
melakukan akselerasi pembangunan. Atas dasar karya besar bangsa
Inggris mengalami suatu revolusi kehidupan yaitu : revolusi
industri . Dengan revolusi industri bangsa Inggris mulai menjelajah
benua lain, sehingga di berbagai benua bangsa Inggris menanamkan
Karya Besar yang dikembangkan karena kreativitas dari bangsa
tersebut. Tanpa mengesampingkan aspek negatifnya, yaitu bangsa
Inggris melakukan penjajahan di berbagai benua di dunia. Atas
kebesaran karya bangsa Inggris, banyak bangsa di dunia yang ingin
menimba ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga tidak
mengherankan bahasa Inggris dipelajari oleh bangsa di seluruh
dunia.
Bagi bangsa Indonesia, dimensi dinamis Identitas Nasional Indonesia
belum menunjukkan perkembangan ke arah sifat kreatif
serta
dinamis. Setelah bangsa Indonesia mengalami Kemerdekaan 17

Dekrit Presiden 5 Juli 1959, membawa bangsa Indonesia kembali ke


Undang Undang Dasar 1945. Periode ini dikenal dengan Orde
Lama, dengan penekanan kepada Kepemimpinan yang sifatnya
sentralistik. Pada orde ini Partai Komunis Indonesia berkembang
dengan subur tatkala merasa mengalami kejayaannya berupaya
meng-kudeta Pemerintahan Indonesia, yang ditandai dengan
timbulnya Gerakan 30 September atau G 30 S PKI.
Rakyat Indonesia pada saat ini semakin tidak menentu, identitas
dinamis bangsa Indonesia ditandai dengan perang saudara yang
banyak menelan korban dari rakyat yang tidak berdosa,
pemerintahan Orde Lama berakhir dengan munculnya Gerakan Aksi
Pelajar, Mahasiswa dan Pemuda untuk menyelamatkan bangsa dan
negara dari bahaya Laten Atheistik/Komunis.
Kejatuhan kekuasaan Orde Lama di ganti dengan kekuasaan Orde
Baru yang di pimpin oleh Jendral Soeharto. Pada awal
kepemimpinannya Soeharto berhasil menarik hati rakyat dengan
mengembangkan program Pembangunan Nasional yang sangat
populer dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA).
Memang banyak pelaksanaan Pembangunan Nasional, walaupun
untuk membiayai pembangunan bangsa Indonesia harus melakukan
hutang ke IMF (Dana Moneter Internasional), sehingga rakyat
kembali dihadapkan pada beban hidup yang begitu berat karena
harus menanggung hutang Negara.
Selama kurang lebih 32 tahun berkuasa Presiden Soeharto, seakan-

Bangsa Indonesia ingin memperlihatkan kepada dunia internasional


bahwa bangsa Indonesia berupaya Dinamis dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan mengembangkan teknologi
pesawat terbang yang di pelopori oleh BJ. Habibie, walaupun saat itu
pemerintah
mengembangkan
teknologi
modern,
walaupun
kenyataannya
industri
pesawat
terbang
tidak
memberikan
kontribusi pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Justru saat itu
berkembang budaya KKN ( Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), yang
mengakar
pada
pejabat
pemerintahan
Negara,
sehingga
konsekuensinya Identitas Nasional Indonesia di kenal sebagai
bangsa yang KORUP sampai saat inipun julukan itu belum benarbenar hilang.
Pemimpin Orde Baru menempatkan Filsafat Pancasila yang juga
merupakan identitas bangsa dan negara Indonesia, sebagai alat
legitimasi politis dalam mempertahankan kekuasaannya. Akibatnya
saat ini sebagian rakyat bahkan banyak kalangan elite politik
memiliki pemahaman epistemologi yang sesat yaitu Pancasila
sebagai dasar Filsafat Negara dan Kepribadian bangsa Indonesia, seakan-akan identik dengan kekuasaan Orde Baru.
Pasca kekuasaan Orde Baru, bangsa Indonesia melakukan gerakan
Nasional yang disebut dengan Gerakan Reformasi
, Rakyat
dengan para tokoh politik, intelektual, mahasiswa melakukan
gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kehidupan Rakyat. Pada era Reformasi ini kehidupan rakyat menjadi

Satu hal yang masih memprihatinkan bangsa Indonesia, bukannya


bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, masih dikaruniai
kesempatan untuk melakukan suatu Reformasi dalam kehidupan
Berbangsa dan Bernegara, malahan kita melupakan akan tujuan
hidup berbangsa dan bernegara, arah kehidupan yang tidak jelas,
ideologi dan filsafat bangsa dan negara hanya sebagai simbol
belaka.
Konsekuensi dari kondisi seperti ini ideologi kebangsaan dan
kenegaraan bangsa Indonesia adalah Reformasi itu sendiri,
sementara arah dan makna Reformasi
juga dimaknai secara
beragam, filosofi yang menekankan kebersamaan dalam hidup
berbangsa dan bernegara serta perbedaan dianggap kosong belaka.
Akibatnya di era Reformasi ini muncul berbagai konflik perbedaan
bahkan ditandai dengan konflik fisik di antara elemen-elemen rakyat
sebagai pembentuk bangsa Indonesia.
Konflik Ambon, Sampit, Sambas, Kalimantan Barat, Poso dan
munculnya konflik antar daerah di berbagai wilayah, Konflik antar
pemeluk agama, konflik antar pemeluk agama, selain itu juga konflik
politik baik dalam tubuh partai politik, proses Pemilukada, ironisnya
hal ini terjadi juga di dunia kehidupan Kampus.
Makna kebebasan dalam era Reformasi dipahami lain oleh sebagian
besar masyarakat, bahkan kadangkala aparat penegak hukum serta
peraturan perundang-undangan dibuat tidak berdaya. Berbagai
konflik telah memakan banyak korban nyawa anak-anak bangsa

Kaitannya
dengan
Identitas
Nasional Indonesia secara Dinamis, di
era Reformasi ini, bangsa Indonesia
harus memiliki visi jelas, melalui dasar
filosofi bangsa dan negara yaitu
Bhineka Tunggal Ika, yang terkandung
dalam filosofi Pancasila.
Bangsa Indonesia harus semakin
terbuka dan dinamis namun beradab
serta kesadaran akan tujuan hidup
bersama
dalam
berbangsa
dan
bernegara. Dengan kesadaran akan
kebersamaan dan persatuan tersebut,
maka Insya Alloh bangsa Indonesia

B. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KELAHIRAN


IDENTITAS NASIONAL
Identitas Nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas dan
keunikan sendiri-sendiri, kesemuanya ditentukan oleh faktorfaktor yang mendukung kelahiran Identitas Nasional. Adapun
yang menjadi faktor-faktor pendukung kelahiran Identitas
Nasional bangsa Indonesia, meliputi :
1.Faktor obyektif, yang meliputi faktor Geografis, Ekologis
dan Demografis.
2.Faktor Subyektif, yaitu faktor Historis, Sosial, Politik dan
Kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.
Kondisi
geografis-ekologis
yang
membentuk
wilayah
Indonesia sebagai wilayah Kepulauan yang beriklim tropis
dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antar wilayah
Dunia di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan
kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kebudayaan
bangsa Indonesia.
Selain itu faktor Historis yang dimiliki Indonesia ikut
mempengaruhi proses pembentukan bangsa dan negara
Indonesia beserta identitasnya, melalui interaksi berbagai

Robert de Ventos, di kutip Manuel Castells, dalam Suryo (2002)


mengemukakan bahwa : Teori munculnya Identitas Nasional suatu
bangsa sebagai hasil interaksi historis antara empat faktor penting,
yaitu faktor Primer, Faktor Pendorong, Faktor Penarik dan Faktor
Reaktif .
Faktor Pertama :
Mencakup faktor etnisitas, teritorial, bahasa, agama
dan sejenisnya. Bangsa Indonesia tersusun atas berbagai macam etnis,
bahasa, agama, wilayah serta bahasa daerah, merupakan suatu kesatuan
meskipun berbeda dengan kekhasan masing-masing. Unsur-unsur yang
berbeda ini disatukan dalam suatu persekutuan hidup bersama yakni bangsa
Indonesia, hal ini dikenal dengan Bhineka Tunggal Ika.
Faktor Kedua : Pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan
bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam kehidupan Negara,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa serta pembangunan
negara dan bangsanya merupakan suatu Identitas Nasional yang bersifat
dinamis. Terwujudnya pembangunan komunikasi dan teknologi diperlukan
persatuan
dan kesatuan bangsa serta seirama memajukan bangsa dan
Negara.
Faktor Ketiga : mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika resmi,
tumbuhnya birokrasi dan pemantapan sistem pendidikan nasional. Bahasa
Indonesia sudah merupakan bahasa persatuan dan kesatuan bangsa serta
menjadi bahasa resmi bangsa Indonesia. Walaupun demikian bahasa-bahasa
daerah menjadi bagian dari bahasa Indonesia.
Faktor Keempat :
mencakup penindasan, dominasi dan pencarian
identitas alternatif melalui memori kolektif Rakyat. Bangsa Indonesia yang
hampir 3,5 abad di jajah bangsa lain sangat di dominan dalam mewujudkan
faktor keempat melalui memori kolektif Rakyat Indonesia. Penderitaan,

C. PANCASILA SEBAGAI KEPRIBADIAN DAN


IDENTITAS NASIONAL

Sebagai salah satu bangsa dari masyarakat Internasional, bangsa


Indonesia memiliki sejarah dan prinsip dalam hidupnya yang
berbeda dengan bangsa-bangsa lain. Tatkala bangsa Indonesia
berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakkan prinsipprinsip dasar filsafat sebagai asas dalam hidup berbangsa dan
bernegara. Para Pendiri Negara menyadari akan pentingnya dasar
filsafat ini.
Prinsip-prinsip dasar filsafat yang ditemukan para Pendiri Negara
tersebut diangkat dari filsafat hidup atau pandangan hidup bangsa
Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip
dasar filsafat negara yaitu Pancasila. Dasar filsafat suatu bangsa
dan negara berakar pada pandangan hidup yang bersumber kepada
kepribadiannya sendiri.
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia, pada
dasarnya bersumber pada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang
dimiliki bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Filsafat
Pancasila tidak lahir secara tiba atau dipaksakan oleh suatu rezim,
melainkan melalui fase historis yang cukup panjang. Pancasila
sebelum dirumuskan secara formal Yuridis dalam Pembukaan UUD
1945 sebagai dasar filsafat negara Indonesia sendiri.

SEJARAH BUDAYA BANGSA SEBAGAI AKAR IDENTITAS


NASIONAL
Bangsa Indonesia terbentuk setelah melalui proses sejarah
yang begitu panjang, kenyataan obyektif tersebut , maka
untuk memahami jatidiri bangsa serta identitas Nasional
Indonesia tidak dapat dilepaskan dengan akar-akar busaya
yang mendasari Identitas Nasional Indonesia. Kepribadian,
jatidiri serta Identitas Nasional Indonesia yang tercantum
dalam filsafat Pancasila harus ditelusuri dan dipahami melalui
sejarah terbentuknya bangsa Indonesia sejak zaman Kutai,
Sriwijaya, Pajajaran, Majapahit serta kerajaan lainnya
sebelum masuknya penjajah di bumi Indonesia.
Dasar-dasar pembentukan Nasionalisme modern menurut M.
Yamin, dirintis oleh para Pejuang Kemerdekaan Republik
Indonesia, di antaranya rintisan yang dilakukan oleh para
tokoh perjuangan Kebangkitan Nasional pada tahun 1908,
kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda pada tahun
1928.
Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia
untuk menemukan Identitas Nasionalnya sendiri, membentuk
suatu bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945, yang kemudian di

LATIHAN PENGUASAAN KONSEP


DAN PEMECAHAN MASALAH
1.

Buat contoh kasus dan peristiwa yang selaras


dan tidak selaras dengan visi, misi dan
kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan
dikaitkan dengan bidang studi.

2.

Buat contoh upaya bela negara dalam


berbagai bidang profesi kecuali militer dan
polisi.

3.

Jelaskan mengapa penambangan pasir di


Kepulauan Riau yang dijual ke Singapura
dapat mengancam eksistensi Wawasan
Nusantara

4.

Jelaskan apakah dengan adanya Internet dan


penggunaannya dapat mengancam

DISKUSIKAN

Mampukah Pendidikan
Kewarganegaraan menjadi
lokomotif yang tangguh untuk
menarik Nations
Competitiveness yang tertinggal
dari negara lain

Anda mungkin juga menyukai