Anda di halaman 1dari 20

TRAUMA KIMIA MATA

Made Adikosha Pranata


16710087
PEMBIBING:
Dr. Siswi Hapsari, Sp.M

Latar Belakang

Trauma kimia mata adalah salah satu kasus kedaruratan mata, umumnya terjadi
karena masuknya zat-zat kimia ke jaringan mata dan adneksa di sekitarnya.

Trauma basa lebih sering terjadi daripada trauma asam karena basa banyak
terkandung dalam bahan-bahan pembersih rumah dan bahan bangunan.

Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat
mengalami gangguan penglihatan seperti buta pada satu mata akibat trauma
kimia sebesar 75%, dan sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam
penglihatan setiap tahunnya.

Rasio frekuensi bervariasi trauma asam : basa antara 1:1 sampai 1:4. Secara
international, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan oleh pajanan karena
pekerjaan.

Anatomi

Etiologi
A. Trauma Kimia Asam

Komposisi

Contoh benda / barang yang

Kimia

mengandung subtansi kimia

Nama Zat
Asam sulfurik

H2SO4

Baterai mobil/aki mobil

Asam sulfurous

H2SO3

Pemutih pakaian dan alat pendingin

Asam hidroflourik

HF

Pembersih kaca dan penyuling/ penyaring bahan


mineral

Asam asetat

CH3COOH

Cuka, asam asetat glacial

Asam hidroklorida

HCl

Kolam renang

B. Trauma Kimia Basa


Nama Zat

Komposisi Kimia

Contoh benda / barang yang


mengandung subtansi kimia

Ammonia

NH3

Alat-alat pembersih, pupuk, alat


pendingin

Potassium hidroksida

KOH

Caustic potash

Lye

NaOH

Saluran pembersih, airbag

Magnesium hidroksida

Mg(OH)2

Kembang api,flare/api

Kapur/lime

Ca(OH)2

Plaster, mortar, semen

Patofisiologi
A.

Trauma Kimia Asam

Bahan Asam

Denaturasi atau pengendapan protein


permukaan pada mata serta adanya daya
buffer dari jaringan mata

Kerusakannya cenderung
terlokalisir

B. Trauma Basa

Bahan Alkali/Basa

Bahan basa bergabung


dengan asam lemak
dalam sel membran

Proses penyabunan

Kebutaan pasien

Menembus dengan cepat


kornea, bilik mata depan
dan sampai pada jaringan
retina

Kerusakan sel,
Pelunakan jaringan

Menurut klasifikasi Thoft trauma basa dapat dibedakan dalam :

Derajat 1 : hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata

Derajat 2 : hiperemi konjungtiva disertai dengan hilangnya epitel kornea

Derajat 3 : hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel


kornea

Derajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%.

Berdasarkan klasifikasi Hughes, trauma kimia dibagi menjadi :

Ringan :
a.

Erosi kornea

b.

Kekeruhan kornea yang ringan

c.

Tidak ada nekrosis dan iskemi dari konjungtiva dan sklera

Sedang :
a.

Kekeruhan kornea nampak dan detail iris sulit dilihat

b.

Nekrosis iskemi dari konjungtiva dan sklera yang minimal

Sangat berat :
a.

Kekaburan dari pupil, sklera dan konjuntiva pucat

Klasifikasi Trauma Kimia oleh M.J. Roper-Hall


Grade
I

Kornea

Konjungtiva

Prognosis

Erosi kornea

Iskemi (-)

Baik

Keruh, detail iris jelas

Iskemi < limbus

Baik

II
Kerusakan epitel total, stroma Iskemi < 1/3- limbus
III

keruh, detail iris kabur

Keruh/putih, detail iris tidak Iskemi > limbus


IV

Kurang baik

tampak

Jelek

Diagnosis

Gejala subjektif :
a.

Penderita mengeluh adanya bahan kimia asam atau basa


yang mengenai mata

b.

Nyeri pada mata sampai tidak bisa membuka mata

c.

Mata merah, bengkak dan iritasi

d.

Mata berair

e.

Mata kabur dan silau.

Gejala Objektif :
a.

Visus menurun

b.

Kelopak mata bengkak

c.

Konjungtiva hiperemi, kemosis, karena bahan kimia basa bisa terjadi iskemi dan nekrosis
konjungtiva dan sclera (tergantung berat ringannya keadaan)

d.

Kornea edema, tes fluoresin (+)/ erosi, kekeruhan kornea yang hebat.

Bila tersedia, dapat dilakukan tes dengan kertas lakmus untuk mengetahui zat
kimia penyebab dari trauma kimia pada mata pasien :
a.

Bila kertas lakmus terwarnai merah, maka zat penyebab bersifat asam

b.

Bila kertas lakmus terwarnai biru, maka zat penyebab bersifat basa

Trauma Kimia Asam

Trauma Kimia Basa

Komplikasi

Simblefaron

Hipotoni bola mata

Ptisis bulbi

Entropion

Katarak

Neovaskularisasi kornea.

Penatalaksanaan

Pertolongan pertama mulai dilakukan pada tempat kejadian sesegera mungkin,


dengan cara mencuci/irigasi dengan air bersih (air mineral, sumur, PDAM)
sesering mungkin sebelum dirujuk ke RS terdekat

Berikan anastesi lokal tetes mata

Diikuti irigasi dengan aquadest steril, cairan fisiologis (normal saline, Ringer
Lactat) secara manual memakai spuit 20cc disposable

Irigasi selain pada kornea, juga untuk fornix superior/inferior, bila ada sisa bahan
kimia dapat dibersihkan dengan lidi kapas steril basah atau pinset

Irigasi minimal 1 liter untuk masing-masing mata, untuk bahan asam irigasi
selama jam, untuk bahan basa irigasi selama 1 jam

Parasentesa untuk menetralisir pH di BMD, dengan memakai BSS untuk


mengganti aquous humor.

Medikamentosa

Atropin 2% diberikan 1 tetes untuk mengurangi spasme iris,


mengurangi/mencegah perlekatan iris dengan lensa

Antibiotik tetes mata untuk mencegah infeksi sekunder

Untuk kasus yang berat (grade 3 dan 4), dengan uveitis dapat
diberikan kortikosteroid tetes mata pada 2 minggu pertama untuk
mengurangi inflamasi dengan evaluasi/observasi ketat, pemberian
steroid tetes mata > 2 minggu, harus hati-hati karena dapat
menghambat reepitelisasi

Vitamin C tetes mata, mengurangi perlunakan kornea.

Prognosis
Hal-hal yang berpengaruh terhadap prognosis kesembuhan
akibat trauma kimia :
a.

Pertolongan pertama saat kejadian, semakin cepat, semakin


baik prognosisnya

b.

Jumlah dan tingkat kepekatan konsentrasi bahan kimia,


semakin banyak jumlah dan kepekatannya tinggi maka
kerusakannya semakin hebat.

c.

Semakin banyak jaringan epitel perilimbus serta pembuluh


darah sklera dan konjungtiva yang rusak mengindikasikan
prognosis yang semakin buruk.

Kesimpulan
Trauma kimia yang mengenai mata baik itu bahan kimia asam ataupun bahan kimia basa
merupakan masalah yang sering dijumpai pada bidang oftamologi dan juga merupakan kasus
emergensi di bidang oftamologi. Berbeda dengan bahan kimia basa, bahan kimia asam cenderung
menyebabkan kerusakan yang lebih ringan, tetapi bahan asam dengan konsentrasi tinggi dapat
bereaksi seperti terhadap trauma basa sehingga kerusakan yang diakibatkannya akan lebih dalam.
Penanganan trauma kimia pada kornea perlu dilakukan dengan segera, karena kecepatan penanganan
merupakan faktor terpenting untuk mendapatkan hasil terapi yang baik. Hal-hal yang berpengaruh
terhadap prognosis kesembuhan akibat trauma kimia adalah pertolongan pertama saat kejadian,
semakin cepat, semakin baik prognosisnya, jumlah dan tingkat kepekatan konsentrasi bahan kimia,
semakin banyak jumlah dan kepekatannya tinggi maka kerusakannya semakin hebat, semakin
banyak jaringan epitel perilimbus serta pembuluh darah sklera dan konjungtiva yang rusak
mengindikasikan prognosis yang semakin buruk.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai