Anda di halaman 1dari 33

STASE MATA

Pembimbing : dr. Elfian Sp.M

ANGGOTA :
WEMPI AUGIA
RENI MARLINA
TIARA RAHMADIKA
M. ZIKRI MUZAKI
FITRI ADITIA

PTERIGIUM

DEFINISI

PTERIGIUM
merupakan
suatu
pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang
bersifat degeneratif dan invasif.

Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah


kelopak bagian nasal ataupun temporal
konjungtiva yang meluas ke daerah kornea.
Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak
di bagian sentral atau di daerah kornea.
Pterigium mudah meradang dan bila terjadi
iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna
merah.
Pterigium dapat mengenai kedua mata dan
dapat tumbuh menutupi seluruh permukaan
kornea atau bola mata.

EPIDEMIOLOGI

Pterygium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak


di daerah iklim panas dan kering. Prevalensi juga tinggi di
daerah berdebu dan kering. Faktor yang sering
mempengaruhi adalah daerah dekat ekuator dengan
prevalensi tinggi sampai 22% . Insiden pterygium cukup
tinggi di Indonesia yang terletak di daerah ekuator yaitu
13,1%.
Pasien di bawah umur 15 tahun jarang terjadi pterygium.
Prevalensi pterygium meningkat dengan umur, terutama
dekade ke-2 dan ke-3 dari kehidupan. Insiden tinggi pada
umur antara 20 dan 49. Kejadian berulang (rekuren) lebih
sering pada umur muda daripada umur tua. Laki-laki 4 kali
lebih resiko dari perempuan dan berhubungan dengan
merokok, pendidikan rendah, riwayat terpapar lingkungan
di luar rumah.

ETIOLOGI

Pterigium diduga disebabkan iritasi kronis


akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara
yang panas. Etiologinya tidak diketahui
dengan jelas dan diduga merupakan suatu
neoplasma, radang, dan degenerasi.

FAKTOR RESIKO
Tinggal

didaerah yang banyak terkena sinar


matahari, berdebu, berpasir.
Sorotan berlebihan dari sinar matahari.
Zat allergen, kimia dan zat pengiritasi.
Sering ditemukan pada petani, nelayan, dan
orang-orang yang tinggal di dekat daerah
khatulistiwa serta melakukan pekerjaan dan
memerlukan kegiatan di luar rumah. Jarang
menyerang anak-anak.

PATOFISIOLOGI
Sinar UV, angin dan debuiritasi permukaan
mata mengganggu proses regenerasi jaringan
konjungtiva diganti dengan pertumbuhan
berlebih dari jaringan fibrous yang mengandung
PD progresif dan melibatkan sel-sel kornea
PTERIGIUM.
Epitel pada mata tidak mempunyai keratin
lebih sensitif dibandingkan epitel pada bagian
tubuh lainnya UV secara berlebihan
pelepasan enzim merusak jaringan dan
menghasilkan faktor pertumbuhan stimulasi
pertumbuhan jaringan baru.

PATOFISIOLOGI
Jaringan baru menebal dari konjungtiva dan
menjalar ke arah kornea. Enzim tiap individu
berbeda sehingga terdapat perbedaan respon
terhadap paparan sinar UV.
Pterigium ditandai dengan degenerasi elastotik
kolagen dan ploriferasi fibrovaskular, dengan
permukaan yang menutupi epithelium.
Pterigium bisa mengganggu proses cairan
mata(dry eye syndrome) hilangnya penglihatan
penderita.

MANIFESTASI KLINIS
PTERIGIUM

dapat

tidak

memberikan

keluhan.
Atau akan memberikan keluhan :
Mata iritatif
Mata merah
Serta bisa menimbulkan astigmatisma yang
akan
memberikan
keluhan
gangguan
penglihatan.

Kemunduran

tajam penglihatan akibat


pterigium yang meluas ke kornea(Zone
optic).
Pterigium dapat disertai dengan keratitis
pungtata dan dellen (penipisan kornea akibat
kering), dan garis besi (iron line dari Stocker)
yang terletak di ujung pterigium.

KLASIFIKASI DAN GRADE

1. Pterigium simpleks : jika terjadi hanya di nasal


atau temporal saja.
2. Pterigium dupleks : jika terjadi di nasal dan
temporal.
GRADE
1. Derajat I : hanya terbatas pada limbus.
2. Derajat II : sudah melewati limbus tetapi tidak
melebihi dari 2 mm melewati kornea.

3.

4.

Derajat III : jika telah melebihi derajat 2


tetapi tidak melebihi pinggir pupil mata
dalam keadaan cahaya (pupil dalam keadaan
normal sekitar 3-4 mm).
Derajat IV : jika pertumbuhan pterigium
sudah
melewati
pupil
sehingga
mengganggu.

DIAGNOSA BANDING
PSEUDOPTERIGIUM
Adalah perlekatan konjungtiva dengan kornea
yang cacat. Sering terjadi pada proses
penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva
menutupi kornea.

DIAGNOSA BANDING
Pannus

adalah jaringan vaskular yang tumbuh


pada kornea.

PENATALAKSANAAN
Pterigium

sering bersifat rekuren, terutama pada


pasien yang masih muda.
Bila pterigium meradang dapat diberikan steroid
atau suatu tetes mata dekongestan.
Pengobatan pterigium adalah dengan sikap
konservatif atau dilakukan pembedahan bila
terjadi gangguan penglihatan akibat terjadinya
astigmatisma ireguler atau pterigium yang telah
menutupi media penglihatan.

Lindungi

mata dengan pterigium dari sinar


matahari, debu dan udara kering dengan kacamata
pelindung. Bila terdapat tanda radang beri air
mata buatan bila perlu dapat diberi steroid.
Bila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata
buatan dalam bentuk salep.
Bila diberi vasokonstriktor maka perlu kontrol
dalam2 minggu dan bila telah terdapat perbaikan
pengobatan dihentikan.

TINDAKAN OPERATIF
Tindakan pembedahan adalah suatu tindak
bedah plastik yang dilakukan bila pterigium telah
mengganggu penglihatan.
Tindakan operasi, biasanya bedah kosmetik,
akan dilakukan untuk mengangkat pterigium yang
membesar, ini apabila mengganggu fungsi
penglihatan atau tetap meradang dan teriritasi.
Paska operasi biasanya akan diberikan terapi
lanjut seperti penggunaan sinar radiasi B atau
terapi lainnya.

INDIKASI OPERASI
Terganggunya

penglihatan

Kosmetik
Gangguan

pergerakan bola mata


Inflamasi yang rekuren
Gangguang pada pemakaian lensa kontak
Serta jarang, YAITU perubahan ke arah
neoplasia.

JENIS OPERASI PADA PTERIGIUM


1.

BARE SKELERA
Pterigium diambil, lalu dibiarkan, tidak diapaapakan, membiarkan luka bekas pterigium
terbuka. Tidak dilakukan untuk pterigium
progresif karena dapat terjadi granuloma
granuloma diambil kemudian digraph dari
amnion.

2. Subkonjungtiva
Pterigium setelah diambil kemudian sisanya
dimasukkan/disisipkan di bawah konjungtiva
bulbi. Jika residif tidak masuk kornea.
3. Graf
Pterigium setelah diambil lalu di-graf dari
amnion/selaput mukosa mulut /konjungtiva
forniks.

PREVENTIF
Memperkecil

terpapar radiasi ultraviolet


untuk mengurangi resiko berkembangnya
pterigya pada individu yang mempunyai
resiko lebih tinggi.
Disarankan untuk memakai topi serta
kacamata pelindung.

KOMPLIKASI
Penyimpangan

atau pengurangan pusat

penglihatan.
Kemerahan
Iritasi
Bekas luka yang kronis pada konjungtiva
dan kornea.

PROGNOSIS
Eksisi

pada pterigium pada penglihatan dan


kosmetik adalah baik. Prosedur baik saat
dipahami oleh pasien dan pada awal operasi
pasien akan merasa terganggu setelah 48 jam
pasca perawatan pasien bisa memulai
aktivitasnya.
Pasien dengan pterigium yang kambuh lagi
dapat mengulangi pembedahan eksisi dan
pencangkokan,
kedua-duanya
dengan
konjuntival lumbal autograft atau selaput
amniotic, pada pasien yang telah ditentukan.

pasien yang ada memiliki resiko tinggi


pengembangan pterigium atau karena diperluas
ekpose radiasi sinar ultraviolet, perlu untuk
dididik penggunaan kacamata dan mengurangi
ekpose mata dengan ultraviolet.

DATA PASIEN
1.
2.
3.
4.
5.

Nama
: Yunia Triyani
Umur
: 31 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan
: Guru SD
Alamat
: Asrama 12 - Solok

KELUHAN UTAMA
Mata terasa kabur disertai sakit kepala
ada yang mengganjal di kedua mata sejak 1 tahun
yang lalu
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Mata terasa kabur disertai dengan sakit kepala
menggunakan kacamata
Ada pterigium di kedua mata sejak 1 tahun yang lalu,
terasa pedih dan merah, terutama setelah
mengendarai sepeda motor
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- Pernah melakukan operasi pterigium pada mata kanan
1 tahun yang lalu.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA (-)


RIWAYAT KEBIASAAN/ SOSIAL
-Menggunakan sepeda motor ketika pergi bekerja dan
keluar rumah.

STATUS OFTALMOLOGI
OD
6/60

OS
6/60

Pterigium

Pterigium

Sklera

Putih

Putih

Iris

Coklat

Coklat

Visus
Konjungtiva Bulbi

Pupil

Lensa

Bulat
Bulat
Reflek langsung : (+) Reflek langsung : (+)
Reflek tidak
Reflek tidak
langsung : (+)
langsung : (+)

Bening

Bening

DIAGNOSA
PTERIGIUM

DUPLEKS GRADE 2

PENATALAKSANAAN
Pasien

yang masih muda rekuren


Bila pterigium meradang steroid
atau suatu tetes mata dekongestan.
Operasi

KESIMPULAN
PTERIGIUM merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular
konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Keadaan
ini diduga merupakan suatu fenomena iritatif akibat sinar
UV, pengeringan, dan lingkungan dengan angin banyak.
Diagnosa ditegakkan dengan melakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Penatalaksaan dapat dilakukan dengan memberikan
steroid jika ada peradangan atau suatu tetes mata
dekongestan. Jika lesi membesar dan meluas sampai ke
daerah pupil, maka lesi harus diangkat secara bedah .
Pterigium bersifat rekuren terutama pada pasien usia
muda. Hendaknya pasien menghindari berkontak dengan
zat iritatif atau sinar matahari yang berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai