Anda di halaman 1dari 26

EPIDEMIOLOGI KESEHATAN

REPRODUKSI

ABORSI
Dosen : Prof. dr. Sorimuda
Sarumpaet, MPH
KELOMPOK 1
IZZAH
DIENILLAH
S.
101000013
SRI
NOVITA
AMELIA
101000033
DEBY SHINTA O. SIRAIT
101000052
SUSI
K.
NAPITUPULU
101000110

LATAR BELAKANG

Masalah aborsi menjadi suatu pokok perhatian dalam


kesehatan masyarakat karena pengaruhnya terhadap
morbiditas dan mortalitas maternal.
Setiap tahunnya didunia diperkirakan 210 juta wanita
hamil dan lebih dari 135 juta wanita hamil melahirkan
bayi. 75 juta kehamilan menjadi kelahiran, atau aborsi
spontan maupun induced abortion. (WHO, 2008)
Diperkirakan pada tahun 2003, 42 juta kehamilan
diberhentikan sengaja, dan 22 juta diantaranya
dilakukan dengan aman, sementara 20 juta lainnya
dilakukan tidak aman. Aborsi tidak aman sering
dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak berkompeten dan
berkualitas. (WHO, 2008)
WHO memperkirakan bahwa, diseluruh dunia, kira-kira

LANJUTAN
Di Indonesia, 61% kehamilan yang tidak
diinginkan pada remaja usia 15-19 tahun, 12 % dari
mereka melakukan aborsi yang dilakukan di:
a. dilakukan sendiri 70%
b. dilakukan dukun 10%
c. tenaga medis 7%

Di daerah perkotaan, 73% kasus aborsi


dilakukan oleh ahli kebidanan, bidan, rumah
bersalin, dan klinik keluarga berencana.

Di daerah pedesaan, dukun mempunyai


peran yang dominan dalam memberikan
pelayanan aborsi, kasus aborsi yang ditangani
mencapai 84%.

DEFINISI
ABORSI

Berakhirnya kehamilan
sebelum usia 20 minggu kehamilan atau
berat bayi kurang dari 500 gr (ketika
janin belum dapat
hidup di luar
kandungan).
Proses abortus dapat berlangsung secara :
1. Spontan / alamiah : terjadi secara alami, tanpa
tindakan apapun.
2. Buatan / sengaja : aborsi yang dilakukan secara
sengaja.
3. Terapeutik / medis : aborsi yang dilakukan atas
indikasi medik karena terdapatnya suatu
permasalahan atau komplikasi.

LANJUTAN
1. Abortus Spontaneous
PENYEBAB :
a) Faktor Janin kelainan pada perkembangan janin
kelainan genetik (Kromosom)
gangguan pada plasenta
kecelakaan pada janin
b) Faktor ibu
genetik orangtua yang berperan sebagai carrier.
nfeksi pada kehamilan TORCH Toxoplasmosis,
Rubella, Cytomegalovirus,Herpes Simplex Virus, Sifilis,
Gonorrhea.
kelainan hormonal Hipertiroid, Diabetes
kelainan jantung
kelainan pada rahim rahim bikornu (rahim bertanduk),
rahim yang bersepta (memiliki selaput pembatas di
dalamnya), parut rahim.
Mioma pada rahim.

LANJUTAN
2.Abortus Provokatus Kriminalis
Alasan-alasan dilakukannya aborsi
adalah:
. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir
mengganggu karir, sekolah (75%).
. Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%).
. Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%).
. Masih terlalu muda (terutama mereka yang hamil di
luar nikah)
. Aib keluarga.
. Sudah memiliki banyak anak.

TANDA DAN GEJALA


1. Nyeri perut bagian bawah
2. Keram pada rahim
3. Nyeri pada punggung
4. Perdarahan
5. Pembukaan leher rahim
6. Pengeluaran janin dari dalam
rahim

Klasifikasi Abortus :
1. Abortus Imminens perdarahan dari
rahim sebelum kehamilan mencapai usia
20 minggu, dimana janin masih berada di
dalam rahim dan tanpa disertai
pembukaan dari leher rahim.
Jika janin masih hidup kehamilan dapat
dipertahankan, akan tetapi apabila janin
mengalami kematian, maka dapat terjadi
abortus spontan.
USG (Ultrasonografi) melihat gerakan dan
denyut jantung janin. Denyut jantung janin
dapat juga didengarkan melalui alat Doppler
atau Laennec apabila janin sudah mencapai
usia 12 16 minggu.

LANJUTAN

2. Abortus Insipiens
perdarahan dari rahim
pada kehamilan sebelum
20 minggu, dengan adanya
pembukaan leher rahim,
namun janin masih berada
di dalam rahim.
Tatalaksana yang dilakukan
adalah pengeluaran janin
dengan infus oksitosin, dan
/ atau dengan kuretase.

LANJUTAN
3. Abortus inkompletus janin
sebagian sudah keluar, akan
tetapi masih ada sisa yang
tertinggal di dalam rahim. Gejala
yang terjadi adalah keram pada rahim
disertai perdarahan rahim dalam
jumlah banyak, terjadi pembukaan,
dan sebagian jaringan keluar.

Penanganan yang dilaksanakan


Kontrol kondisi kesehatan ibu agar
tetap stabil dan pengeluaran seluruh

LANJUTAN
4. Abortus kompletus pengeluaran
lengkap seluruh hasil konsepsi yang
diikuti dengan sedikit perdarahan.
5. Missed abortion Pada kasus missed
abortion, kematian janin terjadi tanpa
adanya pengeluaran dari hasil konsepsi.
Alasan mengapa janin yang meninggal tidak keluar
masih belum jelas. Biasanya didahului dengan
tanda dan gejala abortus imminens yang
kemudian menghilang spontan atau menghilang
setelah pengobatan. Tes kehamilan menjadi
negatif, tanda-tanda kehamilan tidak ada, dan
denyut jantung janin tidak dapat terdeteksi.

6. Abortus terapeutik Abortus yang dilakukan


pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu
atas pertimbangan kesehatan wanita, dimana
apabila kehamilan itu dilanjutkan akan
membahayakan dirinya. Misalnya pada wanita
dengan kelainan jantung. Dapat juga dilakukan
atas pertimbangan kelainan janin yang berat.
7. Abortus septik Abortus spontan dapat
diikuti dengan komplikasi infeksi. Infeksi dapat
terjadi akibat tindakan abortus yang tidak sesuai
dengan prosedur (misalnya oleh dukun). Infeksi
yang terjadi pada umumnya endometritis,
yang bisa berkembang menjadi parametritis
dan peritonitis.

EPIDEMIOLOGI
FREKUENSI

Berdasarkan BKBN, ada sekitar 2.000.000


kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya
di Indonesia.
Ini artinya terdapat 43 kasus aborsi per
100 kelahiran hidup (menurut hasil sensus
penduduk tahun 2000, terdapat
53.783.717 perempuan usia 15-49 tahun)
atau 37 kasus aborsi per tahun per 1.000
perempuan usia 15-49 tahun (berdasarkan
Crude Birth Rate (CBR) sebesar 23 per
1.000 kelahiran hidup)

DISTRIBUSI UNSAFED ABORTION


DUNIA

DI

Figure 1. Estimated annual number of unsafe


abortion per 1000 women aged 1544 years, by
subregions, 2008. (WHO)

LANJUTAN

LANJUTAN

DISTRIBUSI ABORSI DI
INDONESIA
Berdasarkan Umur
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

45
37

10

19

20-29

30-39

40

Sumber : Guttermacher Institute, dalam Kesimpulan, seri 2008, No.


2

Berdasarkan status pernikahan


70

66

60
50
40

34

30
20
10
0

Belum Menikah

Menikah

0
Cerai

Sumber : Guttermacher Institute, dalam Kesimpulan, seri


2008, No. 2

Berdasarkan Tingkat Pendidikan


50
45

43

40
35
30
25

22

21

20
14

15
10
5
0

SD

SMP

SMA

Akademi/Universitas

Sumber : Guttermacher Institute, dalam Kesimpulan, seri 2008,


No. 2

Pemakaian Kontrasepsi
60
50

50

40

33

30
18

20
10
0

Tidak pernah Pakai

Pakai

Current user

Sumber : Guttermacher Institute, dalam Kesimpulan, seri 2008, No. 2

LANJUTAN
Aborsi tidak aman merupakan salah
satu dari 5 penyebab kematian
langsung ibu (perdarahan,
komplikasi puerperium, trauma
obstetrik, dan eklamsia)
Aborsi yang tidak aman dapat
menyebabkan komplikasi-komplikasi
yang tak terduga dan kematian.
Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mengestimasikan bahwa aborsi yang
tidak aman bertanggung jawab

Dampak negatif aborsi


terutama bila dilakukan
secara tidak aman

1. DAMPAK FISIK

Rahim yang sobek (Uterine Perforation)


Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang
akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan
hormon estrogen pada wanita)
Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa)
yang akan menyebabkan cacatpada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada saat
kehamilan berikutnya
Aborsi yang berulang selain bisa mengakibatkan
komplikasi juga bisa menyebabkan kemandulan.
Aborsi yang dilakukan secara tidak aman bisa
berakibat fatal yaitu kematian

2. DAMPAK PSIKIS
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi
sebagai Post-Abortion Syndrome. Gejalagejala ini dicatat dalam Psychological Reactions
Reported After Abortion di dalam penerbitan The
Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang
melakukan aborsi akan mengalami hal-hal
seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%) .
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
(63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat

UPAYA PENCEGAHAN ABORSI


1. Upaya
preventif
Mengadakan layanan aborsi yang
aman dilengkapi dengan pelaksana
terlatih dan standar yang aman
Sarana dan metode yang aman,
sesuai standard WHO; memberikan
informasi dan konseling mengenai
kesehatan reproduksi terutama
pemahaman upaya pencegahan
kehamilan dan bahaya aborsi yang
tidak aman
Melatih kaum perempuan untuk

2. Upaya kuratif
Memantau kondisi sang ibu yang melakukan aborsi
Penyediaan asuhan pasca keguguran yang
berkualitas serta dapat dijangkau oleh semua
lapisan masyarakat

3. Upaya Rehabilitatif
Pemulihan untuk kondisi psikis pelaku
aborsi atau keluarga dengan terapiterapi maupun konsultasi yang mampu
membantu memulihkan kondisi psikis

PENCEGAHAN ABORTUS
PROVOKATUS KRIMINALIS
1. Melalui Upaya Hukum UUK No.36 tahun

2009
. Aborsi kriminal ( Pasal 194)
. Pasal 75 ayat (1) dan (2) Dipebolehkan
(dengan alasan medis dan kehamilan karena
perkosaan).
2.Pembelajaran mengenai pendidikan seks kepada
semua kelompok yang beresiko melakukan
unsafed abortion.
3. Pendidikan agama dan moral yang kuat dari
orang tua.

Anda mungkin juga menyukai