ORANG PRIBADI
By. M. Firdaus Wahidi SE., ME.
DASAR HUKUM
UU NO. 36 TAHUN 2008
TENTANG PERUBAHAN
KEEMPAT ATAS UU NO. 7 TAHUN
1983 TENTANG PPH
SUBJEK
PAJAK
Seluruh Penghasilan
Badan
Pasal 4
Warisan yang
belum terbagi
Orang
Pribadi
Pasal 2(2)
SUBJEK PAJAK
LUAR NEGERI
Pasal 2(4)
Badan
BUT
Non BUT
- ORANG PRIBADI
- WARISAN YG BELUM TERBAGI
BADAN (PT, CV, BUMN/D, FIRMA, KONGSI,
KOPERASI, DAPEN, PERSEKUTUAN, ORMAS
YAYASAN, LEMBAGA, KIK
BENTUK USAHA TETAP (BUT)
SUBJEK PAJAK
DALAM NEGERI
[ PASAL 2 (3) ]
ORANG PRIBADI :
- BERTEMPAT TINGGAL / BERADA DI INDONESIA
LEBIH DARI 183 HARI DLM 12 BULAN; ATAU
- DALAM SUATU TAHUN PAJAK BERADA DI
INDONESIA DAN MEMPUNYAI NIAT BERTEMPAT
TINGGAL DI INDONESIA
BADAN
YANG DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT KEDUDUKAN DI
INDONESIA
WARISAN YANG BELUM TERBAGI SEBAGAI
SATU KESATUAN MENGGANTIKAN YANG
BERHAK
SUBJEK PAJAK
LUAR NEGERI [ PASAL 2 (4) ]
YANG MENJALANKAN
USAHA ATAU KEGIATAN
MELALUI
BUT DI INDONESIA
ORANG PRIBADI
SP OP LN
Bertempat
Tinggal
ps.3(1) hrf
a. 1)
Berada
Ps. 3(1) hrf a.2)
1. Permanent
dwelling
resident
2. Ordinary course
of life
3. Place of habitual
abode
(Ps. 7 )
Tempat tinggal di
INDONESIA, bepergian
ke
LN, berada di Indonesia
lbh
dari 183 hari
(Ps. 8)
Berniat
Ps. 3(1) hrf a.3)
1. Berniat tinggal di
Indonesia,
memberikan VISA,
KITAS, Kontrak Kerja
lbh dari 183 hari.
2. Melakukan tindakan
akan
bertempat
tinggal di Indonesia
(Ps. 11)
LN,
Card,
KBRI
ORANG PRIBADI
MULAI:
SAAT DILAHIRKAN
BERADA ATAU BERNIAT TINGGAL DI INDONESIA
BERAKHIR:
SAAT MENINGGAL DUNIA
MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK SELAMA-LAMANYA
ORANG PRIBADI/BADAN
Ps. 2 : (4) huruf a
MULAI:
SAAT MENJALANKAN USAHA/ MELAKUKAN
KEGIATAN MELALUI BUT
BERAKHIR:
-
yuuk diskusi
WN Amerika Serikat,
English Teacher EF Jakarta
TKI di Malaysia
ke
PER-02/PJ/2009
Pasal 1
Dalam PerDirJen Pajak ini, yg dimaksud dengan Pekerja Indonesia di
Luar Negeri adalah orang pribadi WNI yg bekerja di luar negeri lebih
dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan.
Pasal 2
Pekerja Indonesia di Luar Negeri sdd Pasal 1 merupakan Subjek Pajak
Luar Negeri.
Pasal 3
Atas penghasilan yg diterima atau diperoleh Pekerja Indonesia di LN
sdd Pasal 1 sehubungan dengan pekerjaannya di LN dan telah
dikenai pajak di luar negeri, tidak dikenai Pajak Penghasilan di
Indonesia.
Pasal 4
Dalam hal Pekerja Indonesia di LN sdd Pasal 1 menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia maka atas penghasilan
tersebut dikenai Pajak Penghasilan sesuai ketentuan yang berlaku.
WARISA
N
Uraian
WP Dalam Negeri
2.
3.
4.
Wajib
WP Luar Negeri
Penghasilan
yang
diterima / diperoleh
dari Indonesia
Penghasilan Bruto
Tarif sepadan / sesuai
treaty
Tidak wajib
Pasal 24
Indonesia
Pasal 23
Pasal 6
Pasal
Pasal 77
WAJIB PAJAK
OP
Laporan Laba / Rugi
Penghasilan
Biaya
(xxx)
Laba
Koreksi Fiskal
Penghasilan Neto
PTKP
Penghasilan Kena Pajak
Pajak Terutang
Pajak dibayar dimuka
(xxx)
Pasal 26
Pasal 23
xxx
Pasal 4
xxx
xxx
xxx
(xxx)
xxx
xxx
Pasal 9
Pasal 17
Pasal 29
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)
OBJEK PAJAK
OBJEK PAJAK
[ Pasal 4 ayat (1) ]
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil adalah
piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi Rp100.000.000,00, yang
merupakan gunggungan jumlah piutang dari beberapa kredit yang diberikan
oleh suatu institusi bank/lembaga pembiayaan dalam negeri sebagai akibat
adanya pemberian:
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)
imbalan bunga
PENGENAAN PAJAKNYA
DIATUR DENGAN (PP)
SOAL KASUS
1.PT Laris Sukses pada tahun 2012 membagikan dividen sebesar Rp 2
milyar. Pemegang saham pada tahun 2012 adalah :
- H. Samsudin (20%)
- Koperasi Arta Prima (10%)
- PT Sukses Abadi (10%)
- PT Sukses Subur (30%)
- CV Boga Arta (30%)
2.PT Laris Sukses menerima pembayaran dividen dari sebuah
perusahaan di Australia (kepemilikan 35%). Dividen tsb sudah dipotong
pajak di Australia
3.Yanto menerima hibah sebuah mobil Mercedes Benz dari kakeknya
4.Yanti menerima pembayaran dari PT Lippo Life atas asuransi jiwa
suaminya yang baru meninggal.
5.Bagong bekerja pada PT Metro TV menerima imbalan berupa gaji
per bulan Rp 3 juta, tunjangan transpor Rp 1 juta, beras 20 kg, mobil
dinas APV, iuran pensiun dibayar pemberi kerja Rp 150 ribu.
38
Boleh
Dikurangkan
(Ps.6(1) UU
PPh)
Ph-OP
Final
Ph-BOP
terkai
t
terkai
t
PENGELUARAN/BIAYA
Tidak boleh
dikurangkan
berdasarkan
Ps. 9(1) UU PPh dan
ketentuan lainnya
Pengeluaran yg
mempunyai
masa manfaat
tidak lebih dari
1 tahun
Biaya tahun
ybs.
Pengeluaran yg
mempunyai
masa manfaat
lebih dari 1
tahun
Pembebanannya
melalui
penyusutan/
amortisasi
B
I
A
Y
A
3M
Ph
N
O
N
F
I
N
A
L
h. Piutang yg nyata-nyata
tidak dapat ditagih dgn syarat
ttt
j. Sumbangan dlm rangka
penelitian dan
pengembangan yang
dilakukan di Ind
l. Sumbangan fasilitas
pendidikan
BIAYA PROMOSI
Biaya Promosi adalah bagian dari biaya
penjualan yg dikeluarkan oleh Wajib Pajak
dalam rangka memperkenalkan dan/atau
menganjurkan pemakaian suatu produk
baik langsung maupun tidak langsung
untuk mempertahankan dan/atau
meningkatkan penjualan.
PMK No.
02/PMK.03/2010
BIAYA PROMOSI
Besarnya Biaya Promosi yg dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto merupakan akumulasi dari jumlah :
a. biaya periklanan di media elektronik, media cetak,
dan/atau media lainnya;
b. biaya pameran produk;
c.
biaya pengenalan produk baru;dan/atau
d. biaya sponsorship yg berkaitan dgn promosi
produk.
PMK No.
02/PMK.03/2010
BIAYA PROMOSI
PMK No.
b.
(2)
berhubungan
dgn
SE-02/PJ.31/1996, 5-Jun96
JAMSOSTEK
JKK
JKM
JPK
PREMI ASURANSI
IPEN-DP (MK)
Dibayar pemberi kerja
Penghasilan
Objek
Pph Pasal 21
JHT
KARYAWAN
PEMBERI KERJA
Boleh Dikurangkan
51
Pengenaan
PPh-nya
ditangguhkan
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil adalah
piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi Rp100.000.000,00, yang
merupakan gunggungan jumlah piutang dari beberapa kredit yang diberikan
oleh suatu institusi bank/lembaga pembiayaan dalam negeri sebagai akibat
adanya pemberian:
i. Sumbangan
Ps. 6(1) huruf i,j,k,l,m UU PPh jo PP 93/2010
b.
Ps. 1 PP 93/2010
Ps. 1 PP 93/2010
b.
c.
d.
e.
Contoh:
PT Gunung Raya pada tahun 2009 mempunyai penghasilan neto fiskal
sebesar Rp1.000.000.000,00. Pada tahun 2010 Wajib Pajak memberikan
sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga melalui lembaga pembinaan
olahraga sebesar Rp.40.000.000,00. Pada tahun 2010 Wajib Pajak
mempunyai penghasilan neto fiskal sebesar Rp30.000.000,00. Wajib Pajak
tidak diperkenankan mengurangkan sumbangan tersebut dari penghasilan
bruto tahun 2010 karena akan menyebabkan rugi sebesar Rp10.000.000,00.
Ps. 3 PP 93/2010
Ps. 4 PP 93/2010
Ps. 6 PP 93/2010
Ps.11(1),(2) UU
PPh
Penyusuta
n
Pengeluaran
untuk
pembelian,
pendirian,
penambahan,
perbaikan,
atau
perubahan
harta
berwujud
m
m
1
Tahun
Harga perolehan (harga perolehan ditambah biayabiaya yang dikeluarkan, misalnya bea cukai, biaya
transportasi, biaya instalasi)
Harga yang wajar (jumlah yang seharusnya dikeluarkan
atau diterima) apabila terdapat hubungan istimewa
Harga pasar (dalam hal terjadi tukar menukar harta)
Nilai sisa buku dari pihak yang melakukan pengalihan
(apabila pengalihan harta tersebut bukan merupakan
objek pajak, misalnya sumbangan)
27 Oktober 2016
PENYUSUTAN
Garis lurus
Saldo menurun
Masa Mamfaat
I. Bukan Bangunan :
- Kelompok 1
- Kelompok 2
- Kelompok 3
- Kelompok 4
4 tahun
8 tahun
16 tahun
20 tahun
II. Bangunan
- Permanen
- Tidak Permanen
20 tahun
10 tahun
27 Oktober 2016
TARIF PENYUSUTAN
Kelompok Harta
Masa
Mamfaat
Garis Lurus
Saldo
Menurun
I. Bukan Bangunan
- Kelompok 1
- Kelompok 2
- Kelompok 3
- Kelompok 4
4 tahun
8 tahun
16 tahun
20 tahun
25%
12,5%
6,25%
5%
50%
25%
12,5%
10%
II. Bangunan
- Permanen
- Tidak Permanen
20 tahun
10 tahun
5%
10%
-----
27 Oktober 2016
Gedung HP : Rp 100.000.000,00
masa manfaatnya 20 tahun,
penyusutannya / th = Rp. 5.000.000,00
(= Rp 100.000.000,00 : 20).
50%
50%
50%
Sekaligus
75,000,000.00
37,500,000.00
18,750,000.00
18,750,000.00
150,000,000.0
0
75,000,000.00
37,500,000.00
18,750,000.00
0.00
Contoh
Sebuah mesin (kel.1) yg dibeli dan ditempatkan pada bln Juli 2000.
Harga Perolehan : Rp 100.000.000,00.
Masa manfaat 4 (empat) tahun.
Tarif penyusutan 50%
Tahun
Tarif
Harga Perolehan
Penyusutan
2000
1/2 x 50%
100,000,000.0
0
25,000,000.00 75,000,000.00
2001
50%
37,500,000.00 37,500,000.00
2002
50%
18,750,000.00 18,750,000.00
2003
50%
9,375,000.00 9,375,000.000
2004
Sekaligus
9,375,000.00
0.00
AMORTITASI
Garis lurus
Saldo menurun
27 Oktober 2016
TARIF AMORTISASI
Kelompok Harta
Tak Berwujud
- Kelompok 1
- Kelompok 2
- Kelompok 3
- Kelompok 4
Masa
Mamfaat
4 tahun
8 tahun
16 tahun
20 tahun
Garis Lurus
Saldo
Menurun
25%
12,5%
6,25%
5%
50%
25%
12,5%
10%
27 Oktober 2016
KOMPENSASI KERUGIAAN
KOMPENSASI KERUGIAN
KOMPENSASI HORISONTAL
DENGAN PENGHASILAN
TAHUN PAJAK YANG SAMA, kecuali
Rugi di Luar Negeri tidak bisa dikompensasikan
dengan di Dalam Negeri
KOMPENSASI VERTIKAL
DENGAN PENGHASILAN
TAHUN TAHUN PAJAK BERIKUTNYA
KOMPENSASI KERUGIAN PSL.6(2)
81
Kompensasi Kerugian
Contoh :
PT A dalam tahun 2009 menderita kerugian fiskal
sebesar Rp1.200.000.000,00. Dalam 5 (lima) tahun
berikutnya laba rugi fiskal PT A sebagai berikut :
2010 : laba fiskal Rp200.000.000,00
2011 : rugi fiskal (Rp300.000.000,00)
2012 : laba fiskal Rp N I H I L
2013 : laba fiskal Rp100.000.000,00
2014 : laba fiskal Rp800.000.000,00
Form SPT
NPWP :
Nama WP :
Rugi/Laba neto
fiskal
Tahun
Jumlah 2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016 2017
2009
(1.200)
200
50
100
800
2010
200
2011
(300)
200
100
2012
50
2013
100
2014
800
2015
200
2016
400
2017
500
200
50
100
800
200
100
Jumlah
50
KOMPENSASI KERUGIAN
Bagi WP yang mendapatkan fasilitas Pasal 31A UU PPh, diberikan
tambahan kompensasi kerugian vertikal menjadi
> 5 thn 10 thn
KOMPENSASI HORISONTAL
DENGAN PENGHASILAN
TAHUN PAJAK YANG SAMA, kecuali
Rugi di luar negeri tidak bisa
dikompensasikan
dengan di dalam negeri
88
KOMPENSASI KERUGIAN PSL.6(2)
PTKP
PTKP BARU
Mulai 1-1-2015
Keterangan
PTKP LAMA
Mulai 1-1-2013
PMK No.
122/PMK.010/2015
SETAHUN
SEBULAN
SETAHUN
SEBULAN
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
WP
36.000.00 3.000.00
0,0,-
24.300.0 2.025.00
00,0,-
WP KAWIN
3.000.000 250.000,
,-
2.025.00 168.750,
0,-
TANGGUNGAN
SEDARAH
IBU
AYAH
KAKAK
KANDUNG
ADIK
KANDUNG
ANAK
TANGGUNGAN
SEMENDA
IBU
MERTUA
AYAH
MERTUA
KAKAK
IPAR
ADIK
IPAR
ANAK
TIRI
KECUALI
1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA
ATAU DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA
YG TELAH DIPOTONG PPh PASAL 21,
DAN
2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA
DENGAN USAHA ATAU PEKERJAAN BEBAS
SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA LAINNYA
BPHTB atas hak atas tanah yg dimiliki untuk 3m penghasilan dapat dibebankan
melalui amortisasi hak atas tanah sepanjang hak atas tanah tsb dapat diamortisasi,
misalnya tanah yang diperoleh untuk usaha genteng bisa diamortisasi;
c.
d.
e.
Butir a, b, c, dan d diatas jika berkaitan dg 3M Penghasilan objek tidak final, dan juga
bukan WP yang menggunakan norma penghitungan
SE- 01/PJ.42/2002
NORMA PENGHITUNGAN
PENGHASILAN NETO
Pasal 14 UU No. 17 Tahun 2000:
WP orang pribadi yang memiliki peredaran usaha kurang
dari Rp 600 juta dapat menggunakan norma penghitungan
penghasilan neto
Keputusan Perubahan:
Batas peredaran usaha untuk dapat menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto bagi WP orang pribadi
dinaikkan menjadi Rp. 4,8 milyar
5
PENGGUNAAN
NORMA PENGHITUNGAN
Pasal 14 ayat (2,3,4), jo. PMK-
Norma Penghitungan
Penghasilan Neto
HANYA WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI
SYARAT
No.
Lapisan Penghasilan
Tarif
1.
S.d Rp 25.000.000,-
5%
2.
10%
3.
15%
4.
25%
5.
Di atas Rp200.000.000,-
35%
No.
Lapisan Penghasilan
Tarif
1.
S.d. Rp 50.000.000,-
5%
2.
15%
3.
25%
4.
Di atas Rp500.000.000,-
30%
CONTOH PENERAPAN
TARIF PPh BAGI WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI DN
JUMLAH PKP
Rp 390.000.000,00
PPh TERUTANG :
5%
10%
15%
25%
35%
X
X
X
X
X
Rp 25.000.000 =
Rp 25.000.000 =
Rp 50.000.000 =
Rp 100.000.000 =
Rp 190.000.000 =
Rp 1.250.000
Rp 2.500.000
Rp 7.500.000
Rp 25.000.000
Rp 66.500.000
Rp 102.750.000,00
KREDIT PAJAK
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
KREDIT PAJAK
Pasal 25
PELUNASAN PPh
DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 20 ayat (1), (2) dan (3)
MERUPAKAN
ANGSURAN PAJAK
YANG BOLEH DIKREDITKAN
TERHADAP PPh YANG
TERUTANG UNTUK TAHUN
PAJAK YBS
KECUALI
PEMBAYARAN PPh
YANG BERSIFAT
FINAL