Anda di halaman 1dari 30

FARMAKOLOGI

"IMPLIKASI KEPERAWATAN
DALAM PEMBERIAN OBAT PADA
PEDIATRIK & GERIATRIK"
Oleh:
Kelompok 9
1C
Anggota:
Agustina
Raudathul Adawiyah
Widya Sari Nastiti

Definisi
Pediatrik adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan
dengan perawatan medis dan bayi ( infan), anak-anak
(children), dan remaja (aldosents). (Anonim 2012).
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), pediatrik
adalah spesialisasi ilmu kedokteran yang berkaitan dengan
fisik, mental dan sosial kesehatan anak sejak lahir sampai
dewasa muda.

Klasifikasi Populasi Pediatrik (WHO, 2007)

Secara internasional populasi


pediatrik dikelompokkan menjadi:
Preterm newborn infants (bayi
prematur yang baru lahir).
Term newborn infants (bayi yang baru
lahir umur 0-28 hari).
Infants and toddlers (bayi dan anak
kecil yang baru belajar berjalan umur
> 28 hari sampai 23 bulan).
Children (anak-anak umur 2-11
tahun).
Adolescents (anak remaja umur 12
sampai 16 sampai 18 tahun
tergantung daerah).

Perhitungan Dosis
Berdasarkan Usia
(Formula Young)
umur (tahun)
DA DD
umur 12(tahun)

Berdasarkan BB
BB(kg )
DA DD
70kg

Berdasarkan Luas
Permukaan Tubuh
DA DD

luaspermukaantubuh(m 2)
1,73m 2

Farmakokinetik
1. Absorbsi
2.
Distribusi
3.
Metabolism
e
4.
Sekresi/eli

Pertimbangan Efek Terapetik dan Efek Toksik Obat


Pemberian amfetamin
obat ini dapat meningkatkan konsentrasi anak. Efek
samping amfetamin antara lain halusinasi,
hiperaktivitas hingga sampai kejang.
Pemberian terapi steroid sistemik
Pemberian terapi steroid sistemik pada anak dalam
jangka panjang dapat mengganggu atau menghambat
pertumbuhan anak.

Segi Praktis Pemakaian Obat Pada Anak


a.Periode awal kelahiran
Pemberian obat per oral mengakibatkan aspirasi. Jika
diberikan secara IM, sebaiknya di tungkai atas, sebelah
anterior atau lateral. Penyuntikan pada pantat tidak
dianjurkan.
Obat-obat yang dapat menggeser bilirubin dari ikatannya
pada albumin hendaknya dihindari.
Pemakaian kloramfenikol pada bulan pertama kelahiran sangat
tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan 'grey baby
syndrome'
b.Periode kanak-kanak dan prasekolah (umur 1-10 tahun)
Pada kelompok umur ini, yang perlu diperhatikan adalah pemberian
obat-obat yang metabolismenya dengan cara oksidasi dan
hidroksilasi (fenitoin, fenobarbital dan teofilin)

Prinsip-prinsip
Peresepan Pada
Anak
1. Apakah obat benar-benar diperlukan ?
2. Jika terapi obat diperlukan, obat yang mana
yang sesuai ?
3. Jenis sediaan apa yang diperlukan ?
4. Memperkirakan dosis obat
5. Lama pemberian
6. Informasi pengobatan
7. Ketaatan minum obat dan pendidikan pasien
8. Penilaian manfaat dan efek pengobatan

Tips Pemberian Obat Pada Anak


a. Obat Oral
Bentuk cair lebih aman ditelan untuk mencegah aspirasi
Spuit plastik sekali pakai adalah alat yang paling akurat untuk
menyiapkan dosis cairan, khususnya spuit berukuran kurang
dari 10 ml.
Pada saat memberikan obat cair, sendok, cangkir plastik, dan
spuit oral (tanpa jarum) akan bermanfaat.
b. Injeksi
Perawat bersikap sangat hati-hati saat menyeleksi tempat injeksi
IM.
Anak dapat menjadi tidak kooperatif dan tidak bisa diprediksi.
Harus ada seseorang untuk merestrein anak, jika diperlukan.
Perawat selalu membangunkan anak yang sedang tidur
sebelum menginjeksinya.
Mengalihkan perhatian anak.
Perawat memberi injeksi dengan cepat.

a. Asetilsistein (antimukolitik)
Sedian larutan oral, inhalasi oral dan intrakeal, 100 mg, 200mg.
1)Penggunaan: mengurangi kekentalan sekresi pernapasan purulen dan nonpurulen,
memungkinkan pengeluaran sekresi lendir melalui batuk, drainase
postural atau melalui alat-alat mekanis. Digunakan dalam pengobatan
fibrosis kistik, bronkitis, pneumonia, TBC, dll.
2)Kontraindikasi: bagi individu yang hipersensitif terhadap obat. Waspadai
penggunaan obat pada individu yang menderita asma, dll.
3)Efek samping: SSP: mengantuk. GI: mual, muntah, stomatitis. Pernapasan: rinorea.
Kulit: urtikaria menyeluruh.

OBAT-OBAT PEDIATRIK

b. Asetaminofen
Klasifikasi
: Analgesik, Antipiretik
Sediaan : Tablet, Tablet untuk larutan, Tablet kunyah, Kapsul, Eliksir
Larutan oral, Suspensi oral, serbuk, butiran untuk larutan,
Supositoria rektal.
Rute dan dosis
PO:
Usia kurang dari tiga bulan : 40 mg
Usia 4 -11 bulan : 80 mg
Usia 1-2 tahun : 120 mg
Usia 2-3 tahun : 160 mg
Usia 4-5 tahun : 240 mg
Usia 6-8 tahun : 320 mg
Usia 9-10 tahu : 400 mg
Usia 11 tahun : 480 mg
Usia lebih dari 11 tahun : 325-650 mg ; tidak melebihi 4 g/ hari untuk terapi
jangka pendek atau 2,6 g/hari untuk terapi jangka panjang.
Dosis diatas dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan, tidak melebihi 2
dosis /hari dan tidak lebih dari 5 hari pengobatan tanpa saran medis.
Dosis alternatif : 10-15 mg / kg setiap 4 jam.
PR : Dosis PO diatas dapat digunakan sebagai dosis PR untuk anak-anak

Kontra indikasi dan kewaspadaan:


dikontra indikasikan pada individu yang mengalami alergi sebelumnya
terhadap obat ini dan defisiensi G6PD.
Pemberian berulang tidak dianjurkan untuk individu dengan disfungsi jantung,
pernafasan, hati, atau ginjal.
preparat yang mengandung aspartame tidak boleh diberikan pada anak
dengan penilketonuria.
Efek samping:
SSP: konfusi mental, letargi, perubahan perilaku, kejang
GI: mual, muntah, diare, anoreksia.
Hati: kerusakan hati dengan uji fungsi hati yang abnormal
GU: hematuria, kerusakan ginjal
Kulit: ruam dan urtikaria
Darah: perdarahan, ekimosis, anemia, trombositopenia, leukopenia,
pansitopenia;
Lain-lain: efek anafilaksis dengan berbagai gejala pernafasan dan kulit.

Implikasi keperawatan
Kaji: Fungsi hati dan ginjal diamati.
Berikan: tablet biasa atau kunyah dapat digerus dan diberikan bersama
cairan; hindari kerbohidrat karena dapat menurunkan absorpsi obat.
Pantau: Pemeriksaan berkala pada ginjal dan hati dapat dilakukan
pada pasien yang menjalani terapi jangka panjang.
Penyuluhan pasien:
jangan berikan bersama obat bebas lainnya, kecuali atas petunjuk penyedia
perawatan kesehatan.
Konsultasikan dengan dokter mengenai jumlah dosis untuk anak berusia
kurang dari 2-3 tahun, juga ketika demam atau sakit berlangsung lebih dari 3
hari, atau jika tidak terjadi kesembuhan.
Batasi dosis anak hingga 5 dosis / hari. Obat ini seringkali tanpa sengaja
tertelan.

FARMAKOLOGI
IMPLIKASI KEPERAWATAN
PADA PEMBERIAN OBAT PADA GERIATRIK

Perubahan fisiologi pada lansia

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Struktur dan fungsi jantung


Sistem ginjal
Sistem pencernaan
Pankreas
Hati
Respon neuroendokrin
Komposisi tubuh

Perubahan farmakokinetik

1. ABSORBSI
Efek-efek pada tubuh dan respon obat yang mungkin terjadi pada fase ini adalah
Berkurangnya keasaman lambung mengubah absorbsi obat-obat yang bersifat asam
lemah, seperti aspirin.
Berkurangnya aliran darah ke saluran gastrointestinal (berkurang 40-50%).
Berkurangnya laju motalitas gastrointestinal (peristaltic) akan mengakibatkan
tertundanya mula kerja.

2. DISTRIBUSI

Efek-efek pada tubuh dan respon obat yang mungkin terjadi pada fase ini adalah
Akibat berkurangnya air tubuh pada orang lanjut usia, obat-obat yang larut dalam
air akan lebih terkonsentrasi (pekat).
Terdapat peningkatan dalam rasio lemak terhadap air pada orang lanjut usia.
Orang yang lanjut usia mempunyai serum protein dan kadar albumin yang
berkurang, sehingga terdapat lebih sedikit tempat peningkatan pada protein,
akibatnya terdapat lebih banyak obat yang bebas.

3. METABOLISME
Efek-efek pada tubuh dan respon obat yang mungkin terjadi pada fase ini
adalah
Penurunan produksi enzim hati, aliran darah, dan fungsi hati total.
Waktu paruh dari obat-obat meningkat, dan dapat terjadi akumulasi obat.

Metabolisme obat menginaktivasi obat dan merupakan persiapan untuk


eliminasi oleh ginjal
4.
ELI
MI
NA
SI

Efek-efek pada tubuh dan respon obat yang mungkin terjadi


pada fase ini adalah penurunan aliran darah ginjal dan
penurunan laju filtrasi glomerulus sebanyak 40-50%.
Dengan adanya penurunan fungsi ginjal, terdapat
penurunan ekskresi obat dan terjadi akumulasi obat.

Perubahan farmakodinamik

Pengaturan Temperatur
Benzodiazepin, opioid, alkohol, dan anti depresan trisiklik dapat
menyebabkan sedasi gangguan kepekaan subjektif terhadap temperature dan
penurunan mobilitas maupun aktifitas.

Fungsi Usus dan Kandung Kemih


Konstipasi sering muncul pada geriatri sebagai akibat penuruan motilitas
saluran gastrointestinal. Obat-obat anti-kolinergik dapat menyebabkan retensi
urin pada pasien pria lanjut usia terutama pasien dengan hipertropi prostat
sedangkan pada wanita sering terjadi disfungsi uretra.

Pengaturan Tekanan Darah


Pada pasien geriatri terjadi penumpulan reflex takikardia sehingga
hipotensi postural.

Keseimbangan Cairan atau Elektrolit


Pasien geriatri mengalami penuruan kemampuan ekskresi retensi air obatobat yang mengakibatkan retensi cairan ini diantaranya, kortikosteroid dan
antiinflamasi non-steroid.

Fungsi Kognitif
Aktifitas enzim kolinesterase menurun dan berakibat pada menurunnya
transmisi kolinergik.

Efek samping yang tidak diinginkan


Hipnotik
Banyak psikotik dengan waktu paruh yang panjang menyebabkan efek hangover. Benzodiazepin
mengurangi keseimbangan, yang dapat mengakibatkan terjatuh.
Diuretik
Diuretik diresepkan pada pasien lansia dan tidak boleh digunakan dalam jangka waktu lama untuk
mengatasi udema gravitasional.
AINS
Pasien lansia makin peka terhadap efek samping AINS, maka dibuat beberapa anjuran sebagai
berikut:
Untuk osteoartritis, lesi jaringan lunak, nyeri pada punggung dan nyeri karena artritis
rematoid, pertama kali gunakan parasetamol yang biasanya cukup untuk mengurangi
nyeri.
Alternatif lain, gunakan AINS dosis rendah (misalnya dapat diberikan ibuprofen sampai
1,2 g sehari)
Untuk mengurangi nyeri yang tidak dapat diatasi oleh obat lain, dapat diberikan
parasetamol dosis penuh ditambah AINS dosis rendah
Jika diperlukan, dosis AINS dapat ditingkatkan atau berikan analgesik opioid bersama
parasetamol.
Jangan berikan 2 macam obat golongan AINS secara bersamaan.

Lima Pola Pengguna Obat Klien Lansia

1. Polifarmasi
2. Meresepkan obat sendiri (Self-prescribing of
medication)
3. Obat yang dijual bebas
4. Penggunaan obat yang salah (misuse)
5. Ketidakpatuhan (noncompliance)

Ketidakpatuhan Pengobatan Pada Lansia

Berikut alasan beberapa ketidakpatuhan:


Terlalu banyak pengobatan pada waktu yang
berbeda-beda.
Tidak mengerti tujuan atau alasan pemakaian
obat.
Menurunnya daya ingat
Berkurangnya mobilitas dan keluwesan gerak
Gangguan penglihatan dan pendengaran
Kesulitan dalam membuka tutup botol
Efek samping dan reaksi yang merugikan dari
obat

PRINSIP PENGOBATAN PADA LANSIA

Riwayat pemakaian obat


Obat diberikan atas indikasi yang ketat,
untuk diagnosis yang dibuat
Mulai dengan dosis terkecil
Hanya resepkan obat yang sekiranya
menjamin ketaatan pasien, memberi
resiko yang terkecil, dan sejauh mungkin
jangan diberikan lebih dari 2 jenis obat.

Obat Yang Sering Diresepkan Pada Usia Lanjut

1. Obat-Obat Sistem Saraf Pusat

Sedativa-hipnotika
Anastetik
Antidepresan trisiklik
Obat saraf skizoprenia
Relaksan otot polos, anti spasmodic
Analgetika
Analgesik golongan narkotika
Analgesik antipretik
Analgesik antipiretik antiinflamasi

2. Obat-Obat Kardiovaskuler

Antihipertensi
Obat-obat antiaritmia
Glikosida jantung
3. Antibiotika
4. Obat-Obat Antiinflamasi
5. Laksansia

Efek Samping Obat Pada Usia Lanjut

1.
2.
3.
4.
5.

Kesalahan peresepan
Kesalahan pasien
Ketidak-jelasan informasi pengobatan
Pasien sering lupa instruksi penggunaan obat
Untuk penderita tremor jangan diberi obat
cairan yang harus ditakar dengan sendok.
6. Sebaiknya etiket dibuat lebih besar agar
mudah dibaca

Proses Keperawatan pada Lansia

1. Pengkajian

Kaji indera atau kesiagaan mental dari orang lansia.


Peroleh riwayat gangguan ginjal, hati, atau GI, dan
tentukan apakah terdapat gangguan penglihatan?
Tentukan jika orang lansia memakai obat bebas,
seberapa sering, dan dalam jangka waktu berapa.

2. Diagnosa
Keperawatan

a. Gangguan sensori-persepsi : penglihatan, pendengaran yang


berhubungan dengan adanya hambatan penerimaan dan pengiriman
rangsangan.
b. Gangguan nutrisi : kurang/lebih dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan asupan tidak adekuat.
c. Kurang merawat diri yang berhubungan dengan penurunan minat
dalam merawat diri
d. Potensi cedera fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi
tubuh.
e. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan kecemasan atau
nyeri
f. Perubahan pola eliminasi yang berhubungan dengan penyempitan
jalan napas atau adanya secret pada jalan napas.
g. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekuatan sendi.

3. Intervensi
Keperawatan
Pantau hasil laboratorium orang lansia dalam
kaitannya dengan fungsi ginjal dan hati.
Periksa kadar obat serum dan laporkan hasil yang
abnormal kepada perawat atau dokter yang bertugas.
Bicarakan dengan ahli farmasi atau dokter jika dosis
obat meragukan.
Pantau klien untuk reaksi yang merugikan jika
beberapa macam obat diberikan.
Kenali perubahan dari perilaku yang biasa atau
bertambahnya kebingungan yang berkaitan dengan
aturan obat.

4. IMPLEMENTASI

Memantau hasil laboratorium orang


lansia dalam
kaitannya dengan fungsi ginjal dan hati.

Memeriksa kadar obat serum dari orang


lansia seperti
yang diperintahkan dan melaporkan hasil
yang
abnormal kepada perawat atau dokter yang
bertugas.

Berkolaborasi dengan ahli farmasi atau


dokter jika dosis
obat meragukan. Lihat buku referensi obat
untuk dosisdosis obat jika yang dianjurkan bagi orang
lansia.

5. Evaluasi
Evaluasi kepatuhan orang lansia terhadap regimen obat, dan jawab
setiap pertanyaan yang mungkin diajukan oleh orang lansia.

Penyuluhan pada klien


1. Ulangi kembali pengobatan pada lansia atau pada
keluarganya.
2. Jelaskan pada lansia atau pada keluarganya mengenai
pentingnya kepatuhan pada regimen obat.
3. Siap sedia untuk menjawab pertanyaan klien. Berikan
dukungan kepada orang lansia dan keluarganya.
4. Bicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan
pengobatan.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai