Anda di halaman 1dari 33

Kompetensi Dasar

3.14 Mengidentifikasi nilai yang


terdapat dalam sebuah buku
pengayaan (non fiksi) dan satu buku
drama (fiksi)
4.14 Menulis refleksi tentang nilai
nilai yang terkandung dalam sebuah
buku pengayaan (nonfiksi) dan satu
buku drama (fiksi)

Refleksi Menurut KBBI


refleksi/refleksi//rflksi/n1gerakan,
pantulan di luar kemauan (kesadaran) sebagai
jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang
dari luar:penyair pada hakikatnya adalah
suatu -- dari masyarakat
sekelilingnya;2gerakan otot (bagian badan)
yang terjadi karena suatu hal dari luar dan di
luar kemauan atau kesadaran;3kicerminan;
gambaran:penggunaan bahasa merupakan -dari kecintaan terhadap bahasa itu;
merefleksikan/merefleksikan/vmencermin
kan:kata atau ucapan seseorang, biasanya ~
isi hatinya;

Laporan Hasil Pembacaan


buku
Laporan hasil pembacaan buku
adalah merupakan suatu bentuk
penyajian hasil pengamatan atau
penyajian terhadap sebuah buku
baik fiksi maupun nonfiksi

Tujuan Penulisan Laporan


Untuk melaporkan isi buku, mulai dari
struktur fisik, unsur unsur intrinsik
maupun ekstrinsik, termasuk nilai nilai
yang terkandung dalam novel

Struktur:
Bab I (Pendahuluan) :
Tujuan Penulisan
Identitas buku
Bab II (Laporan Isi Buku) :
Ikhtisar
Unsur Intrinsik
Unsur Ekstrinsik
Refleksi nilai yang terdapat dalam buku
Bab III (Penutup) :
Simpulan
Saran

Ikhtisar buku Nyi Hajar Dewantara


Siapa yang tak kenal Ki Hajar Dewantara sebagai
Bapak Pendidikan Indonesia? Siapa pula yang tak
mengenal Taman Siswa sebagai badan perjuangan
yang menggunakan pendidikan dalam menggapai citacita untuk merdeka lahir batin dari Penjajah? Ki Hajar
Dewantara dan Taman Siswa merupakan bagian
sukses perjuangan bangsa Indonesia. Disitulah secara
diam-diam tanpa gembor-gembor, R.A Sutartinah
menyisipkan andilnya.
Mungkin sebagian orang kurang mengenal nama
Sutartinah, istri dari seorang tokoh bangsa Suwardi
Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Padahal ia
mempunyai peranan besar dalam andil menyukseskan
suaminya dan Taman Siswa. Sutartinah atau lebih
dikenal dengan sebutan Nyi Hajar Dewantara adalah
sosok istri hebat yang senantiasa mendukung dan
menjaga langkah-langkah perjuangan suaminya.

Theres always a tough woman


behind a great man.Rasanya ungkapan
tersebut cukup akrab di telinga bahwa
dalam sebuah rumah tangga, sosok
seorang istri tangguh sangat
berpengaruh terhadap hebatnya suami
sekaligus menjadi penentu
kesuksesannya. Ungkapan tersebut pun
menggambarkan peran Nyi Hajar dalam
menyukseskan suaminya.
Sutartinah dan Suwardi merupakan
hasil perjodohan dari kedua orangtuanya,
mereka merupakan saudara sepupu dan
berasal dari Keraton Pakualam. Ayah

Perkawinannya dengan Suwardi,


membawa Sutartinah mengenal seluk-beluk
dunia jurnalistik dan politik sebagai awal
pergerakan suaminya dan selalu
menjalankan konfrontasi dengan pihak
pemerintah kolonial Belanda. Terlebih jiwa
mereka telah tertanam jiwa pemberontak
terhadap Kolonial Belanda. Karena sejak
kecil keluarga telah membentuk dan
menanamkan bahwa keluarga Suryaningrat
dan Sasraningrat merupakan keturunan dari
Nyi Ageng Serang dan Pangeran Diponegoro
yang notabene sebagai pemberontak
kolonialisme.
Sebagai istri cerdas, tangguh dan setia

Ketertarikan Suwardi terhadap dunia politik telah ada sejak


ia masih menjadi pelajar STOVIA. Saat itu ia sering mengirimi
surat kepada Sutartinah menyoal keadaan politik di negerinya.
Sutartinah menyadari dan mendukung minat dan bakat politik
dan jurnalistik Suwardi agar dikembangkan meskipun tahun
1910 Suwardi terpaksa keluar dari STOVIA. Dengan arahan dan
dukungan penuh dari Sutartinah, Suwardi pun mengembangkan
keterampilan jurnalistiknya dengan menulis karangan di
beberapa surat kabar seperti Midden Java dan De Express, yang
dipimpin oleh Dr. E.F.E Douwess Dekker. Disitulah terlihat
keserasian pemikiran Suwardi dengan Douwess Dekker hingga
Suwardi diserahi pekerjaan dalam mengasuh surat kabar De
Express.
Suatu ketika Suwardi ditetapkan sebagai status tahanan
politik oleh Kolonial Belanda, bahkan akan berangkat ke tanah
pembuangan di Belanda karena tulisannya yang disiarkan
Komite Boemi Poetra berjudulAls ik een Nederlander
Was(Andai Aku Seorang Belanda). Sutartinah selalu memberi
dorongan dan semangat kepada Suwardi bahkan membantunya
dalam tiap kesulitan yang dihadapi. Sutartinah mendampingi
Suwardi berlayar menuju tanah pembuangan. Dengan adanya
Sutartinah, ketiga sahabat Tiga Serangkai, Suwardi
Suryaningrat E.F.E. Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo

Sutartinah menyadari ia dan ketiga buangan politik


mengalami kesulitan hidup di tanah pembuangan. Ia tak
tinggal diam. Untuk mengejar kebutuhan anggaran rumah
tangga para buangan politik. Sutartinah segera mencari
pekerjaan, tanpa menghiraukan musim salju yang ganas
di Belanda. Usahanya pun berhasil, akhirnya ia bekerja
sebagai guru di Taman Kanak-Kanak Frober School di
Weimaar, Den Haag dengan penghasilan yang lumayan
untuk kebutuhan hidup.
Sutartinah benar-benar menjadi partner perjuangan
pergerakan politik Suwardi di Nederland. Dimana saja
Suwardi mengadakan ceramah politiknya, Sutartinah
selalu nampak hadir. Sutartinah selalu membantu
kesibukan suaminya menggunting berita-berita atau
artikel di dalam surat kabar yang oleh Suwardi diberi
coretan merah atau biru. Disamping itu ia harus
menunjukan berita-berita penting yang ia temukan sendiri
kepada Suwardi. Hingga suatu ketika Suwardi dengan
tergesa-gesa mencari keperluan dokumen-dokumen yang
terlarang dan dibinasakan pemerintah Kolonial sebagai

Suwardi dan Sutartinah mendirikanIndonesische Pers


Partiydan memberikan masukan berita kepada surat kabar
di Belanda tentang berbagai peristiwa dan situasi di
Indonesia. Di samping itu,Indonesische Pers Partiyjuga
menerbitkan brosur-brosur dan karangan-karangan/ tulisan
mengenai Budi Oetomo, Sarekat Islam, Indische Partij, dan
lain-lain. Dengan usaha tersebut, Sutartinah dan Suwardi
berhasil membuka pikiran orang Belanda tentang HindiaBelanda dan kaum pejuang (rakyat pribumi) di daerah
jajahan itu, sekaligus membuat golongan demokrat dan
progresif mengecam kebijaksanaan pemerintah HindiaBelanda
Sebagai istri seorang jurnalis, Sutartinah menyadari
bahwa ia dituntut harus rajin membaca dan belajar serta
mengikuti perkembangan situasi.Ia menilai dan mengoreksi
bahwa meskipun Suwardi memiliki kecerdasan yang luar
biasa dan semangat juang dan keberanian yang tinggi namun
bagi Sutartinah suaminya kurang cocok untuk perjuangan di
bidang politik karena seringbrangasan( Jawa= mudah
meluap dan berkobar), dan kalau sudah marah sulit
mengendalikan emosi. Menurut penilaian Sutartinah, sebagai

Semenjak inilah maka Suwardi dan Sutartinah


mulai memikirkan lebih serius mengenai masalahmasalah perjuangan di bidang pendidikan setelah ia
pulang kembali ke Tanah Air. Suwardi mulai
mendesain tentang sifat, watak dan bentuk gerakan
kebudayaan yang akan menjangkau bidang
pendidikan dan pengajaran rakyat. Dalam diskusinya
dengan K.H Ahmad Dahlan dan K.H Fakhrudin secara
spontan Suwardi mengemukakan gagasan untuk
mendirikan satu perguruan nasional yang luas dan
mencangkup seluruh rakyat Indonesia yang
kemudian dikenal dengan perguruan Taman Siswa.
Suwardi mendirikan dan memimpin Taman Siswa,
sedang Sutartinah membina gerakan wanita
Indonesia lewat organisasi baru yaitu Wanita Taman
Siswa. Di sini ia menjabat sebagai ketua sekaligus
anggota badan penasehat pemimpin umum. Di
sampung membina organisasi wanita, Sutartinah
juga membina Taman Indria (Taman kanak-Kanak)

Betapa cerdas dan pedulinya Sutartinah dengan


perempuan pribumi hingga perempuan harus
diberdayakan dan dibina. Kegiatan dalam organisasi
wanita Taman Siswa semakin ditingkatkan.
Sutartinah sendiri dalam kedudukannya sebagai
ketua menulis beberapa artikel kewanitaan di
berbagai surat kabar dan mengadakan siaran-siaran
radio. Dalam usaha meningkatkan usaha pergerakan
kaum wanita, Sutartinah menemukan pasangan yang
berfikiran sama yang ingin menyatukan seluruh
gerakan wanita Indonesia ke dalam suatu wadah.
Mereka adalah R.A Soekonto dan R.A Suyatin. Atas
inisiatif Sutartinah, terhimpun 7 organisasi yang
kemudian mensponsori Kongres Perempuan I di
Yogyakarta. Dalam kepancaan kongres Indonesia I
Sutartinah berkedudukan sebagai anggota biasa.
Walau ia adalah pendiri ia merupakan salah satu
pengambil inisiatif. Di dalam kongres, Sutartinah

Suatu ketika Pemerintah Hindia-Belanda


mengeluarkan ordonansi sekolah liar dan menutup
kegiatan sekolah Taman Siswa. Dalam menghadapi hal
tersebut, Sutartinah dan Suwardi mengadakan
perlawanan yang gigih. Kalau Suwardi mengadakan
kampanye terbuka atas larangan sekolah liar di Jakarta
dan Bogor, Sutartinah dan pemimpin Taman Siswa lain di
Yogyakarta mengadakan gerilya pendidikan.
Di bawah arahan Sutartinah, guru Taman Siswa
mendatangi setiap rumah penduduk untuk mengajar
murid-murid di rumah masing-masing. Apabila seorang
guru ditangkap karena aksi itu, sukarelawan akan datang
menggantikan tugas guru yang tertangkap. Dengan
demikian murid belajar terus. Dengan aksi heroik itu
Taman Siswa mendapat simpati dari berbagai organisasi
pergerakan. Berpuluh-puluh orang mendaftar sebagai
sukarelawan yang siap menggantikan guru yang
tertangkap dengan konsekuensi siap pula untuk
ditangkap.

Pada tahun 1928 Suwardi Suryaningrat


mencapai umur 40 tahun. Dengan resmi Suwardi
dan Sutartinah mengganti namanya masingmasing dengan Ki Hajar Dewantara dan Nyi Hajar
Dewantara. Namanya tidak lagi menggunakan
gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini
dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat
dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
Begaimanapun tidak berlebihan apabila kita
mengatakan bahwa Sutartinah atau Nyi Hajar
Dewantara bukan hanya sekadar pelengkap, tapi
ia juga penentu utama dan memiliki peran besar
bagi kesuksesan Ki Hajar dan Taman Siswa.

nilai yang terdapat dalam


buku Nyi Hajar Dewantara

Nyi hajar dewantara seorang bangsawan yang rendah


hati, ia mengganti namanya tanpa embel embel
kebangsawanannya demi pendekatan baik dalam diri
dan jiwa kepada masyarakat. Beliau seorang yang teguh
pada pendirian, bekerja keras untuk mencapai
kemauannya, sangat peduli dengan rakyat kecil, selalu
bersyukur dan menerima keaadannya tanpa mengeluh
Beliau selalu memikirkan kepentingan bersama tanpa
memperdulikan kepentingannya sendir, menjunjung
tinggi harkat dan martabat seorang perempuan
Indonesia, menurut beliau Perempuan harus
diberdayakan dan dibina. Hingga kegigihannya
membuahkan hasil bersama dengan R.A Soekonto dan
R.A Suyatin. Atas inisiatif Sutartinah( Nyi Hajar
Dewantara), terhimpun 7 organisasi yang kemudian
mensponsori Kongres Perempuan I di Yogyakarta.

Beliau juga menjalankan tugasnya sebagai istri


dengan sangat baik, beliau selalu medukung dan
memberikan semangat serta selalu mengingatkan akan
kesalahan yang dibuat Ki Hajar Dewantara, Beliau sangat
mengerti apa kelebihan dan kekurangan suaminya, beliau
sangat memahami suaminya

Refleksi Nilai yang Terdapat dalam Buku


Non Fiksi

Nyi Hajar Dewantara seorang istri dari seorang


Jurnalis, yang sangat memahami dan mendukung
suaminya untuk melakukan perjuangan demi bangsa
Idonesia. Beliau sangat mengetahui bagaimana suaminya,
ia tidak menyarankan suaminya berjuang di bidang
politik, seperti kutipan dalam buku Ia menilai dan
mengoreksi bahwa meskipun Suwardi memiliki
kecerdasan yang luar biasa dan semangat juang dan
keberanian yang tinggi namun bagi Sutartinah suaminya
kurang cocok untuk perjuangan di bidang politik karena
seringbrangasan( Jawa= mudah meluap dan berkobar),
dan kalau sudah marah sulit mengendalikan emosi.
Menurut penilaian Sutartinah, sebagai seorang
penggempur di medan peperangan dengan sifat seperti
itu Suwardi akan mudah terperangkap jebakan musuh.
Jebakan yang dimaksud adalahpers delictsebagai senjata
kolonialis menghadapi pejuang. Dengan begitu Sutartinah
menyarankan agar Suwardi mempertimbangkan untuk
mencari senjata lain dan merubah taktik perjuangannya.

Nyi Hajar Dewantara adalah seorang yang ulet walaupun


banyak tantangan yang menimpanya seperti saat
diasingkan di Belanda ia tak menghiraukan musim salju
yang ganas dan tetap mencari pekerjaan demi memenuhi
kebutuhan tokoh yang berada dalam perasingan, dan
akhirnya ia mendapatkan pekerjaan itu. Saat Taman Siswa
ditutup ia tidak menyerah, ia melakukan gerilya pendidikan,
para sukarelawan banyak yang ditangkap dan digantikan
dengan sukarelawan lain, kegiatan itu menimbulkan simpati
dari organisasi organisasi lain juga mendapat dukungan dari
para warga pribumi, semakin banyak yang mendaftarkan
sebagai sukarelawan dan siap ditangkap, dan pada akhirnya
Taman Siswa kembali dibuka. Darisini dapat kita ambil
simpulan bahwa semua masalah akan ada jalan keluarnya
asalkan kita, berusaha, pantang menyerah dan selalu
berdoa.

Dari kutipan di atas dapat kita ambil


pelajaran bahwa kita harus bisa mengatur emosi
kita, jangan sampai diri kita dikuasai oleh emosi
kita sendri, namun sayangnya masih banyak
orang orang pada sat ini yang lebih
mnegutamakan emosinya lebih mementingkan
dirinya sendiri (egois) cepat menyerah dan tidak
peduli dengan orang lain, semoga dengan
adanya buku ini pembaca akan sadar dan
memperbaiki sifatnya

Ikhtisar Novel Pacarku Hantu


ANNA, mahasiswi, mempunyai kegelisahan tentang cinta dan napsu. Baginya pacaran
identik dengan persentuhan, ciuman, pelukan, bahkan lebih parah lagi hubungan suami
istri. Itulah makanya dia menolak didekati TEDDY, seniornya, yang selalu berusaha
melumerkan hatinya yang terlanjur dingin dengan laki-laki.
Sehabis mid semester Anna yang tinggal di rumah di Jakarta pulang ke Bandung naik
bus Primajaya tepat pukul 18.15. Di dalam bus itu Anna berkenalan dengan DANANG,
pemuda tampan yang simpati. Mereka ternyata punya pikiran yang sama, punya
pandangan tentang cinta yang sama. Bahkan Danang mengaku terpaksa harus menelan
kenyataan pahit, DIAN pacarnya menikah dengan laki-laki lain gara-gara Danang tidak
pernah menyentuhnya.
Dalam waktu singkat keduanya langsung akrab. Begitu sampai di Bandung Danang
mengantar sampai di depan pintu pagar rumah Anna. Setelah masuk rumahnya Anna baru
sadar jam dinding dan arlojinya menunjuk pukul 18.30. Anna pingsan karena shock
menyadari bus Jakarta-Bandung yang biasa ditempuh selama 4 jam sudah sampai tujuan
cuma dalam waktu 15 menit.
Bik MIMI, pembantunya, menceritakan kalau memang ada bus hantu yang berkeliaran
di sepanjang Jakarta-Bandung. Bus hantu itu adalah korban kecelakaan di sebuah
pelintasan kereta api, dimana pernah ada bus yang ditabrak kereta api sehingga semua
penumpang dan awak busnya tewas.

Kemudian Anna mendatangi DEWI, yang menurut penuturan Bik


Mimi pernah naik bus hantu. Ketika ditanya soal Danang, Dewi tidak
bisa bercerita karena pemuda yang duduk di sebelahnya itu tidur
melulu. Belakangan Anna mengetahui dari para tetangga Dewi kalau
perempuan itu setelah naik bus hantu hilang ingatan. Mereka justru
mengaku heran, bagaimana mungkin Anna bisa bicara lama dengan
Dewi yang gila?
Perkembangan selanjutnya Danang sering datang dalam mimpimimpi Anna. Untuk pertama kali dalam hidupnya Anna bisa
merasakan arti kebahagiaan bersama seorang laki-laki. Kedua insan
dari dua alam yang berbeda itu berpacaran tanpa persentuhan.
Namun ada kalanya Danang juga bisa muncul mendadak dalam
kehidupan nyata. Salah satunya pernah muncul sebagai pemuda
kaya, bermobil mewah, menjemput Anna yang tengah diolok-olok LIA
dan MIDA, dua teman kuliahnya, karena waktu pulang kuliah mereka
dijemput pacar masing-masing sementara Anna yang dikenal dingin
pada laki-laki tidak ada yang menjemputnya. Juga Danang pernah
muncul menghajar Teddy yang dengan kasar mengata-ngatai Anna
yang menolak cintanya.

Karena kehujanan sehabis pulang kuliah suatu malam Anna


sakit keras. Dia pernah mendengar pembicaraan orang, kalau
mimpi diajak pergi atau diajak menikah dengan orang yang
sudah mati berarti diajak mati. Dalam sakitnya Danang
mendatanginya dan mengajaknya untuk menikah.
Disaat-saat yang penuh kecemasan dan kepanikan, muncul
sosok Danang dengan pakaian pengantin adat sunda. Tanpa
disadari kedua sahabatnya, jasad Anna keluar dan bangkit dari
tubuh Anna dengan berpakaian pengantin adat sunda. Kembali
Danang meyakinkan Anna. Tak ada pilihan lagi, Anna tak bisa
lagi berpisah dengan Danang karena Danang nggak mungkin
hidup lagi. Sementara Anna bisa menyatu ke alam Danang.

Refleksi Nilai yang


Terdapat dalam Buku Fiksi
Di dalam cerita ini tersirat bahwa dalam persahabatan harus
saling mengerti satu sama lain, saling membantu, saling
mendukung, dan saling menyayangi.Novel ini memberikan
pesan penting untuk para remaja agar tidak terjebak atau
tertarik untuk mencoba pergaulan bebas, masa depan yang
akan ditempuh akan lebih panjang jangan sampai masa remaja
merusak masa depanmu. Kita harus saling menghargai dan
menolong sau sama lain karena manusia adalah makhluk
sosial yang juga membutuhkan bantuan orang lain. Semoga
dengan adanya novel ini pembaca akan sadar dan
memperbaiki dirinya.

Perhatikan kutipan Novel berikut!


Bapak selalu membanding-bandingkan aku dengan Mas Bagus,
abangku yang kuliah dijurusan pertambangan. Mas Bagus selalu
baik dimata bapak. Bapak selalu membanggakan prestasi Mas
Bagus karena selalu menjadi juara kelas ketika masih di SMU.
Adapun aku, meskipun pernah masuk peringkat sepuluh
besartapi nilai raporku tak setinggi nilai rapor Mas Bagus.
Watak tokoh Bapak dalam kutipan novel tersebut adalah
A.Suka membanding bandingkan anaknya
B. Selalu membela anak yang lebih kecil
C. Tokoh tidak perhatian pada keluarganya
D. Membandingkan tokoh aku dengan Bagus

Pembahasan :
Watak adalah kepribadian yang dimiliki oleh tokoh yang ada
dalam cerita. Watak Bapak dalam kutipan novel tersebut
adalahsuka membanding bandingkan anaknya.
Jawabannya A

Rupa senang, nampak di luar sentosa, selesai, tetapi didalam kusut


sebagai benang dilanda ayam. Bagaimana hidup akan senang, kalau tiada
berkecukupan ? Dan bagaimana pula hidup akan dapat berkecukupan,
kalau bayang-bayang tiada sepanjang badan, kalau belanja
tiada25.diukur dengan pendapatan ? Gaji Suria pun kecil, pintu rezeki
kami sangat sempit. Aku tahu dan Suria pun lebih tahu lagi ! Tetapi ia .....
priyai amtenar BB), mesti hidup lebih daripada orang kebanyakan !
Lonjaknya, gayanya, jika tidak akan lebih mesti sama dengan amtenar
lain-lain. Ia harus mulia dimata orang ! Akan mencapai ketegakan serupa
itu dan akan memelihara derajat jangan sampai turun, walau pasak besar
daripada tiang sekalipun, ia tiada peduli apa-apa rupanya.
Katak Hendak Jadi Lembukarya Nur St. Iskandar
Amanat yang terkandung dalam penggalan novel di atas adalah .....
a. seorang pegawai kecil tidak boleh hidup mewah
b. tampilkan kehidupan yang wajar, apa adanya
c. ciptakan kedamaian dalam keluarga anda agar kehidupan menjadi
tenang
d. suami harus bertanggung jawab atas keperluan keluarganya
e. jangan hidup berlebihan kalau tidak sesuai dengan penghasilan yang
diterima

Eko tersentak sebentar dari lamunannya memandangi bukit-bukit,


kemudian memandang Claire dengan tersenyum. Eko tersentak
sebentar dari lamunannya memandangi bukit-bukit, kemudian
memandang Claire dengan tersenyum.
Kau mau terjemahan yang mana?Yang biasa atau yang patriotik?
Yang mana saja. Aku cuma mau mendengar suara itu dalam
bahasamu.
Eko kemudian dengan suara yang digagah-gagahkan
menerjemahkan kalimat yang ditanyakan Calire.
Berbakti kepada rakyat dan negera
Wow, kedengarannya serius sekali, Ko.
Ya, ini semacam janji yang serius sekali.
Janji?
Ya, Ya ini janjiku kepada orang tua saya, kepada seluruh keluarga
besar saya.
Kepda keluarga besar segala.
Ya, begitulah kami. Hidup bersama keluarga besar

Nilai budaya yang terkandung dalam penggalan novel di atas


adalah Eko sebagai salah seorang Indonesia memiliki .
A.Jiwa patriotik
B.Rasa cinta tanah air
C.Rasa cinta kepada rakyat dan negara
D.Kepekaan terhadap negara
E.Rasa cinta kepada keluarga besar

Dan Ndoro Seten, menurut Bapak, begitu saja menghadiahi nama kepada
embok saya waktu diketahuinya Embok hamil tua.nanti kalau anakmu itu
laki-laki, Mbok, namakan Soedarsono, kata Ndoro Seten. Embok saya
terkejut mendengar nama itu. Menurut Embok, sesungguhnya ia ingin
memberi nama salam (meskipun kami tidak sembahyang) seperti Ngali
atau Ngusman. Bukankah nama bapak sya juga Kasan? Tetapi bapak saya
meyakinkan embok untuk menerima saja pemberian nama itu. Embok
masih bimbang, takut jangan-jangan naam itu nama yang terlalu berat bagi
bayi seorang anak desa. Jangan-jangan jadi pendek umur anak itu nanti,
begitu kekhawatiran Embok. Tetapi Bapak terus membujuk dan meyakinkan
embok bahwa kita tidak usah khawatir akan mengalami bencana itu. Wong
paringan hadiah dari priyayi tinggi kok dikhawatirkan, tutur Bapak.
Unsur ekstrinsik yang terdapat dalam penggalan novel di atas adalah
masalah.
A.Sosial
B.Budaya
C.Politik
D.Ekonomi
E.Keagamaan

(1) Sejurus lamanya timbul pikiran dan berkata ia dalam hati


Baiklah kemalangan ini kuserahkan saja pada-Nya. (2) Budi
menyapu air mata adiknya sambil berkata, Diamlah Gus,
jangan menangis. Ini aku bawakan nasi sebungkus. (3) Agus
menerima bungkusan lalu makanlah ia dalam gelap gulita itu.
(4) Budi pun termenung dalam kegelapan malam.
Bukti nilai agama terdapat pada kalimat bernomor ....
A. (4)

C. (2)

B. (3)

D. (1)

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai