Anda di halaman 1dari 48

Toksin yang berasal

dari Bakteri
Nanda Putri Utami
1211012013

Clostridium botulinum

Pertama kali ditemukan pada tahun


1896 oleh Emile van ermengem.
Merupakan bakteri penyebab
keracunan makanan.
Toksin dari bakteri Clostridium
botulinum disebut botulin.

Karakteristik umum
Termasuk ke dalam bakteri gram
positif, anaerob obligat, motil, dan
menghasilkan spora.
Bakteri ini dapat memproduksi racun
syaraf yang kuat.
Spora dari bakteri ini tahan terhadap
panas.

Tipe toksin botulisme


Ada tujuh tipe toksin botulisme (A, B, C,
D, E, F dan G) yang dikenal,
berdasarkan ciri khas antigen dari racun
yang diproduksi oleh setiap strain.
Tipe A, B, E, dan F dapat menyebabkan
botulisme pada manusia.
Tipe C dan D menyebabkan sebagian
besar botulisme pada hewan.

Tipe toksin botulisme


Hewan yang paling sering terinfeksi
adalah unggas liar dan unggas
ternak, sapi, kuda, dan beberapa
jenis ikan.
Ikan sangat sensitif terhadap toksin
tipe E.
Tipe G terdapat pada tanah.
Walaupun tipe G telah diisolasi dari
tanah di Argentina, belum ada kasus
yang diketahui disebabkan oleh

Clostridium botulinum group


I

Clostridium botulinum group


II

Clostridium botulinum bagian dalam

Food botulisme
Merupakan penyakit akibat toksin
dari bakteri Clostridium botulinum
berupa keracunan makanan.
Produk makanan yang dapat menjadi
perantara bakteri ini seperti
makanan olahan daging, sosis,
sayuran dan buah kaleng, dan
produk makanan laut.

Gejala dan tanda food


botulisme
Tanda-tanda keracunan food
botulisme yaitu:
- tenggorokan kaku
- mata berkunang-kunang
- kejang yang dapat menyebabkan
kematian karena sukar bernapas.
Hal ini dikarenakan bakteri ini terhirup
maka mengakibatkan kejang pada
sal pernafasan.

Gejala umum food botulisme:


-Mengalami kesulitan dalam berbicara dan menelan
makanan.
- Mulut kering.
- Terasa lemas di bagian wajah.
- Pandangan kabur atau membayang
- Kelopak mata jatuh/turun
- Sulit bernafas
- Mual, muntah, kram pada bagian perut
- Mengalami kejang otot (paralysis).

Gejalanya terjadi tiba-tiba, biasanya 18-36


jam setelah toksin masuk, tapi dapat
terjadi 4 jam atau paling lambat 8 hari
setelah toksin masuk.
Makin banyak toksin yang masuk, makin
cepat seseorang akan sakit.
Pada umumnya, seseorang yang menjadi
sakit dalam 24 jam setelah makan
makanan yang tercemar, akan mengalami
penyakit yang sangat parah.

Jalan masuk infeksi:


Makanan/minuman : pencernaan
Gigitan/luka/suntikan : kulit dan darah
Mukosa mulut/hidung/vagina/anus
Bakteri bekerja tdk spesifik sehingga harus bekerja d
laminar air flow.
Jadi bakteri akan menginfeksi bagian yang
terkontaminasi/yang berhubungan langsung dengan
bakteri
Virus bekerja sgt spesifik
Virus HPV menginfeksi serviks : sehingga hanya akan masuk
lewat vagina atau mulut
Virus influenza atau avian flu : masuk lewat pernafasan

Diagnosis
Pada foodborne botulisme, diagnosis ditegakkan
berdasarkan pola yang khas dari gangguan saraf
dan otot.
Tetapi gejala ini sering dikelirukan dengan
penyebab lain dari kelumpuhan, misalnya stroke.
Adanya makanan yang diduga sebagai sumber
kelainan ini juga merupakan petunjuk tambahan.
Jika botulisme terjadi pada 2 orang atau lebih
yang memakan makanan yang sama dan di
tempat yang sama, maka akan lebih mudah
untuk menegakkan diagnosis.

Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan


pemeriksaan darah untuk menemukan
adanya toksin atau biakan contoh tinja
untuk menumbuhkan bakteri penyebabnya.
Toksin juga dapat diidentifikasi dalam
makanan yang dicurigai.
Elektromiografi (pemeriksaan untuk
menguji aktivitas listrik dari otot)
menujukkan kontraksi otot yang abnormal
setelah diberikan rangsangan listrik.
Tapi hal ini tidak ditemukan pada setiap
kasus botulisme.

Infant botulisme
Infant botulisme atau dikenal dengan
botulisme pada bayi, terjadi pertama
kali pada 1976.
Botulisme tipe ini disebabkan karena
konsumsi spora C. botulinum yang
kemudian menghuni usus dan
memproduksi racun dalam saluran
usus bayi (intestinal toxemia
botulism).

Madu merupakan sumber spora


Clostridium botulinum yang
dipastikan sebagai penyebab infant
botulisme.

Gejala infant botulisme


Gejala infant botulisme:
- konstipasi / sembelit
- hilangnya nafsu makan
- keluarnya air liur
- tangis yang keras
- lemah
- kelumpuhan saraf dan otot
- kelumpuhan otot pernafasan

Diagnosis infant botulisme


Diagnosis infant botulisme:
adanya bakteri atau toksin maupun
spora Clostridium botulinum pada
tinja bayi memperkuat infant
botulisme.

Wound botulisme
Disebut juga dengan botulisme pada luka.
Penyakit akan timbul pada luka yang
terkontaminasi bakteri Clostridium
botulinum, baik secara tunggal maupun
bersama dengan mikroorganisme lain.
Proses terjadinya wound botulisme:
luka -> terpapar bakteri C. botulinum dan
atau bakteri lain -> infeksi ->
racun/toksin -> masuk ke aliran darah ->
menyebar ke bagian tubuh lain.

Pencegahan
Mencegah botulisme bayi:
1. Dari hasil penelitian, madu acapkali sebagai
sumber kontaminan, oleh karena itu sebaiknya
tidak diberikan pada bayi berusia dibawah satu
tahun.
2. Selain itu, apabila memberikan susu formula,
perhatikan tata cara perlakuan sebelum
dikonsumsi bayi. Diantaranya merebus botol
susu, menutup segera bungkus susu yang tersisa
dan menyimpannya di tempat yang aman dan
bersih.

Mencegah botulisme makanan:


1. Sebelum membeli makanan kaleng,
perhatikan bentuk wadahnya. Bentuk yang
terkontaminasi kembung secara menonjol,
relatif jauh berbeda dengan yang normal.
2. Ikuti tata cara perlakuan sebelum
mengkonsumsi makanan awetan, khususnya
yang dikalengkan, atau rebus hingga mendidih
selama 10 menit, waktu dihitung mulai saat
mendidih. Akan jauh lebih baik apabila direbus
di dalam panci presto. Demikian juga untuk
jenis makanan awetan tertutup lainnya.

Mencegah botulisme luka:


1. Menghindari luka dari kotoran
khususnya dari tanah.
2. Segera memberikan cairan
antiseptik.
3. Tidak menutup luka rapat-rapat
(kedap udara).

Clostridium perfringens

Karakter bakteri Clostridium perfringens:


- berbentuk batang
- anaerobik
- Gram-positif
- membentuk spora.
Bakteri ini tersebar luas di lingkungan dan
sering terdapat di dalam usus manusia,
hewan peliharaan dan hewan liar.
Spora organisme ini dapat bertahan di tanah,
endapan, dan tempat-tempat yang tercemar
kotoran manusia atau hewan.

Toksin bakteri ini menyebabkan keracunan


makanan perfringens.
Penyakit yang ditimbulkan strain type C
ini dikenal sebagai enteritis necroticans
atau penyakit pig-bel.
Gastroenteritis adalah salah satu penyakit
yang disebakan oleh Clostridium
perfringens.Gastroenteritis ini disebabkan
karena memakan makanan yang tercemar
oleh toksin (racun) yang dihasilkan oleh
bakteri Clostridium perfringens.

Gejala dan diagnosis


penyakit
Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini

yaitu:
- kram perut
- diare (mulai terjadi 8-22 jam setelah
terpapar toksin)
- perut kembung karena penimbunan gas
- dehidrasi
- syok
Keracunan perfringens didiagnosis dari
gejala-gejalanya dan waktu dimulainya
gejala yang agak lama setelah infeksi.

Lamanya waktu antara infeksi dan


timbulnya gejala merupakan ciri khas
penyakit ini.
Diagnosis dipastikan dengan memeriksa
adanya racun dalam kotoran pasien.
Konfirmasi secara bakteriologis juga dapat
dilakukan apabila ditemukan sangat
banyak bakteri penyebab penyakit di
dalam makanan atau di dalam kotoran
pasien.

Clostridium tetani

Karakteristik
Karakteristik umum bakteri ini yaitu:
- berbentuk batang lurus
- berukuran panjang 2-5 mikron, lebar 0,4-0,5
mikron
- anaerobik
- bakteri gram positif
- menghasilkan spora
Bakteri ini menyebabkan penyakit tetanus
dengan membentuk eksotoksin yang disebut
tetanospamin.

Tetanus adalah suatu toksemia akut


yang disebabkan oleh neurotoksin
yang dihasilkan oleh Clostridium
tetani dan ditandai dengan spasme
otot yang periodik dan berat.

Gejala tetanus
Adapun gejala dari penyakit tetanus yaitu:
1.Trismus (kesukaran membuka mulut) karena
spasme otot-otot mastikatoris
2.Kaku kuduk sampai opistotonus (karena
ketegangan otot-otot erektor trunki)
3.Ketegangan otot dinding perut
4.Kejang tonik terutama bila dirangsang (karena
toksin yang terdapat di kornu anterior)
5.Risus sardonikus, karena spasme otot muka (alis
tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan
ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi)

6. Kesukaran menelan, gelisah, mudah


terangsang, nyeri kepala, nyeri anggota badan
7.Spasme yang khas, yaitu badan kaku dengan
opistotonus, ekstremitas inferior dalam
keadaan ekstensi, lengan kaku dan tangan
mengepal kuat.
8.Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan
pada otot pernapasan dan laring.
9.Demam biasanya tidak tinggi dan terdapat
pada stadium akhir.
10.Biasanya terdapat leukositosis ringan dan
kadang-kadang peninggian tekanan
intrakranial.

Pengobatan tetanus
1. Antibiotika -> penisilin
2. Antitoksin -> human tetanus
immunoglobulin
3. Antikonvulsan

Escherichia coli

Karakteristik
Karakteristik umum:
- merupakan batang gram negatif.
- terdapat tunggal, berpasangan, dan
dalam rantai pendek.
- biasanya tidak berkapsul.
- tidak berspora.

- motil atau tidak motil.


- aerobik, anaerobik fakultatif.
- penghuni normal usus, seringkali
menyebabkan infeksi.
- koloni bundar, cembung, dan halus
dengan tepi yang nyata.

Beberapa galur E. coli yang dapat


menyebabkan penyakit pada manusia adalah:
- enterotoksigenik
- enterohaemorrhagik
- enteropatogenik
- enteroinuasiue
- enteroagregatif
Toksin dari bakteri E. Coli disebut shiga.
Racun E. coli paling sering menyebabkan
masalah perut dan usus, seperti diare dan
muntah.

Sumber penyebaran

Daging
Susu dan keju
Buah dan sayuran
Kolam renang, danau, sungai, dll

Penyakit akibat E. coli


1. Infeksi saluran kemih
E. coli merupakan penyebab infeksi
saluran kemih pada kira-kira 90 %
wanita muda. Gejala dan tandatandanya antara lain sering kencing,
disuria, hematuria, dan piuria. Nyeri
pinggang berhubungan dengan
infeksi saluran kemih bagian atas.

2. Diare
E. coli yang menyebabkan diare
banyak ditemukan di seluruh dunia.
E. Coli diklasifikasikan oleh ciri khas
sifat-sifat virulensinya, dan setiap
kelompok menimbulkan penyakit
melalui mekanisme yang berbeda.

3. Sepsis
Bila pertahanan inang normal tidak
mencukupi, E. coli dapat memasuki aliran
darah dan menyebabkan sepsis.

4. Meningitis
E. coli dan Streptokokus adalah penyebab
utama meningitis pada bayi.
E. Coli merupakan penyebab pada sekitar
40% kasus meningitis neonatal.

Pengobatan infeksi E. coli


Infeksi oleh E. coli dapat diobati
menggunakan antibiotika seperti:
- sulfonamida
- ampisilin
- sefalosporin
- kloramfenikol
- tetrasiklin
- aminoglikosida.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai