Anda di halaman 1dari 31

Pemeriksaan pajak wajib pajak

orang pribadi
Kelompok 4
1. Esti Widayanti (F3414033)
2. Hendrawa Adi W. (F3414041)
3. Kurnia Ramadhani S.

(F3414052)

Dasar Hukum Pajak


Penghasilan Orang Pibadi
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah


terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Pasal 25 ayat (7)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008
tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak
Penghasilan Dalam Tahun Pajak Berjalan Yang Harus
Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa Guna
Usaha Dengan Hak Opsi, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha Milik Daerah, Wajib Pajak Masuk Bursa dan Wajib
Pajak Lainnya yang berdasarkan Ketentuan Diharuskan
Membuat Laporan Keuangan Berkala Termasuk Wajib Pajak
Orang Pribadi Pengusaha Tertentu sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
208/PMK.03/2009

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2010

tentang Pelaksanaan Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal


25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
541/KMK.04/2000 sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan
Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyeroran Pajak,
Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara
Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata
Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-

254/PMK.03/2008 tentang Penetapan


Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan
Pekerjaan dari Pegawai Harian dan
Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap
Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan
Pajak Penghasilan.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-57/PJ/2009 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran,
dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal

Pengertian-Pengertian
Wajib

Pajak Orang Pribadi adalah orang yang


memperoleh penghasilan baik sebagaiseorang yang
bekerja dari satu, beberapa perusahaan atau pemegang
saham atau komisaris atau pegawai menengah atau
pegawai rendah ataupekerja mandiri seperti dokter,
notaris, pengacara.

Pajak

Penghasilan
adalahPajakNegara
yang
dikenakan terhadap setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh WajibPajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan WajibPajakyang bersangkutan.

Hal- hal yang berkaitan


dengan pemeriksaan terhadap
Wajib Pajak Orang Pribadi.

Penghasilan Yang Dilaporkan


Dalam SPT
Wajib
Pajak
Orang
Pribadi
melaporkan
penghasilannya
dengan
mengisi
dan
memasukkan SPT Wajib Pajak Orang Pribadi.
Penghasilan yangdilaporkan biasanya terdiri
dari penghasilan dari usaha adalah penghasilan
yang diperoleh dari kegiatan usaha seperti
berdagang atau memproduksi barang atau
produk tertentu. Penghasilan dari pekerjaan
bebas adalah penghasilan yang diperoleh dari
kegiatan dalam profesi tertentu seperti dokter,
pengacara,
notaris/PPAT,
konsultan,
dan
sebagainya.

Daftar Biaya Hidup


Daftar biaya hidup adalah sebuah daftar yang berisi
rincian dari biaya hidup Anda selama periode tertentu
yang biasanya adalah bulanan. Di dalamnya Anda harus
mengisikan jumlah rata-rata dari pengeluaran untuk
makan dan minum, telpon/komunikasi, listrik, air,
transport/BBM, langganan koran/majalah, dan semua
biaya lain yang Anda keluarkan secara rutin. Daftar ini
diperlukan
Pemeriksa
dalam
rangka
melakukan
penilaian terhadap gaya hidup Anda. Lebih detilnya,
yang akan dinilai oleh pemeriksa adalah keseimbangan
antara pengeluaran yang Anda lakukan dengan
penerimaan yang Anda terima. logikanya, jika Anda
melakukan berbagai pengeluaran yang besar jumlahnya

Daftar Keluarga
Pemeriksa akan meminta Daftar Keluarga
untuk menentukan pihak-pihak yang Anda
tanggung biaya hidupnya. Peraturan pajak
membatasi jumlah tanggungan yang boleh
Anda akui. Batasan ini lebih banyak
dilatarbelakangi oleh masalah keadilan dan
pemerataan. Jika batasan ini ditiadakan,
maka demi kepentingan pajak setiap Wajib
Pajak Orang Pribadi akan berlomba-lomba
memasukkan nama orang sekampung ke
dalam daftar ini. Secara administratif,
batasan ini berkaitan dengan masalah PTKP.

Daftar Harta
Pemeriksa akan meneliti dan menguji
kebenaran dan keabsahan dari harta yang
Anda klaim sebagai milik Anda. Informasi ini
akan diperoleh dari Daftar Harta yang
diajukan kepada Anda dan kemudian harus
Anda
isi.
Daftar
itu
harus
bisa
menginformasikan jenis, tahun perolehan,
nilai perolehan, proses perolehan (jual-beli,
hibah, warisan, dan lain-lain), dan berbagai
mutasi serta perubahan yang terjadi. Hal ini
juga termasuk perubahan-perubahan yang
bersifat penambahan atau pengurangan unit
harta seperti perluasan rumah atau tanah.

Daftar Rekening
Tabungan atau Deposito
Satu lagi daftar yang akan diajukan
Pemeriksa dan anda diharuskan mengisinya
adalah daftar dari semua rekening tabungan
atau deposito yang Anda miliki. Semua
berarti seluruh rekening dan deposito yang
Anda miliki ditambah dengan semua
rekening dan deposito dari orang-orang yang
statusnya masih dalam tanggungan Anda.
Selain daftar itu, Pemeriksa juga akan
meminta dokumen yang melengkapinya
seperti bank statement, deposito, atau buku
tabungannya sendiri. Pemeriksa juga akan
meminta sebuah pernyataan tertulis dari

Daftar Kartu Kredit


Daftar terakhir yang akan diminta oleh
Pemeriksa adalah Daftar Kartu Kredit. Pada
masa sekarang adalah lumrah jika seseorang
memiliki lebih dari satu kartu kredit. Seperti
juga daftar sebelumnya, daftar ini juga
mencakup kartu kredit yang dimiliki oleh
orang yang masih dalam tanggungan Anda
dan sebuah pernyataan tentang tidak
adanya kartu kredit lain yang belum Anda
laporkan. Pemeriksa juga akan meminta
statement penagihan dari pengelola kartu
kredit.

Macam-Macam Jenis PPh WP


OP

PPh Pasal 21
PPh pasal 21 adalah pasal yang mengatur pajak yang

dikenakan terhadap penghasilan yang diterima dari


pekerjaan / jasa baik dalam hubungan kerja maupun
dari pekerjaan bebas oleh WP perorangan dalam
negeri.
Subjek pajak PPh pasal 21 adalah :
1.Pegawai
2.Penerima pensiun
3.Penerima honorarium
4.Penerima upah
5.Orang pribadi lainnya yang menerima /
memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari pemotong pajak.

Tarif PPh Pasal 21

Penghasilan Netto Kena


Pajak
Sampai dengan 50 juta
50 juta sampai dengan 250
juta
250 juta sampai dengan 500
juta
Diatas 500 juta

Tarif Pajak
5%
15%
25%
30%

PPh Pasal 22
PPh pasal 22 membahas tentang penghasilan

yang berasal dari penjualan pada instansi


pemerintah, impor, dan industri tertentu
(industri rokok, industri kertas, industri
otomotif, industri semen, industri baja,
Pertamina Bulog untuk tepung terigu dan
gula pasir).

Tarif PPh Pasal 22


Atasimpor:
yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x

nilai impor;
non-API = 7,5% x nilai impor;
yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.
Ataspembelian barang yang dilakukan oleh DJPB,

Bendahara Pemerintah, BUMN/BUMD= 1,5% x harga


pembelian (tidak termasuk PPN dan tidak final.)
Ataspenjualan hasil produksiditetapkan berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak, yaitu:
Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final)
Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final)
Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final)
Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final)

Ataspenjualan hasil produksiatau penyerahan

barang oleh produsen atau importir bahan bakar


minyak,gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:
Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen,

bersifat final. Selain penyalur/agen bersifat tidak final


Ataspembelian bahan-bahan untuk keperluan

industriatau ekspor dari pedagang pengumpul


ditetapkan = 0,25 % x harga pembelian (tidak
termasuk PPN)
Atasimpor kedelai, gandum, dan tepung
terigu oleh importiryang menggunakan API =
0,5% x nilai impor.

Ataspenjualan
Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000,Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp

10.000.000.000,Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya


lebih dari Rp 10.000.000.000,- dan luas bangunan lebih dari 500 m2.
Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000,- dan/atau luas bangunan
lebih dari 400 m2.
Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10
orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle(suv),multi purpose
vehicle(mpv), minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp
5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) dan dengan kapasitas silinder lebih
dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk PPN dan
PPnBM.
Untuk yangtidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih

tinggidari tarif PPh Pasal 22.

PPh Pasal 23
PPh pasal 23 membahas tentang penghasilan

yang diperoleh dari penggunaan harta atau


modal (deviden, bunga, royalti, hadiah
penghargaan, sewa, dan jasa).

Tarif PPh Pasal 23


Tarif 15% dari jumlah bruto atas :

Dividen, kecuali pembagian dividen kepada


orang pribadi dikenakan final, bunga dan
royalti;
Hadiah dan penghargaan, selain yang telah
dipotong PPh pasal 21;
Tarif 2% dari jumlah bruto atas sewa dan
penghasilan lain yang berkaitan dengan
penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau
bangunan.
Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa
teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi dan
jasa konsultan.

PPh Pasal 24
PPh pasal 24 membahas tentang penghasilan

yang berasal dari luar negeri. Pada prinsinya


dalam PPh pasal 24 adalah mencari besarnya
pajak yang bisa dikreditkan dengan jalan
membandingkan antara pajak yang dipungut
di luar negeri dengan batas maksimum kredit
pajak dipilih yang terkecil.
Batas maksimum kredit pajak = penghasilan

dari luar negeri/ PKP x PPh terutang

PPh Pasal 25
PPh pasal 25 membahas tentang angsuran

pajak yang menggunakan stelsel anggapan.


Ansuran pajak/ bulan = PPh terutang kredit
pajak /12

Tarif PPh Pasal 25


Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha

Tertentu (WP OPPT), yaitu yang


melakukan usaha penjualan barang, baik
grosir maupun eceran, serta jasa dengan
satu atau lebih tempat usaha. PPh 25 bagi
OPPT = 0.75% x omzet bulanan tiap
masing-masing tempat usaha.
Wajib Pajak Orang Pribadi Selain
Pengusaha Tertentu (WP OPSPT),
yaitu pekerja bebas atau karyawan, yang
tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi
OPSPT = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x
Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh (12

PPh Pasal 26
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh

yang dikenakan/ dipotong


atas penghasilan yang bersumberdari
Indonesia yang diterima /diperoleh
Wajib Pajak(WP) luar negeri selain bentuk
usaha tetap (BUT) diIndonesia.

Tarif PPh Pasal 26


Tarif 20% (final) atas jumlah bruto dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Dividen
Bunga, termasuk premium, diskonto, insentif yang
terkait dengan jaminan pembayaran pinjaman
Royalti, sewa, dan pendapatan lain yang terkait
dengan penggunaan aset
Insentif yang berkaitan dengan jasa, pekerjaan,
dan kegiatan
Hadiah dan penghargaan
Pensiun dan pembayaran berkala
Premi swap dan transaksi lindung lainnya
Perolehan keuntungan dari penghapusan utang

Tarif 20% (final) dari laba bersih yang

diharapkan dari:
1. Pendapatan dari penjualan aset di Indonesia
2. Premi asuransi, premi reasuransi yang
dibayarkan langsung maupun melalui pialang
kepada perusahaan asuransi di luar negeri.
Tarif 20% (final) dari laba bersihyang
diharapkan selama penjualan atau pengalihan
saham perusahaan antara perusahaan media atau
perusahaan tujuan khusus yang didirikan atau
bertempat di negara yang memberikan
perlindungan pajak yang memiliki hubungan khusus
untuk suatu entitas atau bentuk usaha tetap (BUT)
didirikan di Indonesia.
Tarif 20% yang dipungut dari penghasilan

Pajak Final (Pasal 4 ayat PPh 2)


Pemotongan PPh pasal 4 ayat 2 adalah

bersifat final
Pemotongan pajak yang dilakukan oleh
pihak pemberi penghasilan sehubungan
dengan pembayaran untuk objek tertentu
seperti sewa tanah dan /atau bangunan,
jasa kontruksi, pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan dan lainnya. Yang
dimaksud final disini bahwa pajak yang
dipotong, dipungut oleh pihak pemberi
penghasilan atau dibayar sendiri oleh pihak
penerima penghasilan, penghitungan
pajaknya sudah selesai dan tidak dapat

Tarif PPh Pasal 4 (2)


Bunga depositodan jenis-jenis tabungan, Sertifikat Bank Indonesia

(SBI) dan diskon jasa giro,tarif sebesar 20%sebagaimana diatur


dalam Peraturan Pemerintah Nomor 131 tahun 2000 dan turunannya
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK. 04/2001.
Bunga simpananyang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
masing-masing, dengantarif sebesar 10%sebagaimana diatur
dalam Pasal 17 (7) dan turunannya Peraturan Pemerintah Nomor 15
tahun 2009.
Bunga dari kewajiban, dengan berbagaitarif dari 0% sampai
20%. Penjelasan lebih lanjut dapat ditemukan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 16 tahun 2009.
Dividenyang diterima oleh Indonesia Wajib Pajak orang
pribadi,tarif sebesar 10%sebagaimana diatur dalam Pasal 17 (2c).
Hadiah lotere / undian,tarif sebesar 25%sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 132 tahun 2000.

Transaksi derivatifdalam bentuk berjangka panjang

yang diperdagangkan di bursa, dengantarif sebesar


2,5%sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 17 tahun 2009.
Transaksi penjualan saham pendiri, dan saham nonfounder (bukan pendiri),tarif sebesar 0,5% dan
0,1%masing-masing, sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 14 tahun 1997, yang derivatif-nya
berupa turunan Menteri Keuangan No 282/KMK.04/1997,
yang SE-15/PJ.42/1997 dan SE-06/PJ.4/1997.
Jasa konstruksi, dengan berbagaitarif dari 2% sampai
6%. Penjelasan lebih lanjut dapat ditemukan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2008 dan
turunannya Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 2009.

Sewa atas tanah dan / atau bangunan,

dengantarif 10%sebagaimana diatur dalam


Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1996 dan
turunannya Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun
2002.
Pengalihan hak atas tanah dan / atau
bangunan(termasuk usaha real estate),tarif
sebesar 5%sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 71 tahun 2008.
Transaksi penjualan sahamatau pengalihan
ibukota mitra perusahaan yang diterima oleh modal
usaha, dengantarif 0,1%sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 1995.

Anda mungkin juga menyukai