Anda di halaman 1dari 16

KARBONISASI BATUBARA

Pengertian
Karbonisasi

Proses Karbonisasi

Tujuan Karbonisasi

Kokas

Briket
Kesimpulan

Ollyngga Mirza Arumi 11.2014.1.00462


Intan Srisuryani
11.2014.1.00480
Christoper Reynold Erong 11.2014.1.00492
Bernarth Richart Gian K 11.2014.1.00470
Hengky Rizky Romadhona 11.2014.1.00486
Umbu Aryad Tunggu Djam 11.2014.1.00474
Izak Sanda Salu
11.2015.1.90054
Brygita Sari Bunga
11.2015.1.90064

Pengertian
Karbonisasi

Pengertian Karbonisasi adalah pemanasan batubara


sampai suhu dan waktu tertentu ( berkisar 200oC di atas
1000oC) pada kondisi oksigen yang sedikit untuk
menghilangkan kandungan zat terbang batubara sehingga
dihasilkan padatan yang berupa arang batubara atau kokas
atau semi kokas dengan hasil samping tar dan gas.

Proses
Karbonisasi

Proses Karbonisasi dibagi menjadi 2 yaitu:


1. Proses pemanasan langsung
Dimana proses ini batubara dibakar didalam tungku
dengan kondisi udara yang sedikit, hasil dari proses ini
adalah kokas
2. Proses pemanasan tidak langsung
Dimana proses ini batubara dibakar tidak secara
langsung, hasil dari proses ini adalah kokas dan produk
sampingnya ialah tar dan gas.

Tujuan
Karbonisasi

Tujuan dari proses karbonisasi adalah menaikkan kadar karbon padat


dan menghilangkan zat terbang (volatile matter) yang terkandung
dalam batubara serendah mungkin sehingga dihasilkan semi kokas
atau kokas dengan kandungan zat terbang yang ideal 8-15% dengan
nilai kalori yang cukup tinggi di atas 6.000 kkal/kg. Kandungan zat
terbang berhubungan erat dengan kelas batubara, makin tinggi zat
terbangnya maka makin rendah kelas batubara, karena zat terbang
akan mempercepat pembakaran karbon padatnya. Dengan karbonisasi
juga akan menghasilkan produk akhir yang tidak berbau dan berasap.

Kokas

Kokas adalah bahan


karbon padat yang
berasal dari distilasi
batubara rendah abu
dan rendah sulfur,
batubara bitumen. Kokas
batubara berwarna abuabu, keras, dan
berongga. Kokas
sebenarnya dapat
terbentuk secara alami,
namun bentuk yang
umum digunakan adalah
buatan manusia.

Pembentukan Kokas

Briket

Briket batubara adalah


bahan bakar padat
dengan bentuk dan
ukuran tertentu, yang
tersusun dari butiran
batubara halus yang
telah mengalami proses
pemampatan dengan
daya tekan tertentu,
agar bahan bakar
tersebut lebih mudah
ditangani dan
menghasilkan nilai
tambah dalam
pemanfaatannya.

Pembentukan
Briket

Kesimpulan

1. Karbonasasi adalah proses pemanasan dengan udara yang sedikit


dengan suhu berkisar 200oC 1000oC dimana hasil dari
pemanasannya adalah kokas dan hasil sampingan nya adalah tar dan
gas.
2. Proses Karbonisasi ada 2 yaitu dipansakan secara langsung dan
dipanaskan tidak secara langsung.
3. Kokas adalah bahan karbon padat yang berasal dari distilasi
batubara rendah abu dan rendah sulfur, batubara bitumen
4. Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan
ukuran tertentu, yang tersusun dari butiran batubara halus yang telah
mengalami proses pemampatan dengan daya tekan tertentu, agar
bahan bakar tersebut lebih mudah ditangani dan menghasilkan nilai
tambah dalam pemanfaatannya

TERIMAKASIH

Proses Pembuatan/Produksi Kokas


1. Tahap Pembentukan
Batubara adalah bahan baku utama (60-80%). Batubara dikeringkan hingga kandungan air
2-3% (pada tahap i ). Batubara kering digerus (pada tahap ii ). Pengikat ditambahkan ke bubuk
batu bara, bahan ini kemudian dicampur (pada tahap iii ), dan dicetak (pada tahap iv), sehingga
memperoleh batubara umpan.
2. Tahap Karbonisasi (carbonizing stage)
Karbonisasi batubara adalah proses distilasi kering di mana sirkulasi udara dikontrol
seminimal mungkin. Melalui dinding baja, panas disalurkan ke dalam tanur bakar yang memuat
batubara. Proses karbonisasi merupakan reaksi endoterm atau eksoterm tergantung pada
temperatur dan proses reaksi yang sedang terjadi. Secara umum hal ini dipengaruhi oleh
hubungan temperatur karbonisasi, sifat reaksi, perubahan fisik/kimiawi yang terjadi.
Batubara yang sebagai umpan dalam proses karbonisasi dimasukan ke tungku (pada tahap v), di
mana batubara melewati zona karbonisasi suhu rendah, pada suhu sekitar 375 sampai 475 derajat
celcius, batubara mengalami dekomposisi membentuk lapisan plastis di sekitar dinding. Ketika
suhu mencapai 475 sampai 600 derajat celcius, terlihat kemunculan cairan tar dan senyawa
hidrokarbon (minyak), dilanjutkan dengan pemadatan massa plastis menjadi semi-kokas, dan
kemudian batubara dipanaskan dalam carbonisasi suhu tinggi sampai 1000 o C (pada tahap vii)
untuk menjalani karbonisasi.

Tingkat panas yang tinggi harus dikendalikan sehingga batubara tidak pecah dan
hancur akibat batubara mengalami pertambahan atau penyusutan volume.
Batubara yang telah terkarbonisasi (coke), didinginkan hingga mencapai suhu
100o C atau lebih rendah. Suhu di pendinginan (pada tahap viii) oleh gas yang
bersuhu normal dimasukkan dari bawah tungku sebelum kokas dikeluarkan dari
tungku.

3. Gas yang dihasilkan ( generated Gas)


Gas hasil pemanasan kokas (300-350o C) meninggalkan bagian atas tungku yang
didinginkan oleh recooler ( pada tahap ix ) dan pendingin utama ( pada tahap x ).
Setelah menghilangkan asap tar ( pada tahap xi ), sebagian besar gas
dikembalikan ke tungku. Porsi gas yang berlebihan dikeluarkan dari sistem, yang
kemudian mengalami rectification dan desulfurisasi untuk menjadi bahan bakar
bersih yang memiliki nilai kalori tinggi, (3800kcal/Nm3).

4. Produk sampingan( byproducts)


Cairan dalam gas dibawa ke decanter ( pada tahap xii ) yang memisahkan
ammonia dan tar dengan dekantasi dan pengendapan . Masing-masing produk
sampingan tersebut digunakan untuk tanaman yang ada untuk perawatan lebih
lanjut. Setelah dinormalisasi, tar digunakan kembali sebagai pengikat untuk
pembentukan kokas.
5. Sirkulasi Gas (Gas recycle )
Gas hasil pemisahkan kabut tar di electric precipitator dipanaskan sampai sekitar
1000o C pada suhu tungku pemanas gas yang tinggi ( pada tahap xiii ), dan
kemudian dimasukan ke zona karbonisasi bersuhu tinggi ( pada tahap vii ). Gas
yang dipanaskan sampai 450o C pada suhu tungku pemanas gas rendah ( pada
tahap xiv ) kendalikan ejektor ( pada tahap xv ). Ejektor ( xv ) menghisap gas
bersuhu tinggi yang digunakan untuk mendinginkan kokas untuk memberi
umpan ke zona karbonisasi bersuhu rendah (vi) pada suhu gas sekitar 600 o C.

Sebelum melalui proses, batubara dikumpul/ditampung pada Stockpile.


1. Langkah pertama dalam pembuatan briket adalah memasukkan batubara
kedalam Crusher melalui Beltconveyor, dimana crusher ini berfungsi untuk
menghancurkan (crushing) batubara yang berukuran besar menjadi ukuranukuran tertentu yang diinginkan. Crusher yang digunakan tersebut
dikendalikan/dikontrol dengan local control panel-1.
2. Setelah mendapatkan batubara yang berukuran kecil dari hasil crushing,
batubara tersebut dibawa ke Hammer mill melalui beltconveyor untuk
selanjutnya akan discreening (diayak) dengan tujuan untuk mendapatkan
batubara yang berukuran halus. Hammer mill tersebut dikendalikan/dikontrol
dengan local control panel-2.

3. Proses selanjutnya yang akan dilakukan adalah blending/mixing


(pencampuran). Batubara yang sudah halus akan dibawa ke mixer
melalui beltconveyor. Mixer tersebut berfungsi untuk mencampur
(mengaduk) batubara yang sudah halus dengan bahan-bahan campuran
lainnya seperti bahan perekat, soda api dan air. mixer tersebut
dikendalikan/dikontrol dengan local control panel-3. Adapun bahanbahan yang dicampurkan untuk setiap 4 karung batubara halus pada
proses mixing adalah 5 kg tepung tapioca, kg soda api, serta 3
ember air (atau dikondisikan). Fungsi dari tepung tapioca tersebut
adalah sebagai bahan perekat, soda api berfungsi untuk membantu
proses pembakaran briket, sedangkan air berfungsi untuk
mengentalkan tepung tapioka agar lebih mudah merekatkan batubara
yang halus agar lebih mudah dibentuk.

4. Setelah batubara dan bahan-bahan yang lainnya sudah bercampur dengan baik,
hasil mixing tersebut akan ditranspor/diangkut ke Moulding Roll melalui
beltconveyor untuk dicetak sesuai dengan model tertentu (berdasarkan model
cetakan pada moulding roll) , dimana pada pabrik tersebut moulding roll yang
digunakan merupakan percetakan dengan type telur. Moulding roll itu sendiri
dikontrol/dikendalikan dengan local control panel-4.
5. Briket yang telah dicetak tersebut belum bisa langsung digunakan karena masih
dalam keadaan basah akibat dari pencampuran dengan air pada proses mixing
sebelumnya, sehingga harus dikeringkan terlebih dahulu. Proses pengeringan
briket pada pabrik tersebut dilakukan dengan cara menjemur briket batubara yang
sudah dicetak. Namun, untuk menjaga kemungkinan terburuk ketika pada musim
hujan tidak ada sinar matahari yang cukup untuk mengeringkan briket-briket
tersebut, maka disiapkan sebuah oven berukuran besar yang bisa digunakan
sebagai pengganti sinar matahari untuk mengeringkan briket yang sudah dicetak.
Setelah dipastikan sudah kering maka briket-briket tersebut siap untuk dipasarkan.

Anda mungkin juga menyukai