Anda di halaman 1dari 36

PENGARUH SUHU DAN KONSENTRASI NaOH pada

PROSES HIDROTHERMAL JERAMI PADI untuk


BAHAN BAKU BIOGAS
Disusun oleh:
Khozin Asror

(2314105021)

Ayu Rahma Emilia (2314105032)


Dosen Pembimbing
Prof.Dr.Ir.Arief Widjaja,M.Eng
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOKIMIA
SELASA, 23 AGUSTUS 2016
1

PENDAHULUAN
2

LATAR BELAKANG
Peningkatan Populasi penduduk dan Ekonomi
Kebutuhan energi meningkat
Cadangan minyak semakin menipis dibutuhkan
sumber energi alternatif yang
dapat
diperbaharui (renewable)
biogas merupakan energi terbarukan yang dapat
dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang sederhana
Memanfaatkan limbah pertanian yang
terbuang Jerami Padi
3

Penelitian Terdahulu
Peneliti
R. Chandra, dan
H. Takeuchi

Perlakuan awal
NaOH 3%, 120
jam, suhu 37
0
C
Pretreatment
200 0C selama
10 menit

Metode
Hasil
Fermentasi
140,0 L/kg VSA
metana batch
biogas dan 59,8
pada 37 0C
L/kg VSA metana
Konsentrasi
dari substrat
substrat feed 5%
jerami padi
TS
tanpa
pretreatment,
HRT 60 hari
Suhu operasi penambahan 5 %
37 0C
NaOH.
produksi biogas
konsentrasi
padatan 5%
dan metana
315,9 L/kg VSA
dan 132,7 L/kg
VSA

Penelitian Terdahulu
Peneliti
Boting Wen,
Xufeng Yuan,
Yanzhuan

Perlakuan awal
mikroba WSD5,
meningkatkan
degradasi
jerami gandum
Volume
ventilasi
4L/menit,
pengadukan 0
rpm, dan
substrat
loading 3%

Metode
Setelah 2 hari
dari acidifikasi,
jerami gandum
hasil acidifikasi
dengan 40 ml
hidrolisat
dicerna dalam
batch digester
anaerobic
selama 20 hari,
Volume
digester :
anaerobic 500

Hasil
Selulase dan
hemiselulase
tertinggi pada
volume ventilasi
4 L /menit,
laju pengadukan
0 rpm
tingkat substrate
3%.

RUMUSAN MASALAH
Biogas sebagai energi alternatif karena keterbatasan energi fosil.

Pemanfaatan jerami padi sebagai bahan baku pembuatan biogas.

Belum didapatkannya kondisi operasi terbaik pada proses


preteatment hydrothermal dan NaOH.

Belum dilakukan analisa setelah preteatment sehingga perlu


dilakukan analisa furfural, selulosa, lignin dan derajat
kristalinitas

TUJUAN PENELITIAN

Melakukan preteatment jerami padi


menggunakan proses hydrothermal
dan NaOH .

Menentukan kondisi operasi terbaik


pada proses preteatment
hydrothermal dan NaOH.

Mengetahui kondisi operasi terbaik


pada proses preteatment untuk
menghasilkan biogas dengan volume
maksimum
7

KEBARUAN PENELITIAN

Pada penelitian sebelumnya


Belum dilakukan analisa setelah preteatment
sehingga perlu dilakukan analisa furfural,
selulosa, lignin dan derajat kristalinitas setelah
preteatment yang dapat mempengaruhi
pembentukan biogas
10

TINJAUAN PUSTAKA
2

BAHAN BAKU

salah satu limbah pertanian


yang paling besar di Indonesia
dan harganya sangat murah
Kandungan jerami padi :
Selulosa : 35-50 %
hemiselulosa 20-30%
JERAMI PADI

lignin 10-25%
3

berbagai Negara
Negara

Luas panen (10-3


ha)

Produksi (10-3
ton)

Cina
India
Indonesia
Bangladesh
Vietnam
Thailand
Myanmar
Filipina
Jepang
Brasil
Amerika serikat
Korea selatan
Pakistan
Nepal
Nigeria

30.503
44.600
11.523
10.700
7.655
10.048
6.211
4.037
1.770
3.672
1.232
1.072
2.312
1.550
2.061

190.168
161.500
51.000
35.821
32.554
23.403
20.125
12.415
11.863
11.168
8.699
7.067
7.000
4.030
3.277

Prakiraan
Produksi Jerami
(10-3 ton)
285.252
242.250
76.500
53.732
48.831
35.105
30.188
18.623
17.796
16.752
13.004
10.600
10.500
6.045
11
4.916

Tabel Karakteristik Jerami Padi


Parameter

Zilin
Song,
2013

Moisture
Content
Total solids
(TSs)
Volatil solid
(VS)
Carbon (C)
Nitrogen
(N)
C/N ratio
Ash
Cellulose

95.83.6
%
844.3%T
S
33.961.8
7%
0.490.04
%
69.313.6
4%

Xiaohua
Chen, Y
2014,
Yalei
Zhang
2015

85.70.4%
TS
41.70.1%
TS
0.60.0%T
S
69.50.2%
TS
14.30.4%
TS

Jingqing Dong Li
R
Ye 2013
2015
Chandr
a 2012

6.28
93.72%
(w)
83.18%
(w)
47.0%TS
1.0%TS
47.0

34.96%T
S
16.7%TS

937.2
g/kg
95.26
%TS
38.19
%TS
0.80
%TS

4.74
%TS

84.0%
41.0%
0.74%

16.0%
38.9%
24.0%
5.6%

Yu Gu
2015

Angga
Yuhistir
aA
2011

10.20
97.30. 14.6 g/L
3%
12.63
86.30.
g/L
5%TS 41.18%T
35.21.
S
1%TS 0.69%TS
0.60.0
%TS
58.6
7

Bahan Berlignoselulosa

10

Proses Pretreatment Bahan


Berlignoselulosa

Proses pretreatment diperlukan untuk


mempermudah degradasi selulosa sehingga
senyawa-senyawa kompleks mudah
dihidrolisis secara anaerobik untuk
menghasilkan metana. Proses pretreatment
yang dilakukan adalah secara mekanis,
kimiawi dan biologis

Pretreatment Kimia

pretreatment alkali lebih murah

dapat menghasilkan degradasi selulosa yang lebih


rendah dan degradasi lignin yang lebih tinggi

Preteatment dengan NaOH dapat menurunkan


kristalinitas selulosa dan hemiselulosa

Mekanisme Proses Anaerobik dalam


Menghasilkan Metana

Metana adalah salah satu gas yang


dihasilkan dalam proses pembuatan
biogas. Biogas dihasilkan dari proses
anaerobik senyawa organic komplek,
seperti lipid polisakarida, protein,
lemak, asam nukleat dan lain

3 tahap Proses Anaerobik


Tahap Hidrolisis : Proses hidrolisis memecah molekul organik komplek menjadi unit
yang lebih kecil sebagai contoh gula / monosakarida,

asam amino, alcohol, fatty

acid, dan senyawa organic lain yang lebih sederhana. dibantu oleh bakteri strict anaerob
seperti Bactericides, Clostridia dan facultative anaerob seperti Streptococcus.
(C6H10O5) n + n H2O

n ( C6H12O6)

Tahap Acidogenesis : proses ini bakteri acidogenic (bakteri penghasil asam) memecah
molekul gula menjadi volatil fatty acid misalnya

laktat, butirat, propionat, dan

asetat, juga terbentuk CO2 ,NH3, H2S dan H2

Tahap Metanogenesis : proses ini, bakteri Methanogenic archaea seperti


Methanosarcina Sp dan Methanothrix Sp yang mengubah H2 dan

asam asetat

menjadi CO2, CH4 dan air, dan mengubah H2 dan asam propionat menjadi CH4 dengan

Kotoran Sapi

Kotoran sapi mengandung sedikit selulosa, lignoselolosa,


lignin, dan komponen organic yang baik untuk
pertumbuhan bakteri dalam produksi biogas
Kotoran sapi mengandung bakteri dan mikroorganisme yaitu :
Clostridium, Bacteroides, Bifidobacterium, Enterobacteriaceae (E. Coli),
Ruminococcus, dll

10

Metode Untuk Meningkatkan Produksi


Biogas
1. Green biomass

bisa memperbaiki kondisi terbaik untuk kecepatan produksi


gas didalam reactor seperti pH, inhibition/promotion proses
acetogenesis dan methanogenesis untuk yield yang terbaik
2. Microbial Strains
penggunaan strain pada beberapa bakteri dan jamur dapat
meningkatkan produksi gas dengan menstimulasi aktivitas enzim
tertentu. Strain bakteri selulosa seperti actinomycetes dan
campuran konsorsium bakteri bisa memperbaiki produksi biogas.

Metode Penelitian
2

Gambar Alat

Autoclave

Digester
17

Bahan
- Jerami padi
- kotoran sapi

Alat
- Autoclave
- Digester

KONDISI OPERASI

Jerami dengan pretreatment dan


jerami tanpa pretreatment
Konsentrasi solid dalam digester pada proses
pembentukan biogas 15%
hydraulic retention time HRT dalam digester
pada proses pembentukan biogas 20 hari

Variabel Penelitian

Suhu dan konsentrasi NaOH

- Pretreatment pada suhu 100 200 C


- konsentrasi NaOH 3 -7%.

Proses
Preteatment

Jerami Padi
Pengecilan ukuran
5 cm
Perendaman 1 jam

Larutan
NaOH

Penyaringan dan
penirisan
Proses hidrothermal pada suhu 100-200 C
selama 1 jam
Air : Jerami; 5:1, NaOH 3-7%
Analisa furfural, gula, selulosa,
hemiselulosa, lignin dan derajat
kristalinitas

Proses Pembuatan
Biogas

Metode Analisa
1. Analisa Kadar Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin

Metode Chesson: analisis komposisi kimia dari lignoselulosa


dilakukan mengikuti referensi dari Datta, tahun 1981. Metode ini
adalah analisis gravimetri setiap komponen setelah dihidrolisis atau
dilarutkan.
Thermo Gravimetric Analyzer(TGA): Pada prinsipnya metode ini
mengukur berkurangnya massa material ketika dipanaskan dari suhu
kamar sampai suhu tinggi yang biasanya sekitar 900C.

2. Analisa Furfural
digunakan instrumen HPLC (High Performance
Liquid Chromatography).
Analisis kualitatif dilakukan dengan
membandingkan data waktu retensi yang
diperoleh dengan waktu retensi furfural standar.

3. Analisa Derajat Kristalinitas


digunakan XRD (X-Ray Diffraction)
Prinsip dari alat XRD (X-ray powder diffraction) adalah sinar X
yang dihasilkan dari suatu sample tertentu memiliki
panjang gelombang tertentu, sehingga dengan variasi besar
sudut pantulan akan terjadi pantulan elastis yang dapat dideteksi.

4. Analisa Kandungan Biogas (CH 4, H2 dan


CO2)
Digunakan Gas Chromatography (GC)

Sampel gas yang dibawa oleh gas N2 dienjeksikan ke


dalam kolom. Hasil deteksi yang didapat berupa puncak
grafik dicatat dengan recorder untuk diketahui luas
areanya.

5 . Analisa Total Solid (TS) dan Volatile


Solid (VS)
Volatile solid (VS) merupakan materi organik
atau padatan organik yang menguap pada
proses pembakaran pada suhu 500oC.
Analisa VS ini perlu dilakukan untuk mengetahui
banyaknya materi organik yang bisa menguap.
Materi organik inilah yang akan dikonversikan

6. Analisa C/N Rasio


C/N rasio adalah perbandingan komposisi karbon dan
nitrogen yang terkandung dalam suatu bahan organik.
Pada proses fermentasi anaerobic, substrat yang masuk
ke dalam reactor harus dijaga pada range 25-30.

7. Analisa Chemical Oxygen Demands


(COD)
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1
liter sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan
sebagai sumber oksigen (oxidizing agent)
(G. Alerts dan SS Santika, 1987).

8. Pengukuran pH
pH optimum pada proses fermentasi anaerobik adalah 6,8

7,2
Proses fermentasi anaerobic terbentuk CO2 dan Vollatile fatty

acid menyebabkan Ketidakstabilan pH


Untuk menjaga pada pH optimum dilakukan pengukuran

setiap hari dan apabila terjadi penurunan pH dilakukan


penambahan NaOH 1 N hingga range pH optimum.

9. Pengukuran Suhu
Proses degradasi secara anaerob akan menghasilkan panas dari
terdekomposisinya senyawa-senyawa organik.
Proses anaerob dapat berlangsung pada rentang temperatur
mesofilik (30-40 oC) dan rentang termofilik (4060 oC)
Pengukuran temperatur dilakukan dengan menggunakan
thermometer yang ditanam dalam digester

TERIMAKASIH

36

Anda mungkin juga menyukai