Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS POLI SARAF

BELLS PALSY
Pembimbing
dr. Andar Setyawan, Sp. S
disusun oleh :
Hafida Mariyatin
Pandika Agung K
Nanda Didana

081611101014
101611101034
101611101016

PKL. ILMU KEDOKTERAN KLINIK (IKK)


K L I N I K P E N Y AK I T S A R A F
R S U D . B L A M B A N G A N B A N Y U WAN G I
F A K U L TA S K E D O K T E R A N G I G I
U N I V E R S I TAS J E M B E R
2016

BAB 1. RIWAYAT KASUS

Identitas Pasien

Nama

: Ny. Masturo
Umur
: 63 tahun
JenisKelamin : Perempuan
Agama
: Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat
: Lingk. Jogolatri RT/RW 3/1,
Sumberojo
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Keluhan utama
ANAMNESA

Bibir miring ke kiri, mata sebelah kanan tidak bisa menutup

dan keluar air mata terus serta telinga terasa brebek

Riwayat penyakit sekarang


Pasien mengeluhkan bibir miring ke kiri. Apabila digunakan

makan dan minum, air dan makanan sering keluar dari sisi
mulut sebelah kanan. Mata sebelah kanan tidak bisa
menutup sempurna sehingga terasa perih dan berair terusmenerus. Telinga terasa brebek sejak 1 minggu yang lalu.
Pasien memiliki kebiasaan menggunakan kipas angin
langsung kewajah.

Riwayat penyakit keluarga


Tidak memiliki riwayat seperti dikeluhkan pasien

Pemeriksaan fisik status generalis

PEMERIKSAAN

Vital sign :
Tensi : 120/80 mmHg
Respirasi : 22x/menit
Nadi : 76x/menit

Status neurologis
Kesadaran

GCS (Glasgow Coma Scale) : 4-5-6


Pada GCS ada skala penilaian:
Respon buka mata/Eye opening
1-4 (E)
Respon verbal terbaik
1-5 (V)
Respon motorik terbaik 1-6 (M)

Kepala dan Leher


Hidung
Mata

n. I n. Olfactorius : tidak dilakukan pemeriksaan


n. II n. Optic
:

Lapang pandang

Kanan

Kiri

Normal

Normal

n. III, IV,VI n. Oculomotor, n. throclelearis, n. abducent :


Kanan

Kiri

Kedudukan bola mata

Di tengah

Di tengah

Pergerakan bola mata

Bebas

Bebas

Celah mata (ptosis)

Reaksi terhadap sinar

Nigtasmus

Bentuk

Bulat, isokor

Bulat, isokor

Eksoptalmus

Mulut

n. V n. Trigeminus
Kanan

Kiri

Membuka mulut

Bebas terbatas

Mengunyah

Menggigit

Wajah

n. VII

n. Facial
Kanan

Kiri

Kerutan dahi / alis

Sudut mata

turun

Lipatan nasolabial

Menutup mata

Tidak menutup
sempurna

Meringgis

Menjungurkan bibirnya

Telinga
Lidah

n. VIII
n. Vestibulochoclear: tidak dilakukan pemeriksaan
n. IXn. Glossopharyngeal: tidak dilakukan pemeriksaan
n. X n. Vagus : tidak dilakukan pemeriksaan
Leher
n. XIn. Accessory : tidak dilakukan pemeriksaan
Lidah
n. XII
n. Hypoglossal : tidak dilakukan pemeriksaan
Thoraks
Jantung : tidak dilakukan pemeriksaan
Pulmo
: tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen
Bising usus
: tidak dilakukan pemeriksaan
Hepar
: tidak dilakukan pemeriksaan
Pankreas : tidak dilakukan pemeriksaan
Ginjal
: tidak dilakukan pemeriksaan
Punggung

: tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas : dalam batas normal

RESUME

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan:


Pasien mengeluhkan bibir miring ke kiri. Apabila digunakan
makan dan minum, air dan makanan sering keluar dari sisi
mulut sebelah kanan. Mata sebelah kanan tidak bisa
menutup sempurna sehingga terasaperih dan berairterusmenerus.Telinga terasa brebek sejak 1 minggu yang lalu.
Pasien memiliki kebiasaan menggunakan kipas angin
langsung kewajah.
Vital sign :
Tensi: 120/80 mmHg
Respirasi : 22x/menit
Nadi : 76x/menit
Status kesadaran pasien composmentis, GCS 4-5-6
Diagnosa
Diagnosa klinis : paresis N VII dekstra perifer (Bells palsy)
Diagnosa topik : gangguan N VII dekstra
Diagnosa etiologi

: Oedem N VII dekstra perifer ec mecanic

PENATALAKSANAAN

Pemberian kortikosteroid

perdnison 40 -60 mg/hari


Gratheos 50 mg 2x1
Hexymer 2 mg 1x1
Vitamin B12

BAB 2. KAJIAN TEORI

2.1. Bells Palsy


2.1.1. Definisi
Bells

palsy adalah
suatu
kelumpuhan facialis
perifer akibat proses non supuratif, non neoplasmatik,
non degeneratif primer tetapi sangat dimungkinkan
akibat dari adanya oedema pada bagian nervus
facialis di foramen
stilomastoideus atau
sedikit
proksimal
dari
foramen stilomastoideus,
yang
mulainya akut (Sidharta, 1999).

foramen stilomastoideus

Gambar 2.1 Wajah dengan kondisiBells Palsy

Menurut etiologi artinya ilmu tentang

Etiologi

penyebab penyakit (Dachlan,2001). Ada


beberapa teori yang mengemukakan
tentang penyebab Bells Palsy antara
lain sebagai berikut:
a) Teori Infeksi Virus
b) Teori herediter
c) Pengaruh udara dingin

adanya kelemahan otot pada satu sisi wajah yang dapat


dilihat saat pasien kesulitan melakukan gerakangerakan yang melibatkan otot-otot mimik wajah

tidak dapat mengangkat alis dan menutup mata,

sudut mulut tertarik ke sisi wajah yang sehat (mulut


mencong)

sulit mecucu atau bersiul

sulit menggembungkan pipi

Selain tanda-tanda motorik, terjadi gangguan pengecap


rasa manis, asam dan asin pada lidah bagian anterior

sebagian pasien mengalami mati rasa atau merasakan


tebal-tebal di wajahnya.

GEJALA dan
TANDA

Patofisiologi yang akan dibicarakan pada


PATOFISIOLOGI

kasus ini adalah mengenai pengaruh


udara dingin yang menyebabkan Bells
Palsy (Dachlan, 2001)
Udara dingin menyebabkan

lapisan endotelium dari pembuluh darah


leher atau telinga terganggu, sehingga
terjadi proses transdusi dan
mengakibatkan nervus facialis oedem.
Nervus facialis yang melewati foramen
stilomastoideus tersebut terjepit sehingga
rangsangan yang dihantarkan terhambat
yang menyebabkan otot-otot wajah
mengalami kelemahan atau kelumpuhan.

Diagnosis Bells palsy dapat

DIAGNOSA

ditegakkan dengan melakukan


anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Pada pemeriksaan nervus kranialis
akan didapatkan adanya parese
dari nervus fasialis yang
menyebabkan bibir mencong, tidak
dapat memejamkan mata dan rasa
nyeri pada telinga.
Hiperakusis dan augesia juga dapat
ditemukan. Harus dibedakan
antara lesi UMN dan LMN. Pada
Bells palsy lesinya bersifat LMN.

Pemberian kortikosteroid
PENGOBATAN

(perdnison dengan dosis 40 -60


mg/hari per oral atau 1
mg/kgBB/hari selama 3 hari,
diturunkan perlahan-lahan
selama 7 hari kemudian)
Acyclovir (400 mg selama 10

hari)
5x1

1.Pemanasan

FISIOTERAPI

a. Pemanasan superfisial dengan infra red.


b.Pemanasan dalam berupa Shortwave Diathermy atau
Microwave Diathermy.
2.Stimulasi listrik

Tujuan pemberian stimulasi listrik yaitu menstimulasi


otot untuk mencegah/memperlambat terjadi atrofi
sambil menunggu proses regenerasi dan memperkuat
otot yang masih lemah. Diberikan 2 minggu setelah
onset.
3.Latihan otot-otot wajah dan massage wajah

Latihan gerak volunter otot wajah diberikan setelah


fase akut. Latihan berupa mengangkat alis tahan 5
detik, mengerutkan dahi, menutup mata dan
mengangkat sudut mulut, tersenyum, bersiul/meniup
(dilakukan didepan kaca dengan konsentrasi penuh).

Komplikasi yang umum terjadi


padaBells palsy, antara lain:
KOMPLIKASI

a. Sindroma air mata


buaya(CrocodileTears Syndroma)
b.Kontraktur otot wajah
c.Synkenesis(associatedmovement)
d. Spasme otot wajah
e. Bells palsy recurent

PROGNOSIS

Pasien
biasanya
prognosis baik.

memiliki

Hampir 80-90% pasien sembuh


tanpa kelainan. Pasien yang
berusia 60 tahun atau lebih
memiliki
kemungkinan
40%
untuk
sembuh
dan
60%
mengalami sekuele.
Bellspalsy dapat rekuren pada
10-15% pasien.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai