ANAK
Dr. Mayetti SpA
Pendekatan klinis
Tahap I
Penilaian awal : pemeriksaan klinis awal
An/ singkat masalah utama
Tujuan:
- Menilai tanda vital, nafas, sirkulasi resusitasi
- Identifikasi kegawatan akut kesadaran,
perdarahan, mukosa (pucat,sianosis), dehidrasi,
demam, kesulitan nafas, payah jantung, kejang dll
Tahap II
Penilaian masalah kegawatan akut
Penilaian kegawatan dan kemajuan
tatalaksana
Cari E/, D/ masalah kegawatan (An/, PF/,
lab)
Tahap III
Penilaian klinis lanjutan
An/, Pf/ lengkap, lab penyakit penyebab
Umur
0-2 tahun
2-5 tahun
> 5 tahun
TD
(Sistolik)
< 60
< 70
< 90
Nadi
< 80
< 60
< 50
Nafas
<10/ > 40
<10/ > 30
< 5/ > 25
SEBAB-SEBAB KEGAWATAN
DARURAT PADA ANAK
1. Serangan asma
2. P J B
3. Pneumonia
4. Ensefalitis
5. Polineuritis perifer
6. Sepsis
7. Trauma, torak, kepala, syok
8. Hampir tengelam
9. Keracunan
DIAGNOSIS K G A
1. Gejala umum : kelelahan, fatique,
keringat
2. Gejala respiratorik
* Whezzing
* Grunting expiratoric
* Suara nafas hilang/ menurun
* Nafas cuping hidung
* Retraksi, takipne, bradipnu atau apnu
* Sianosis
Laboratorium
Hipoksemia
Hiperkapnia
Asidosis respiratorik dan/ metabolik
2. BREATHING
mulut-mulut atau hidung-mulut
( dada tidak berkembang ada kebocoran /
obstruksi jalan nafas )
Nafas buatan 3-5 kali periksa nadi dan
jantung
Mulut ke oropharingeal airway, balon ke
masler
Pernafasan dengan mesin pernafasan
3. CIRCULATION
Setelah 3-4 kali bantuan nafas, periksa
nadi/ jantung
Peredaran darah ( - ) bantuan
sirkulasi ( bergantian )
RESUSITASI JANTUNG
PARU PADA BAYI
Tatalaksana
1. ABC resusitasi
2. Oksigen
3. Humidifikasi dg nebulisasi atau uap air hangat
4. Akses IV,utk pemberian cairan sesuai kbthn dan koreksi
5. Pengisapan lendir saluran nafas
6. Penganggulangan penyakit
7. Perawatan umum, semua tindakan dilakukan secepatnya, suhu
tbh dipertahankan, jgn sampai hipotermi/hipertermi.
8. Pengawasan : hipoksia,sianosis sentral
kesukaran ventilasi:nfs cpt,retraksi,batuk,tangis krg
kuat, merintih
gangguan sirkulasi: taki/bradikardi, pucat
kelelahan (fatigue):nfs lambat, apnoe, apatis
9. Pengukuran gas darah dan pH darah
10. Ro foto toraks
RESUSITASI
NEONATUS
Latar Belakang
Kematian Neonatus di Indonesia masih
tinggi.
Kasus kegawatan bayi yang
memerlukan resusitasi banyak terjadi
di ruang perawatan neonatus, kamar
bersalin/kamar operasi, dan unit gawat
darurat.
Faktor resiko
Faktor antepartum
Faktor intrapartum
Persiapan Resusitasi
Satu tenaga terampil terlatih untuk
resusitasi, yang dapat melakukan
resusitasi lengkap
Tenaga tambahan
Peralatan resusitasi yang memadai
Tindakan pencegahan infeksi
Rangsangan taktil
Balon Resusitasi
Syarat Balon Resusitasi untuk Neonatus:
Ukuran balon 200-750 ml
Dapat memberikan oksigen kadar tinggi
Mempunyai alat pengaman (katup pelepas
tekanan) untuk mencegah tekanan yang
terlalu tinggi
Ukuran sungkup wajah harus tepat
Reservoar O2
Frekuensi Ventilasi
40 -60 kali / menit
dengan irama:
Pompa - - - Lepas - - - Lepas
1---2---3
Sungkup wajah
Sungkup harus menutupi:
Ujung dagu
Mulut
Hidung
Kompresi Dada
Kompresi Dada
perlu 2 orang
1. Pelaksana kompresi
menilai dada & menempatkan posisi tangan
dgn benar
2. Pelaksana VTP
posisi di kepala bayi, menempatkan
sungkup wajah secara efektif & memantau
gerakan dada
HIPOTERMI DAN
HIPERTERMI PADA
NEONATUS
Latar belakang
Neonatus berisiko terkena hipotermia
atau hipertermia tutm BBLR karena
mekanisme pengaturan suhu yang tidak
sempurna terutama jika mengalami stres,
permukaan tubuh relatif lebih luas dan
kemampuan produksi dan menyimpan
panas terbatas
Hipotermia atau hipertermia dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan
metabolisme, gangguan pertumbuhan,
trauma dingin, dan bahkan kematian.
Termoregulasi
Suhu neonatus normal: 36,5 37,5 C.
Hipotermia: suhu tubuh di bawah 36,5 C.
Hipertermia: suhu tubuh di atas 37,5 C.
Termoregulasi :
Keseimbangan antara kehilangan & produksi
panas tubuh.
Tujuan mengendalikan lingkungan
pertahankan suhu netral dan meminimalkan
pengeluaran energi.
Konduksi
Terjadi jika bayi diletakkan
pada permukaan yang
dingin dan padat.
Konveksi
Radiasi
Radiasi
Terjadi jika panas
berpindah dari bayi ke
benda padat lainnya tanpa
melalui kontak langsung.
Konveksi
Kehilangan panas dari kulit
bayi ke udara yang
bergerak.
Konduksi
Evaporasi
Penilaian Suhu
Suhu rektum
Merupakan prosedur invasif
Suhu aksila
Risiko bagi BBL rendah, hygiene terjaga, penilaiannya
relatif mudah dilakukan.
Letakkan termometer di tengah aksila dan tempelkan
tangan ke sisi badan BBL selama kurang lebih 5 menit.
Kulit di daerah ini tidak bereaksi terhadap suhu rendah
melalui vasokonstriksi. Meskipun suhunya sedikit lebih
rendah daripada suhu tubuh yang sebenarnya, tapi akan
berubah sama dengan suhu tubuh.
Learning Objective 1
49
Hipothermia
Faktor risiko
Lingkungan yang dingin
Asuhan BBL yang tidak tepat segera
setelah lahir misalnya tidak cukup
kering, baju tidak memadai dan
dipisahkan dari ibu.
Prosedur penghangatan tidak memadai
(sebelum dan selama perjalanan).
BBL yang sakit dan stres.
Learning Objective 3
50
51
52
Hiperthermia
Faktor Risiko:
Suhu lingkungan
Dehidrasi
Perdarahan Intrakranial
Infeksi
NB: Inkubator harus dipantau ketat jika terjadi
suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Learning Objective 4
53
54
Learning Objective 4
55
Benda Asing
Benda asing
Eksogen : benda padat, benda cair
Endogen : sekret kental, darah/bekuan darah,
nanah, krusta, cairan amnion
Gejala sumbatan benda asing tergantung pada :
lokasi benda asing
derajat sumbatan
sifat, bentuk dan ukuran benda asing
Kriteria Jakcson
Jackson I : sesak, stridor inspirasi ringan, retraksi
suprasternal, tanpa sianosis
Jackson II : gejala jackson I tetapi lebih berat
disertai retraksi suprasternal dan infraklavikula,
sianosis ringan, pasien tampak mulai gelisah
Jakson III : Jackson II yang bertambah berat disertai
retraksi interkostal, epigastrium, dan sianosis lebih
jelas
Jackson IV : gejala Jackson III disertai wajah yang
tampak tegang, bisa terjadi gagal nafas
Tatalaksana
Benda hidung : ekstraksi benda asing di
hidung dengan pengait/haak
Benda asing laring : sumbatan total
manuver heimlich, ekstraksi benda asing
dengan laringoskop
Benda asing trakea : bronkoskopi dengan
cunam, jika tidak berhasil trakeostomi
Benda asing bronkus : bronkoskopi dengan
cunam, segera. Bila tidak berhasil,
servikotomi atau torakotomi
KEGAWATAN PADA
DBD
Manifestasi klinis
Demam tnggi : 2-7 hari, gejala infeksi
virus
Nyeri epigastrium, nyeri abdomen,
nyeri tekan pinggir kosta
Hepatomegali
Fenomena perdarahan
DSS :
kegawatan medik, akut, mengancam nyawa,
melibatkan berbagai sistem tu CVS,
hematologi
Gejala :
Gelisah, nafas cepat
Nadi cepat, kecil, lembut sampai tak teraba
Tekanan nadi menyempit ( 20 mmHg )
Sianosis, akral dingin, waktu pengisian
kapiler > 5 detik
Produksi urin kurang / tidak ada
Tatalaksana :
Oksigen 2-4 L/mnt, ABC resusitasi
Akses iv RL/ NaCl 0,9 % 20 ml/kg BB bolus, kp
ulang
Berlanjut Plasema /plasma ekspander 10-20
ml/kgBB/jam
Asidosis Koreksi evaluasi 1 jam
Syok belum teratasi & Ht
transfusi darah segar 10 ml/kg
ulang sesuia kebutuhan
Ht tinggi atau ~ koloid 20 ml/kg
Koreksi asidosis
Syok teratasi
Transfusi
darah
Ht tinggi
Koloid
KEJANG DEMAM
Bangkitan kejang pada suhu > 38C
karena suatu proses ekstra kranium
Consensus Statement of Febrile
Seizures
KD= suatu kejang pada bayi atau anak
( 3 bl- 5 thn) berhubungan dengan
demam dan tidak terbukti adanya
infeksi intra kranial/ penyebab lain
Manifestasi klinis :
1.
Hentikan kejang :
-Diazepam iv 0,3 mg-0,5 mg/kgBB, 1-2 mg/mnt
(>2mnt) / rektal 0,5-0,75 mg/kgBB (5mg<10kg,
10 mg >10kg).
Kejang (+) ulangi.
Kejang (+) fenitoin 10-20 mg/kg iv
(1mg/kgBB/mnt)
12 jam kemudian 4-8 mg/kg/hari.
STATUS EPILEPTIKUS
Keadaan darurat, serangan timbul sangat
sering sehingga pasien tidak pernah
sadar.
Kejang > 30 menit menimbulkan
kerusakan otak karena hipoksia
SERANGAN ASMA
Serangan Asma
Kegawatan yang lazim dijumpai di Ruang Gawat
Darurat
Episode perburukan yang progresif
Derajat serangan : ringan- berat mengancam jiwa
D/ A/ batuk/sesak nafas/mengi berulang
PF Sesak nafas, eksperium memanjang/ mengi
Sianosis, retraksi otot nafas
Ro/ Peningkatan corakan paru/emfisema/normal
Th/ tergantung berat-ringan serangan.
Ringan
Sedang
Berat
Acm henti
nafas
Aktivitas
Bicara
keras,pendek
Istirahat,lemah
Bicara
Kalimat
Penggal kalimat
Kata-kata
Posisi
Bisa baring
Suka duduk
duduk
Kewaspadaan
Mngkn tagitasi
bingung
(-)
Sianosis
(-)
Berhenti
makan
(+)
nyata
Mengi
Sedang, akhir
expirasi
Nyaring, spnjg
expirasi
Sgt nyaring,
tanpa stetoskop
Sesak nafas
Minimal
sedang
berat
Otot bnfs
Biasanya (-)
Biasanya (+)
(+)
Retraksi
Dangkal, RIC
Sedang, +
Dalam, +,
Dangkal/hilang
suprasternal,nch
Laju nafas
Meningkat
Meningkat +
Meningkat ++
Menurun
Laju nadi
Normal
Takikardi
takikardi
Bradikardi
Pulsus paradok
Grkn paradoks
12
FEV1
-pra b.lator
-pasca b.lator
SaO2
60 %
80%
95%
40-60%
60-80%
91-95%
<40%
<40%
<90%
TERAPI
A Serangan Ringan
Inhalasi/ nebulisasi 1x baik ( ringan)
observasi 1-2 jam, pulang
Obat oral/ hirupan: salbutamol/
terbutalin
Kapan perlu : prednison
B. Serangan Sedang
Jika 2-3 x nebulaisasi respons parsial
Oksigen, IV line, Rawat
C. Berat
3x nebulisasi respon (-)
-Rawat, Oksigen, IV line, -Ro foto toraks
14
Obat inhalasi / nebulizer :
Isoprotrenol 0,5% ,0,01-0,02 ml/kgBB (max 0,5 ml)
Terbutalin 1% 0,03 ml/kgBB (max 1ml)
Salbutamol 0,5% 0,01-0,03 ml/kgBB (max 1 ml)
Fenoterol 0,1 % 5 tts, 0,5% 2 tts.
Untuk nebulizer + NaCl 0,9% 1,5 ml
Bila tak tersedia adrenalin 1:1000 0,01 ml/kgBB sc,
max 0,3 ml, selang 20-30 mnt dpt diulang sampai 23 kali.