Anda di halaman 1dari 36

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL

Disampaikan dalam acara Rapat Kerja dan


Musrenbang Forum SKPD Disperindag
Provinsi Sumatera Utara

Medan, 12 Maret 2015


1

DAFTAR ISI
I Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 2035
II Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015 - 2019
III Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Daerah
IV Dukungan Kementerian Perindustrian Dalam
Pengembangan Industri Di Provinsi Sumatera Utara Tahun
2015

DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL

UU 17 TAHUN
2007

UU 3 TAHUN
2014 TTG
PERINDUSTRIA
N
PP

RPJPN

RIPIN

Arah Pembangunan
Industri:
Industri yang berdaya
saing
Keterkaitan dengan
pengembangan IKM
Struktur Industri yang
sehat dan berkeadilan
Mendorong
PERPRES
perkembangan ekonomi
RPJM di luar Pulau Jawa

20 Thn

Pasal 9 Ayat 1 : RIPIN paling sedikit memper


hatikan:
a.potensi sumber daya Industri;
b.budaya Industri dan kearifan lokal yang tumbuh di
masyarakat;
c.potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah;
d.perkembangan Industri dan bisnis baik nasional maupun
internasional;
e.perkembangan lingkungan strategis, baik nasional
maupun internasional;
f.Rencana
Tata Ruang
Wilayah
Nasional,
Tata
Pasal 9 Ayat
2 : RIPIN
paling
sedikitRencana
meliputi:
Ruang
Rencana
Tata Ruang
a.visi, Wilayah
misi, danProvinsi,
strategidan/atau
pembangunan
Industri;
Wilayah
Kabupaten/Kota
b.sasaran dan tahapan capaian pembangunan Industri;
c.bangun Industri nasional;
d.pembangunan sumber daya Industri;
e.pembangunan sarana dan prasarana Industri;
f.pemberdayaan Industri; dan
g.perwilayahan Industri.

PERPRES

KIN
5 Thn

PERPRES

RKP

RENCANA
PEMBANGUNA PERDA
N INDUSTRI
PROPINSI
RENCANA
PEMBANGUNAN
INDUSTRI
KAB/KOTA

PERMEN

RENJA
PEMBANGUN
AN INDUSTRI 1 Thn

VISI, MISI, DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI

1. VISI PEMBANGUNAN INDUSTRI


Menjadi Negara Industri Tangguh yang bercirikan:
a.Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan
b.Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global
c.Industri yang berbasis inovasi dan teknologi
2. MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI
a. meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak
perekonomian nasional;
b. memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional;
c. meningkatkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta
Industri Hijau;
d. menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah
pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau
perseorangan yang merugikan masyarakat;
e. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;
f. meningkatkan persebaran pembangunan industri ke seluruh wilayah
Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional;

3. STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL


Strategi yang ditempuh untuk mencapai visi dan misi pembangunan
industri nasional adalah sebagai berikut:
a.mengembangkan industri hulu dan industri antara berbasis sumber
daya alam;
b.pengendalian ekspor bahan mentah dan sumber energi;
c.meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya
manusia (SDM) industri;
d.menetapkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI);
e.mengembangkan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI),
Kawasan Peruntukan Industri, Kawasan Industri, dan Sentra Industri
Kecil dan Menengah;
f.menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan
kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian
fasilitas kepada industri kecil dan menengah;
g.pembangunan sarana dan prasarana Industri;
h.pembangunan industri hijau;
i.pembangunan industri strategis;
j.peningkatan penggunaan produk dalam negeri; dan

SASARAN PEMBANGUNAN INDUSTRI

1. Sasaran Kualitatif Pembangunan Industri


a. meningkatnya pertumbuhan industri yang diharapkan dapat
mencapai pertumbuhan 2 (dua) digit pada tahun 2035
sehingga kontribusi industri dalam Produk Domestik Bruto
(PDB) mencapai 30% (tiga puluh persen);
b. meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri
dengan mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan
baku, bahan penolong, dan barang modal, serta meningkatkan
ekspor produk industri;
c. tercapainya percepatan penyebaran dan pemerataan industri
ke seluruh wilayah Indonesia;
d. meningkatnya kontribusi industri kecil terhadap pertumbuhan
industri nasional;
e. meningkatnya
pengembangan inovasi dan penguasaan
teknologi;
f. meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang kompeten di
sektor industri; dan

2. Sasaran kuantitatif Pembangunan Industri

NO

Indikator Pembangunan Industri

Satuan

2015

2020

2025

2035

Pertumbuhan sektor industri nonmigas

6,8

8,5

9,1

10,5

Kontribusi industri nonmigas terhadap


PDB

21,2

24,9

27,4

30,0

Kontribusi ekspor produk industri


terhadap total ekspor

67,3

69,8

73,5

78,4

Jumlah tenaga kerja di sektor industri

Juta
orang

15,5

18,5

21,7

29,2

Persentase tenaga kerja di sektor


industri terhadap total pekerja

14,1

15,7

17,6

22,0

Rasio impor bahan baku sektor industri


terhadap PDB sektor industri nonmigas

43,1

26,9

23,0

20,0

Nilai Investasi sektor industri

Rp
Trilyun

270

618

1.000

4.150

Persentase nilai tambah sektor industri


yang diciptakan di luar Pulau Jawa

27,7

29,9

33,9

40,0

PENAHAPAN CAPAIAN PEMBANGUNAN INDUSTRI

Catatan :
Pentahapan pembangunan industri prioritas sejalan dengan tahapan pembangunan
industri dalam RPJPN 2005-2025.
9

PENETAPAN INDUSTRI PRIORITAS

1. Memenuhi kebutuhan dalam negeri dan


substitusi impor (memiliki potensi pasar yang
tumbuh pesat di dalam negeri);
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas
penyerapan tenaga kerja ( berpotensi dan/atau
mampu menciptakan lapangan kerja produktif);
3. Memiliki daya saing internasional (memiliki
potensi untuk tumbuh dan bersaing di pasar
global);
4. Memberikan nilai tambah yang tumbuh
progresif di dalam negeri ( memiliki potensi
untuk tumbuh pesat dalam kemandirian);
5. Memperkuat, memperdalam, dan menyehatkan
struktur industri; dan
6. Memiliki keunggulan komparatif, penguasaan
bahan baku, dan teknologi.
1. Memperkokoh konektivitas ekonomi nasional.
2. Menopang ketahanan pangan, kesehatan dan
energi.
3. Mendorong penyebaran dan pemerataan industri.

10

INDUSTRI PRIORITAS TAHUN 2015-2035

11

BANGUN INDUSTRI NASIONAL

VISI & MISI PEMBANGUNAN


INDUSTRI NASIONAL
Industri Andalan
Industri
Industri
Pangan
Pangan

Industri
Industri Farmasi,
Farmasi,
Kosmetik
Kosmetik dan
dan Alat
Alat
Kesehatan
Kesehatan

Industri
Industri Tekstil,
Tekstil,
Kulit,
Kulit, Alas
Alas Kaki
Kaki
dan
dan Aneka
Aneka

Industri
Industri Alat
Alat
Transportasi
Transportasi

Industri
Industri
Elektronika
Elektronika &
Telematika
Telematika // ICT
ICT

Industri
Industri
Pembangkit
Pembangkit
Energi
Energi

Industri Pendukung
Industri Barang Modal, Komponen, Bahan Penolong dan Jasa Industri
Industri Hulu
Industri Hulu Agro

Industri Logam Dasar dan Industri Kimia Dasar Berbasis


Migas dan Batubara
Bahan Galian Bukan Logam
Modal Dasar

Sumber Daya Alam

Sumber Daya Manusia

Teknologi, Inovasi & Kreativitas

Prasyarat
Infrastruktur

Kebijakan & Regulasi

Pembiayaan
12

PEMBANGUNAN INDUSTRI PRIORITAS


Jenis Industri yang menjadi prioritas untuk dikembangkan pada tahun
2015 2035 meliputi :
NO
.

INDUSTRI PRIORITAS

JENIS INDUSTRI

1.

Industri Pangan

a. Industri Pengolahan Ikan


b. Industri Pengolahan Susu
c. Industri Bahan Penyegar
d. Industri Pengolahan Minyak Nabati
e. Industri Pengolahan Buah-Buahan dan
Sayuran
f. Industri Tepung
g. Industri Gula Berbasis Tebu

2.

Industri Farmasi,
Kosmetik dan Alat
Kesehatan

a. Industri Farmasi dan Kosmetik


b. Industri Alat Kesehatan

3.

Industri Tekstil, Kulit,


Alas Kaki, dan Aneka

a. Industri Tekstil
b. Industri Kulit dan Alas Kaki
c. Industri Furnitur dan Barang Lainnya
Dari Kayu
d. Industri Plastik, Pengolahan Karet,
dan barang dari karet

13

NO
.

INDUSTRI PRIORITAS

4.

Industri Alat Transportasi

a. Industri
b. Industri
c. Industri
d. Industri

5.

Industri Elektronika dan


Telematika/ICT

a. Industri Elektronika
b. Industri Komputer
c. Industri Peralatan Komunikasi

6.

Industri Pembangkit
Energi

Industri Alat Kelistrikan

7.

Industri Barang Modal,


Komponen, Bahan
Penolong dan Jasa
Industri

a. Industri Mesin dan Perlengkapan


b. Industri Komponen
c. Industri Bahan Penolong
d. Jasa Industri

8.

Industri Hulu Agro

a. Industri
b. Industri
c. Industri
d. Industri
e. Industri
f. Industri

JENIS INDUSTRI
Kendaraan Bermotor
Kereta Api
Perkapalan
Kedirgantaraan

Oleofood
Oleokimia
Kemurgi
Pakan
Barang dari Kayu
Pulp dan Kertas

14

NO
.
9.

10.

INDUSTRI PRIORITAS

JENIS INDUSTRI

Industri Logam Dasar


dan Bahan Galian Bukan
Logam

a. Industri pengolahan dan pemurnian


besi dan baja dasar
b. Industri pengolahan dan pemurnian
Logam dasar bukan besi
c. Industri logam mulia, tanah jarang
(rare earth), dan bahan bakar nuklir
d. Industri bahan galian non logam

Industri Kimia Dasar


Berbasis Migas dan
Batubara

a. Industri
b. Industri
c. Industri
d. Industri
Plastik
e. Industri
f. Industri

Petrokimia Hulu
Kimia Organik
Pupuk
Resin Sintetik dan Bahan
Karet Alam dan Sintetik
Barang Kimia Lainnya

15

H. PEMBANGUNAN SUMBER DAYA


INDUSTRI

1. Pembangunan Sumber Daya Manusia; melalui penyiapan SDM


yang berkompeten; serta fasilitasi penguatan tempat uji
kompetensi (TUK) dan lembaga sertifikasi SDM industri dan SKKNI
(Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia)
2. Pemanfaatan Sumber Daya Alam; melalui jaminan ketersediaan
bahan baku (kualitas, kuantitas dan kontinuitas) dengan
berkoordinasi dengan instansi terkait dan kemitraan serta integrasi
antara sisi hulu dan sisi hilir.
3. Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri; melalui
peningkatan kemampuan penguasaan dan pengembangan inovasi
teknologi
industri,
penelitian
dan
pengembangan
yang
terintegrasi, serta meningkatkan kerjasama industri internasional
untuk alih teknologi, peningkatan investasi dan penguasaan pasar
ekspor.
4. Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas dan Inovasi; melalui
fasilitasi pendirian pusat desain dan pusat inovasi teknologi untuk
meningkatkan daya saing industri.
5. Penyediaan Sumber Pembiayaan; dengan memfasilitasi akses

16

I. PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA


INDUSTRI

1. Pengembangan Standardisasi Industri; melalui penguatan


infrastruktur dalam rangka pemberlakuan SNI wajib serta
pengembangan standardisasi produk, proses, manajemen
(ISO 9000, ISO 14000, dan ISO 26000), serta spesifikasi
teknis, dan pedoman tata cara;
2. Pembangunan Infrastruktur Industri; melalui fasilitasi
penyediaan kebutuhan energi untuk industri, lahan
kawasan industri dan atau kawasan peruntukan industri;
3. Pembangunan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas);
melalui penyusunan rencana induk pengembangan sistem
informasi industri nasional, pengembangan sistem,
pengolahan data dan penyebarluasan informasi.

17

J. PEMBERDAYAAN INDUSTRI
1. Pengembangan Industri Hijau; melalui penetapan standar
industri hijau, pembangunan dan pengembangan lembaga
sertifikasi industri hijau yang tersertifikasi serta peningkatan
kompetensi auditor industri hijau.
2. Pengembangan Industri Strategis; berupa kajian potensi
industri strategis, penyertaan modal, pembentukan usaha
patungan dan pemberian fasilitas pada industri strategis
3. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN);
melalui sosialisasi dan pemberian insentif, pemberian
preferensi harga bagi produk yang telah mencapai TKDN
tertentu.
4. Kerjasama Internasional di bidang industri; melalui
perlindungan dan peningkatan akses pasar industri,
pengembangan
jaringan
rantai
suplai
global
dan
peningkatan kerjasama investasi industri serta peningkatan
akses sumber daya industri.
18

K. PERWILAYAHAN INDUSTRI
1. Penetapan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri
(WPPI);
2. Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri;
3. Pembangunan Kawasan Industri;
4. Pengembangan
Sentra IKM INDUSTRI KECIL &
L. PENGEMBANGAN
MENENGAH (IKM)
1. Pemberian insentif fiskal dan non fiskal;
2. Meningkatkan akses IKM terhadap pembiayaan;
3. Standardisasi, procurement dan pemasaran bersama;
4. Perlindungan dan fasilitasi terhadap inovasi baru;
5. Diseminasi informasi dan fasilitasi promosi dan
pemasaran di pasar domestik dan ekspor;
6. Peningkatan kemampuan kelembagaan;
7. Kerjasama kelembagaan.
19

20

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INDUSTRI


NASIONAL SESUAI RPJMN 2015 - 2019

21

1)
1 Pengembangan Perwilayahan Industri di luar pulau
Jawa, dengan strategi meliputi :
a. Fasilitasi pembangunan 14 Kawasan Industri (KI),
b. Membangun 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah
(SIKIM) yang terdiri dari 11 di Kawasan Timur Indonesia
dan 11 di Kawasan Barat Indonesia, dan
c. Berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan
dalam membangun infrastruktur utama (jalan, listrik, air
bersih, telekomunikasi, pengolah limbah, dan logistik),
infrastruktur pendukung tumbuhnya industri, dan
sarana pendukung kualitas kehidupan (Quality Working
Life) bagi pekerja.

22

2.
2 Penumbuhan Populasi Industri, dengan menambah
paling tidak sekitar 9 ribu usaha industri berskala besar
dan sedang dimana 50% tumbuh di luar Jawa, serta
tumbuhnya Industri Kecil sekitar 20 ribu unit usaha,
dengan strategi meliputi :
a. Mendorong investasi untuk industri pengolah sumber
daya alam, baik hasil pertanian maupun hasil
pertambangan (hilirisasi),
b. Mendorong investasi untuk industri penghasil barang
konsumsi kebutuhan dalam negeri yang utamanya
industri padat tenaga kerja,
c. Mendorong investasi untuk industri penghasil bahan
baku, bahan setengah jadi, komponen, dan subassembly (pendalaman struktur),
d. Memanfaatkan kesempatan dalam jaringan produksi
global, dan
e. Pembinaan industri kecil dan menengah (IKM) agar
dapat terintegrasi dengan rantai nilai industri

23

3. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (Nilai


3

Ekspor dan Nilai Tambah Per Tenaga Kerja) dengan


strategi meliputi :
a. Peningkatan efisiensi teknis, melalui :
Pembaharuan / revitalisasi permesinan industri
Peningkatan dan pembaharuan keterampilan
tenaga kerja
Optimalisasi
ke-ekonomian
lingkup
industri
(economic of scope)
b. Peningkatan penguasaan IPTEK / inovasi,
c. Peningkatan
penguasaan
dan
pelaksanaan
pengembangan
produk
baru
(new
product
development) oleh industri domestik, Pembangunan
faktor input (peningkatan kualitas SDM industri dan
akses ke sumber pembiayaan yang terjangkau), dan
d. Fasilitasi dan insentif dalam rangka peningkatan daya
saing dan produktivitas diutamakan industri: (1)
strategis; (2) maritim; dan (3) padat tenaga kerja

24

25

DASAR HUKUM

UU
No. 3 Pembangunan
Tahun 2014 Industri Provinsi.
(1) Setiap gubernur menyusun
Rencana
10mengacu kepada Rencana Induk
(2) Rencana Pembangunan Industri Pasal
Provinsi
Pembangunan Industri Nasional dan Kebijakan Industri Nasional.
(3) Rencana Pembangunan Industri Provinsi disusun dengan paling sedikit
memperhatikan:
a. potensi sumber daya Industri daerah;
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan/atau Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota; dan
c. keserasian dan keseimbangan dengan kebijakan pembangunan Industri di
kabupaten/kota serta kegiatan sosial ekonomi dan daya dukung
lingkungan.
(4) Rencana Pembangunan Industri Provinsi ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Provinsi setelah dievaluasi oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan
(1) peraturan
Setiap
bupati/walikota
menyusun
Rencana
perundang-undangan.
UU
No. 3 Tahun
2014 Pembangunan Industri
Kabupaten/Kota.
Pasal 11
(2) Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota disusun dengan mengacu
pada Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional dan Kebijakan Industri
Nasional.
(3) Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota disusun dengan paling
sedikit memperhatikan:
a. potensi sumber daya Industri daerah;
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota; dan
c. keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan sosial ekonomi serta daya
dukung lingkungan.
(4) Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota setelah dievaluasi oleh gubernur sesuai dengan

26

OUTLINE RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI DAERAH

Bagia
n

Provinsi

Kabupaten / Kota

Pendahuluan

Pendahuluan

II

Visi dan Misi Pembangunan


Industri Daerah

Visi dan Misi Pembangunan


Industri Daerah

III

Sasaran dan Rencana


Strategis Pembangunan
Industri di Daerah

Potensi Pembangunan
Industri Daerah

IV

Program Aksi Pembangunan


Industri di Daerah

Kawasan Peruntukan
Industri

Sasaran dan Rencana


Strategis Pembangunan
Industri di Daerah

VI

Program Aksi
Pembangunan Industri di
Daerah

27

OUTLINE RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI DAERAH


(LANJUTAN)
1. Pendahuluan berisi kondisi saat ini yang mencakup :
a. Gambaran umum (demografi & ekonomi),
b. Industri (jumlah, jenis, trend),
c. Sentra dan kawasan,
d. Infrastruktur pendukung
2. Visi dan misi pembangunan industri merupakan bagian dari visi dan misi
pembangunan daerah yang tidak bertentangan dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Induk Pembangunan Industri
Nasional (RIPIN) & Kebijakan Industri Nasional (KIN)
3. Sasaran dan rencana strategis pembangunan industri mencakup
pemetaan potensi industri berdasarkan sasaran industri KIN, RPJMN dan aspek
lain (globalisasi). Untuk Rencana provinsi, rencana pembangunan industri atau
kawasan industri yang bersifat lintas kabupaten/kota.
4. Program aksi pembangunan industri mencakup penumbuhan, penguatan
dan fasilitasi serta penyiapan infrastruktur industri (hard dan soft)
5. Potensi pembangunan industri daerah mencakup :
1. Potensi Sumber Daya Alam: data eksisting, yang telah dimanfaatkan dan yang
belum dimanfaatkan
2. Potensi Sumber Daya Manusia: kondisi saat ini dan proyeksi di masa depan (5
tahun)
6. Kawasan Peruntukan Industri mencakup penetapan daerah dalam konteks
perwilayahan industri: RTRW, penugasan RIPIN & KIN, dan aspek lain (frontier,
kemaritiman)

28

29

A. Kegiatan Dekonsentrasi Kementerian


Perindustrian di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2015
1. Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Industri Agro sebesar Rp 500 juta melalui
Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Industri Agro Unggulan

di Provinsi

Sumatera Utara
2. Dekonsentrasi Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah sebesar Rp 4,1
Milyar
a. Fasilitasi Pengembangan Produk IKM melalui:
1. Pelatihan Peningkatan Mutu dan Desain Kemasan Untuk Makanan Ringan di
Kab. Asahan
2. Pelatihan Peningkatan Mutu dan Desain Produk Alsintan Bagi IKM Pande Besi
di Kab.Labura
3. Pelatihan Peningkatan Mutu dan Desain Produk Pengolahan Rotan di
Kabupaten Tapanuli Selatan
4. Pelatihan Teknis dan Diversifikasi Produk Sulaman dan Bordir di Kota Binjai
5. Pelatihan Teknis Produksi Nugget dan Abon Ikan di Kota Sibolga

30

(Lanjutan)
b.

Fasilitasi Pengembangan Kemampuan Sentra melalui :


Pelatihan Peningkatan Desain Dan Diversifikasi Produk Fashion dari
Tenun Ulos di Kab. Samosir
Pelatihan Teknis Desain dan Diversifikasi Produk Tenun dan
Songket di Kab. Langka

c.

Fasilitasi Pengembangan Wirausaha Industri melalui :


Penumbuhan WUB Melalui Pelatihan Teknis Pembuatan Selai dan
Jelly dari Bahan Baku Jeruk di Kab. Karo
Penumbuhan WUB Melalui Pelatihan Teknis Produksi Gula Semut di
Kab. Tapanuli Tengah
Penumbuhan WUB Melalui Pelatihan Teknis Produksi Nugget dan
Abon IKan di Kota Tanjung Balai

31

B. Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan


Industri di Provinsi Sumatera Utara Tahun
2015

1. Fasilitasi Penambahan Sarana dan Prasarana Pusat Inovasi KEK Sei Mangkei
sebesar Rp. 2.000.000.000,2. Operasional Pusat Inovasi KEK Sei Mangke Dalam Rangka Pengembangan Inovasi
Industri Berbasis Kelapa Sawit dan Turunannya sebesar Rp. 2.500.000.000,3. Pelatihan ISO 14001 ke Industri karet di Sumatera Utara sebesar Rp. 221.692.000
,4. Promosi investasi produk hilir kelapa sawit (IHKS) untuk pengembangan klaster
oleochemical

di Sumatera Utara, Riau, Kalimatan Timur, Kalimantan Tengah,

Kalimantan Barat, dan Papua sebesar Rp. 1.141.300.000,5. Penguatan Kelembagaan Klaster IKM Fashion di (Sumatera Utara, Kalimantan
Barat) sebesar Rp. 233.160.000,6. Pelatihan Teknis Produksi Produk Spa berbasis Minyak Atsiri di Medan sebesar Rp.
215.214.000 ,7. Fasilitasi Sarana Produksi IKM Pakan Ternak di Tanah Karo sebesar Rp.
215.214.000,32

33

KAWASAN INDUSTRI
PEMBANGUNAN 14 KAWASAN INDUSTRI DI LUAR
PULAU JAWA

14. Kawasan Industri Jorong(Kalimantan Selatan)


34

RENCANA PEMBANGUNAN 14
KAWASAN INDUSTRI DI LUAR
PULAU JAWA

35

SENTRA IKM (SIKIM)


1. Dalam periode 2015-2019, pemerintah memprioritaskan
pembangunan 22 Sentra IKM baru di luar Pulau Jawa (Papua 3
sentra, Maluku 2 Sentra, Nusa Tenggara 4 Sentra, Sulawesi 2
Sentra, Kalimantan 5 Sentra dan Sumatera 6 Sentra).
2. Dari 22 SIKIM yang akan dibangun telah ditetapkan lokasinya
sebanyak 4 SIKIM yaitu :
a. Kabupaten Ogan Komering Ulu (Sumatera Selatan)
b. Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau)
c. Kota Pontianak (Kalimantan Barat)
d. Kabupaten Konawe (Sulawesi Tenggara)

36

Anda mungkin juga menyukai