Anda di halaman 1dari 23

Pendidikan, Ekonomi

dan Dunia Kerja

Setiap pembicaraan tentang


angkatan kerja pasti
menyangkut penduduk karena
penduduk adalah sumber
angkatan kerja. Khusus
mengenai indonesia, masalah
kependudukan timbul dalam
benuk jumlahnya yang besar,
laju pertumbuhan yang relatif
tinggi, komposisi yng kurang
menguntungkan, dan distribusi

Ada 5 golongan besar penduduk yang


menimbulkan
masalah
yang
benar-benar
Dua
golongan pertama
terdiri
dari
golongan
serius dari
ekonomi
dan
pemuda
yangsudut
tidak pernah
bersekolah
dan
sebenarnya
tidak
memiliki
persiapan untuk
penempatan
tenaga
kerja.
bekerja. Keadaan tiga golongan yang lain
menimbulkan masalah pada tingkat lain,
adalah golongan pemuda yang berhasil
menamatkan sekolah biasa pada tingkat
yang dapat dikatakan tinggi namjn
menemukan bahwa pendidikan yang
diperolehnya tidak sesuai dengan
kebutuhan ekonomi.

Selama ini, ada anggapan di masyarkat


bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan
seseorang maka semakin bagus
kualitasnya. "Itulah kesalahan kita," ujar
Che Wei. Untuk menghadapi tantangan
global tak cukup dengan sekolah. Pada
akhirnya gelar S1, S2, atau S3 cuma
menjadi sebuah brand (merek).
"Modernisasi dan kualitas tak bisa didapat
hanya dengan jenjang pendidikan. Salah
satu staf terbaik saya bahkan tak lulus
kuliah, tapi dia punya cara berpikir yang
sistematis," ujarnya.

Menurut Utomo Dananjaya (LP3ES),


selama ini pendidikan di Indonsia selalu
terpaku pada masalah kurikulum dan
kurang memperhatikan kompetensi
siswa. Ia menilai kurikulum yang ada
sangat materi sentris, terlihat dari
jumlah mata pelajaran di setiap
jenjang. Pada tingkat SD ada 12 mata
pelajaran, SMP 16 mata pelajaran, dan
SMA 21 mata pelajaran.

Implementasi bagi siswa


pendidikan dasar mencakup
beberapa hal
1. mengajak siswa untuk aktif mengembangkan
2.
3.
4.
5.
6.
7.

dirinya
siswa harus dilayani secara individu.
harus ada sinergi dalam dalam suasana
belajar dan maupun komunikasinya.
siswa diajak bekerja sana untuk mendorong
kreativitas.
siswa diajak memproduksi pengetahuan
dengan analisa dan memperkaya sumber
belajar.
Penilaian bagi siswa haruslah untuk
perbaikan dan peningkatan keberhasilan.
Siswa diajak untuk belajar sesuai tema.

Jika kompetensi siswa sudah


dibangun, hal yang tak kalah penting
adalah menghubungkan mereka
dengan dunia kerja. Widiastuti dari
Yayasan Nunari Dunia mengatakan
bahwa link and match (jaringan dan
kecocokan) dunia pendidikan dengan
industri belum terbangun. Akses yang
terbatas ini juga merupakan penyebab
banyaknya pengangguran. "Padahal,
setelah lulus siswa diharapkan bisa
cepat bekerja," ucapnya.

Ketua Pusat Penelitian Kebijakan Inovasi


Pendidikan Depdiknas Agung Purwadi
mengatakan, jaringan tak hanya antara
siswa dengan industri, tapi juga antara
industri dengan pembuat kebijakan.
"Sekolah dan pembuat kebijakan harus
tahu kompetensi apa saja yang paling
dibutuhkan industri. Kalau sudah, tentu
lebih mudah menyalurkan lulusan
sekolah," katanya.

Salah seorang praktisi dunia


pendidikan mengatakan bahwa hal
tersebut karena anak sejak kecil
dibiasakan menghafal hal-hal yang
kurang relevan/kurang terkait dengan
skill of life. Akibatnya, kreativitas
anak menurun drastis dan karena hal
yang dihafalkan tadi kurang terkait
dengan realitas (pengulangan minim
sekali) maka akan terjadi moto yang
salah yaitu Banyak belajar banyak

Selama ini, di sekolah maupun dunia kerja,


orang terpaku pada hasil akhir. Di sekolah
nilai seorang anak ditentukan pada saat
ulangan di akhir masa belajar (atau Unas)
sedangkan proses belajar anak selama
setahun penuh diabaikan. Demikian pula di
dunia kerja yang disorot adalah hasil akhir.

Salah satu sebab mengapa anak enggan


belajar karena mereka tidak tahu mengapa
mereka harus belajar hal tersebut. Sebagai
contoh mahasiswa akuntansi diajarkan teori
mengenai buku besar dan buku pembantu di
antaranya kartu piutang tapi tidak dijelaskan
mengapa hal tersebut harus dibuat (sebab
dianggap sudah seharusnya mengerti karena
juga diajarkan mengenai sistem
pengendalian intern dalam semester yang
lebih tinggi). Akibatnya ketika bekerja
mereka sering lupa membuatnya atau
bagaimana cara membuatnya sehingga
atasan mereka menjadi jengkel dan

Ada dua kategori manfaat pendidikan,


yaitu manfaat ekonomi dan nonekonomi.
1. Manfaat ekonomi mencakup persiapan
atau
pelatihan lulusan menjadi pelaku
poduktif dalam dunia profesi, juga
penelitian yang mendatangkan produk
atau teknologi yang dapat dipasarkan.
2. Manfaat nonekonomi misalnya
pencerdasan dan peningakatan
kesadaraan sosial. Tarik-menarik antara
dua kategori ini memunculkan sejumlah
masalah yang sulit dihindari.

Tujuh persoalan
mendasar dalam
pendidikan S-1 di
Amerika.

Pertama, diskontinuitas
antara dunia SMA dan
PT yang cenderung asyik
dengan dunianya sendiri.

Kedua, tidak jelasnya tujuan


atau misi PT. Bila yang dikejar
PT adalah kebutuhan pasar
(market driven) dan mahasiswa
sebanyak-banyaknya, misi suci
PT bisa jadi terabaikan, yakni
menghasilkan manusia terdidik
(educated person).

Ketiga, konflik yang dihadapi


dosen antara kewajiban
mengajar dan kewajiban
meneliti. Tugas utama dosen
adalah mengajar mahasiswa S-1
dengan efektif dan melayani
mahasiswa dengan
baik.

Keempat, sulitnya
menumbuhkan
kreativitas di
kalangan mahasiswa.

Kelima, sulitnya
menciptakan PT sebagai
laboratorium kehidupan.

Keenam, ihwal tata kelola


(governance) PT. Secara
internal para dosen lazimnya
lebih setia kepada disiplin
keilmuan, yaitu pada tingkat
program studi daripada kepada
PT tempat mereka mengajar.

Ketujuh, ihwal evaluasi hasil


pendidikan. Prestasi
akademik mahasiswa sangat
bergantung kepada dosen per mata
kuliah.
Nilai akhir atau IPK (indeks prestasi
kumulatif) dalam rentang 1,00- 4,00
adalah ukuran keterdidikan manusia
(educated person).

Kelima, sulitnya
menciptakan PT sebagai
laboratorium kehidupan.

Keenam, ihwal tata kelola


(governance) PT. Secara
internal para dosen lazimnya
lebih setia kepada disiplin
keilmuan,
yaitu pada tingkat program
studi daripada kepada PT
tempat mereka
mengajar.

Ketujuh, ihwal evaluasi hasil


pendidikan. prestasi akademik
mahasiswa sangat bergantung kepada
dosen per mata kuliah.
Nilai akhir atau IPK (indeks prestasi
kumulatif) dalam rentang 1,00- 4,00
adalah ukuran keterdidikan manusia
(educated person).

Anda mungkin juga menyukai