Anda di halaman 1dari 30

HINDU

Ifnu Rusdi
Muhammad Makhlad
Naily Azizin Nuha

Sejarah dan Perkembangan


Hindu
Agama Hindu sering disebut juga Santasa
Dharma (agama yang kekal) atau Waidika Dharma
(berdasarkan Weda), agama ini adalah campuran
antara agama Hindia asli dengan kepercayaan
bangsa arya.
Sebelum adanya bangsa arya, bangsa Dravida
telah lebih lama menetap di Hindia di wilayah
Lembah Indus, keberadaan bangsa Dravida juga
memiliki tingkat peradaban yang tinggi. Pada
penelitian peradabannya ditemukan gambaran
keagamaan bangsa Dravida yang masih dapat
dilacak dalam agam Hindu sekarang

Zaman Weda
Perkembang
an Agama
Hindu

Zaman Agama
Budha

Zaman Agama
Hindu

dimulai dengan masuknya bangsa Arya di Punjab


hingga munculnya agama Buddha

BACK

Zaman Agama Budha


Pada tahapan kedua ini perkembangan
agama Hindu mengalami corak yang sangat
berbeda dengan tahapan pertama, karena
terdesaknya bangsa Dravida oleh bangsa
Arya, sehingga bangsa Dravida mengalami
kemuduran.
Zaman
agama
Budha
diperkirakan berlangsung antar 500 S.M
hingga 300M.

BACK

Zaman Agama Hindu


Setelah berhasil menguasai daerah Monhejo
Daro dan Harappa bangsa Arya menyebar
keberbagai wilayah, misalnya ke Lembah
Sungai Gangga dan Yamuna. Penyebaran
tersebut
bangsa
Arya
kemudian
melangsungkan pekawinan dengan Bangsa
Dravida, sehingga terbentuklah generasi
baru dan lazim disebut bangsa Hindu.
Tahapan ini berlangsung sejak 300M hingga
sekarang.

BACK

Dinamakan agama Hindu, karena di dalamnya


mengandung adat-istiadat, budi pekerti, dan
gambaran kehidupan orang-orang Hindu. Agama
ini juga dinamakan Agama Brahma yang
wujudnya sejak permulaan abad ke-8 SM, yaitu
suatu kekuasaan yang besar yang memiliki daya
pengaruh yang tersembunyi yang memerlukan
amalan-amalan ibadat, seperti membaca doadoa,
menyanyikan
lagu
pemujaan,
dan
memberikan
korban-korban.
Selain
agama
Brahma, Hindu juga memiliki nama lain, seperti
agama Weda, agama Dharma, agama Upanishad,
atau agama Sri Khrisna Ahmad Shalaby,
Perbandingan Agama, Agama-Agama Besar di
India (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), hlm. 18.

Dinamakan agama Hindu, karena di dalamnya


mengandung adat-istiadat, budi pekerti, dan
gambaran kehidupan orang-orang Hindu. Agama
ini juga dinamakan Agama Brahma yang
wujudnya sejak permulaan abad ke-8 SM, yaitu
suatu kekuasaan yang besar yang memiliki daya
pengaruh yang tersembunyi yang memerlukan
amalan-amalan ibadat, seperti membaca doadoa,
menyanyikan
lagu
pemujaan,
dan
memberikan
korban-korban.
Selain
agama
Brahma, Hindu juga memiliki nama lain, seperti
agama Weda, agama Dharma, agama Upanishad,
atau agama Sri Khrisna Ahmad Shalaby,
Perbandingan Agama, Agama-Agama Besar di
India (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), hlm. 18.

Ajaran Hindu
Ajaran ini adalah gabungan dari ajaran kedua bangsa
tersebut, yaitu: ajaran yang ada pada kitab Weda
(bangsa Arya) dan memuliakan penjelmaan roh, dewa
dan hantu-hantu (bangsa Dravida)
Sedangkan menurut Abdul Munim Namir, agama
Hindu lebih merupakan suatu cara hidup daripada
kumpulan
kepercayaan.
Sejarah
menerangkan
mengenai isi kandungannya yang meliputi berbagai
kepercayaan dan hal-hal yang harus dilakukan.
Agama ini tidak mempunyai kepercayaan yang
membawanya turun hingga kepada penyembahan
batu dan pohon-pohon, dan membawanya naik pula
pada masalah-masalah falsafah yang abstrak dan
halus.

Sistem Ketuhanan

Agama Hindu merupakan kepercayaan


yang memuja dan menyembah para dewa.
Dewa utamanya disebut Trimurti. Trimurti
adalah kesatuan tiga dewa yaitu.
1). Dewa Brahma sebagai pencipta ;
2). Dewa Wisnu sebagai dewa pemelihara ;
3). Dewa Syiwa sebagai dewa perusak ;
Dewa-dewa ini oleh umat Hindu diwujudkan
dalam bntuk patung .

Pemujaan pada pertemuan waktu:


pagi, tengah hari dan petang

BACK

Bertujuan untuk pemurnian, dan menyucikan


kehidupan orang Hindu, yang memberikan setuhansentuhan spiritual, pada saat-saat penting dalam
kehidupan pribadi dari mulai penciptaan sampai
pembakaran mayat, menandakan tahapan yang
penting dari kehidupan seorang manusia.

BACK

BACK

Lima upacara kurban besar yaitu:


(1) Brahma Yajna atau Weda Yaja atau, kurban
kepada Brahman (Tuhan yang Maha Esa) atau kitab
suci Weda,
(2) Rsi Yajna, kurban kepada para Rsi; atau para
orang suci ;
(3) Pitra Yajna, kurban kepada leluhur, tanpa
pembakaran mayat;
(4) Bhta Yajna, kurban kepada semua makhluk
(hewan dan tumbuh-tumbuhan), tanpa Bhuta Kala;
(5) Manusya Yajna, kurban kepada sesama
manusia (dana punia).

Duduk dekat Tuhan atau pendekatan dengan


obyek pemujaan yang dipilih dengan bermeditasi
pada-Nya sesuai dengan ajaran-ajaran Sastra dan
guru.
(1) Saguna-upasana adalah meditasi konkrit,
(2) Nirguna-upasana adalah meditasi abstrak,
(3) Puja dan Ista Devata: Puj adalah istilah umum
bagi pemujaan ritual. Obyek pemujaan adalah Ista
Dewata atau Dewata penuntun.

Kitab Suci
Hindu

Aliran-Aliran Hindu

Waisnawa adalah golongan umat Hindu yang lebih


mengutamakan pemujaan terhadap dewa Wisnu,
sekte Waisnawa memposisikan dewa Wisnu sebagai
dewa tertinggi dan utama. Wisnu di gambarkan
sebagai dewa pencipta, dan pemelihara Alam
semesta, dan setiap saat memberantas semua
bahaya yang akan mengancam dunia. Dewa Wisnu
akan turun kedunia dengan berbagai penjelmaan
sesuai bahaya yang akan dihadapi hal ini disebut
(Awatara). Aliran ini memakai konsep Trimukti
(tritunggal) beserta sepuluh Awatara (Dacawatara)
Dalam Aliran Waisnawa para guru mereka adalah
kaum brahmana, dan siswanya dari semua
golongan. Dalam peribadatanya mereka mengulang
Astaksara Mantra (doa) Om Namo Nayaranaya,
adapun para jamaahnya memiliki ciri khas
menempatkan garis putih danCabang
satu garis merah
di
Sekte
tengah dahinya.

Sri Waisnawa
: yang lebih mencondongkan
pemujaan kepada dewa Narayana sebagai
Awatara Wisnu.
Sri Sampradaya :yang lebih mencondongkan
pemujaan kepada Dewi Laksmi sebagai
pasangan dari Dewa Wisnu
Brahma Sampradaya : yang lebih
mencondongkan pemujaan kepada Wisnu secara
Eksklusif.
Ramanadi
: yang lebih mencondongkan
pemujaan kepada Awatara Sri Rama, mereka
juga memuliakan Sita, Laksmana, dan Hanoman.
Caitanya
: yang lebih mencondongkan
pemujaan kepada Awatara Sri Krisna.

BACK

Aliran Saiwa adalah aliran dalam tubuh agama


Hindu yang lebih memusatkan pemujaan
kepada Dewa Siwa sebagai manifestasi Tuhan
yang Mahakuasa dan Maha esa. Walaupun
Dewa Siwa sering kali digambarkan
menyeramkan dan Dewa Perusak, tapi orang
hindu meyakini bahwa Siwa juga adalah
pencipta dan pemelihara, Aliran Saiwa ini
lebih tertarik menjalani pertapaan, yoga, dan
ritual penyucian daripada aliran Hindu yang
lain, hal ini dimaksudkan agar dapat
bersatu/bertemu dengan Siwa.
Para jamaahnya memiliki ciri khas melumuri
diri dengan abu dan melakukan ritual
penyucian diri.
BACK

Aliran Sakta adalah aliran yang


menyembah Dewi, pengikut saktisme
meyakini Dewi/Sakti sebagai kekuatan
yang mendasari prinsip-prinsip
maskulinitas yang digambarkan sebagai
pasangan dewa, Sakti diyakini memilki
banyak wujud seperti Parwati (pasangan
Siwa), Laksmi(pasangan Wisnu),

BACK

Hindu di Indonesia
Dibawa oleh para musafir dari India
antara lain: Maha Resi Agastya, yang
di Jawa terkenal dengan sebutan
Batara Guru atau Dwipayana dan juga
para musafir dari Tiongkok yakni
musafir Budha Pahyien.
Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat
kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha,
yaitu kerajaan Tarumanagara yang
dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda
sampai abad ke-16.

. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14,


kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di
Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing
mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar
tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya
menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan
Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi saksi
bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur,
Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331
hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh
kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian
besarnya adalah Indonesia beserta hampir
seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa
Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan
pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang
terlihat dalam wiracarita Ramayana.

Pengaruh agama Hindu mencapai Kepulauan


Nusantara sejak abad pertama. Ada
beberapa teori tentang bagaimana Hindu
mencapai Nusantara:
Teori Vaishya adalah bahwa perkawinan terjadi
antara pedagang Hindustan dan penduduk asli
Nusantara
Teori (Kshatriya) berpendapat bahwa para
prajurit yang kalah perang dari Hindustan
menemukan tempat pelipur lara di Nusantara.
Ketiga, teori para Brahmana mengambil sudut
pandang yang lebih tradisional, bahwa
misionaris menyebarkan agama Hindu ke
pulau-pulau di Nusantara.
Terakhir, teori oleh nasionalis (Bhumiputra)
bahwa para pribumi Nusantara memilih sendiri
kepercayaan tersebut setelah perjalanan ke

Pada abad ke-4, Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur,


Tarumanagara di Jawa Barat, dan Kalingga di Jawa Tengah
Sejak itu Agama Hindu bersama dengan Buddhisme
menyebar di seluruh nusantara dan mencapai puncak
pengaruhnya di abad ke-14.
Kerajaan yang terakhir dan terbesar di antara kerajaankerajaan Hindu-Buddha Jawa, Majapahit, menyebarkan
pengaruhnya di seluruh kepulauan Nusantara.
Dari abad ke-4 sampai abad ke-15 kerajaan Hindu bangkit
dan jatuh di Jawa: Tarumanagara, Kalingga, Medang,
Kerajaan Kediri, Kerajaan Sunda, Singhasari dan Majapahit.
Era ini dikenal sebagai Era Klasik Jawa, di mana sastra, seni
dan arsitektur Hindu-Buddha berkembang dan menjadi
masuk ke dalam budaya lokal Nusantara di bawah
perlindungan keraton Hindu Jawa.
Selama periode ini, banyak kuil Hindu Jawa dibangun,
termasuk Candi Prambanan abad ke-9 di dekat Kota
Yogyakarta, yang telah ditetapkan sebagai Situs Warisan
Dunia.

Di antara kerajaan-kerajaan Hindu Jawa, yang


paling dianggap penting adalah Majapahit, Di
antara kerajaan-kerajaan Hindu Jawa, yang
paling dianggap penting adalah Majapahit,
yang merupakan kerajaan terbesar dan
kerajaan Hindu terakhir yang signifikan dalam
sejarah Indonesia. Majapahit berpusat di Jawa
Timur, memerintah sebagian besar dari apa
yang sekarang merupakan Indonesia modern
dari sana. Sisa-sisa kerajaan Majapahit
bergeser ke Bali pada abad ke-16 setelah


Hindu Jawa telah memiliki dampak yang signifikan
dan meninggalkan jejak yang jelas dalam seni dan
budaya suku Jawa. Pertunjukan wayang serta tarian
Wayang Wong dan tarian klasik Jawa lainnya yang
berasal dari epos Hindu Ramayana dan
Mahabharata. Meskipun mayoritas orang Jawa
sekarang mengidentifikasikan diri sebagai Muslim,
bentuk seni Hindu Jawa tersebut masih bertahan.
Hindu Jawa telah bertahan dalam berbagai tingkat
dan bentuk di Jawa; dalam beberapa tahun
terakhir, konversi ke agama Hindu telah meningkat,
terutama di daerah yang mengelilingi sebuah situs
besar agama Hindu Jawa, seperti wilayah Klaten di
dekat Candi Prambanan. Kelompok etnis suku adat
tertentu, seperti suku Tengger dan suku Osing, juga
terkait dengan tradisi keagamaan Hindu Jawa.

Anda mungkin juga menyukai