PEMIKIRAN SOEKARNO
Marxisme
Nasionalis
me Sun
Yat Sen
Islamisme
Demokrasi
Barat
Sintes
is
Humanism
e Ghandi
PEMIKIRAN MUHAMAD
YAMIN
Nasionalis
me
Sriwijaya
Nasionalis
me
Majapahit
Bhinne
ka
Tungga
l Ika
PEMIKIRAN SOEPOMO
John
Locke
Thomas
Hobbes
J.J
Rousse
au
Sintes
is
Harold
J. Laski
Zaman Sriwijaya
Tahap
terbentuknya : 1)
zaman sriwijaya, 2)
negara kebangsaan
zaman Majapahit,
3) negara
kebangsaan
modern (Indonesia)
Mengembangkan
tata negara dan
tata pemerintahan
yang menciptakan
peraturanperaturan
Zaman sebelum
Majapahit
Kerajaan
Majapahit
Mengembangkan
toleransi beragama
dan sikap
humanisme dalam
pergaulan antar
manusia
C. Zaman Penjajahan
Runtuhnya
Majapahit abad XVI
Perlawanan Mataram di
bawah pemerintahan
Sultan Agung (16131645) melakukan
perlawanan ke Batavia
Tahun 1628 dan Tahun
1629
Berkembangnya
Islam dengan pesat
Perlawanan
Patimura di Maluku (1817),
baharudin di Palembang
(1819), Imam Bonjol di
Minangkabau (1821-1837),
Pangeran Diponegoro di Jawa
Tengah (1825-830)
Munculnya
kerajaan Islam
seperti Demak
Masuknya bangsa
Portugis berkuasa Tahun
1511
D. Kebangkitan Nasional
Abad XX pergolakan
kebangkitan Dunia
Timur
Indonesia kebangkitan
akan kesadaran berbangsa
(kebangkitan Nasional
1908) oleh dr. Wahidin
Sudirohusodo dengan Budi
Utomo
PROKLAMASI
Tanggal 14 Agustus 1945
Ir. Soekarno mengumumkan
bahwa bangsa Indonesia akan
merdeka sebelum jagung
berbunga (secepat mungkin)
BAB II
Pembukaan
Batang Tubuh
UUD
Rakyat
menunjukkan
Pancasila
sebagai suatu cita-cita
hukum yang berada di
puncak
segi
tiga.
Pancasila
menjiwai
seluruh bidang kehidupan
bangsa Indonesia. Dengan
kata
lain,
gambar
piramidal
tersebut
mengandung pengertian
bahwa Pancasila adalah
cerminan dari jiwa dan
cita-cita hukum bangsa
Kaus
al
Organis
Hubungan kausal
mengandung pengertian
Pembukaan UUD NRI tahun
1945 merupakan penyebab
keberadaan batang tubuh
UUD NRI tahun 1945,
sedangkan hubungan
organis berarti
Pembukaan dan batang
tubuh UUD NRI tahun 1945
merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan.
Pembuatan
kebijakan negara
dalam bidang
politik di Indonesia
harus
memperhatikan
rakyat yang
merupakan
pemegang
kekuasaan atau
kedaulatan berada
di tangan rakyat
(Pasal 26, 27 ayat
Bidan
g
Ekono
mi
Pembuatan kebijakan
negara dalam bidang
ekonomi di Indonesia
dimaksudkan untuk
menciptakan sistem
perekonomian yang
bertumpu pada
kepentingan rakyat
dan berkeadilan (Pasal
27 ayat (2), pasal 33,
dan pasal 34)
Pembuatan kebijakan
negara dalam bidang
sosial budaya
mengandung
pengertian bahwa nilainilai yang tumbuh dan
berkembang dalam
masyarakat Indonesia
harus diwujudkan dalam
proses pembangunan
masyarakat dan
kebudayaan di
Indonesia. (Pasal 29,
pasal 31, dan pasal 32)
Bidan
g
Hank
am
Pembuatan kebijakan
negara dalam bidang
pertahanan keamanan
harus diawali dengan
kesadaran bahwa
Indonesia adalah
negara hukum (Pasal
27 ayat (3) dan pasal
30)
BAB III
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
Ideologi ialah alat untuk mendefinisikan aktivitas
politik yang berkuasa, atau untuk menjalankan
suatu politik cultural management, suatu
muslihat manajemen budaya (Abdulgani, 1979:
20).
Ideologi itu, menurut Oesman dan Alfian (1990:
6), berintikan serangkaian nilai (norma) atau
sistem nilai dasar yang bersifat menyeluruh dan
mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh suatu
masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau
DIMENSI IDEOLOGI
dimensi
realita
nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi itu secara riil berakar dan hidup
dalam masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut
bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya.
dimensi
idealisme
nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme, bukan lambungan anganangan, yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui
perwujudan atau pengalamannya dalam praktik kehidupan bersama mereka seharihari dengan berbagai dimensinya.
dimensi
fleksibilit
as
Pancasila
dan
Liberalisme
Pancasila
dan
Komunisme
Pancasila
dan Agama
LINGKUP
LINGKUP PENGERTIAN
PENGERTIAN FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
A.
A.
FILSAFAT
FILSAFAT SBG.
SBG. SUATU
SUATU KEBIJAKSANAAN
KEBIJAKSANAAN
YANG
YANG RASIONAL
RASIONAL DARI
DARI SEGALA
SEGALA SESUATU
SESUATU
B.
B.
FILSAFAT
FILSAFAT SEBAGAI
SEBAGAI SUATU
SUATU SIKAP
SIKAP DAN
DAN
PANDANGAN
PANDANGAN HIDUP
HIDUP
C.
C.
FILSAFAT
FILSAFAT SEBAGAI
SEBAGAI SUATU
SUATU KELOMPOK
KELOMPOK
PERSOALAN
PERSOALAN
D.
D.
FILSAFAT
FILSAFAT SEBAGAI
SEBAGAI SUATU
SUATU KELOMPOK
KELOMPOK
TEORI
TEORI DAN
DAN SISTEM
SISTEM PEMIKIRAN
PEMIKIRAN
E.
E.
FILSAFAT
FILSAFAT SBG.
SBG. SUATU
SUATU PROSES
PROSES KRITIS
KRITIS
DAN
DAN SISTEMATIS
SISTEMATIS DARI
DARI SEGALA
SEGALA
PENGETAHUAN
PENGETAHUAN MANUSIA
MANUSIA
F.
F.
FILSAFAT
FILSAFAT SBG.
SBG. SUATU
SUATU USAHA
USAHA UNTUK
UNTUK
MEMPEROLEH
MEMPEROLEH PANDANGAN
PANDANGAN YANG
YANG
KOMPREHENSIF
KOMPREHENSIF
DASAR ONTOLOGIS
ONTOLOGIS
DASAR
PEMIKIRANTENTANG
TENTANG
PEMIKIRAN
NEGARABANGSA,
BANGSA,
NEGARA
MASYARAKATDAN
DANMANUSIA
MANUSIA
MASYARAKAT
PANCASILA
SEBAGAI
SISTEM FILSAFAT
DASAR
DASAR
EPISTEMOLOGIS
EPISTEMOLOGIS
SEBAGAI SUATU
SUATU
SEBAGAI
PENGETAHUAN INTERN
INTERN
PENGETAHUAN
STRUKTUR LOGIS
LOGIS DAN
DAN
STRUKTUR
KONSISTEN
KONSISTEN
DASAR
IMPLEMENTASINYA
DASAR
IMPLEMENTASINYA
AKSIOLOGIS YANG
YANG
AKSIOLOGIS
TERKANDUNG DI
DI
TERKANDUNG
DALAMNYA, HIERARKHI
HIERARKHI
DALAMNYA,
DAN STRUKTUR NILAI DI
DASAR ONTOLOGIS
ONTOLOGIS
DASAR
PEMIKIRANTENTANG
TENTANGNEGARA
NEGARA
PEMIKIRAN
BANGSA,MASYARAKAT
MASYARAKATDAN
DAN
BANGSA,
MANUSIA
MANUSIA
PANCASILA
PANCASILA
SEBAGAI
SEBAGAI
SISTEM
SISTEM FILSAFAT
FILSAFAT
DASAR EPISTEMOLOGIS
EPISTEMOLOGIS
DASAR
SEBAGAISUATAU
SUATAUPENGETAHUAN
PENGETAHUAN
SEBAGAI
INTERNSTRUKTUR
STRUKTURLOGIS
LOGISDAN
DAN
INTERN
KONSISTENIMPLEMENTASINYA
IMPLEMENTASINYA
KONSISTEN
DASAR
DASAR AKSIOLOGIS
AKSIOLOGIS
YANG
YANG TERKANDUNG
TERKANDUNG DI
DI
DALAMNYA,
DALAMNYA, HIERARKHI
HIERARKHI DAN
DAN
STRUKTUR
STRUKTUR NILAI
NILAI DI
DI DALAMNYA
DALAMNYA
KONSEP
KONSEP ETIKA
ETIKA YANG
YANG
TERKANDUNG
TERKANDUNG DI
DI DALAMNYA
DALAMNYA
ESENSI
ESENSI FILSAFAT
FILSAFAT
PANCASILA
PANCASILA
ESENSI
ESENSI NEGARA
NEGARA
DASAR
DASAR
ONTOLOGIS
ONTOLOGIS
SUBJEK
SUBJEK PENDUKUNG
PENDUKUNG
NEGARA
NEGARA
HUBUNGAN
HUBUNGAN NEGARA
NEGARA
DNG.WARGANEGARA
DNG.WARGANEGARA
SUMBER
SUMBER
PENGETAHUAN
PENGETAHUAN
DASAR
DASAR
EPISTEMOLOGIS
EPISTEMOLOGIS
SISTEM
SISTEM
PENGETAHUAN
PENGETAHUAN
DASAR
DASAR KEBENARAN
KEBENARAN
PENGETAHUAN
PENGETAHUAN
CARA
CARA
MENDAPATKAN
MENDAPATKAN
PENGETAHUAN
PENGETAHUAN
1.
1. HAKIKAT
HAKIKAT NILAI
NILAI
DASAR
DASAR
AKSIOLOGIS
AKSIOLOGIS
2.
2. SUMBER
SUMBER NILAI
NILAI
3.
3. STRUKTUR
STRUKTUR NILAI
NILAI
Kesatuan
sila-sila
Pancasila
dalam
struktur
yang bersifat
hirarkis dan
berbentuk
piramidal
Hubungan
kesatuan
sila-sila
Pancasila
yang saling
mengisi dan
saling
mengkualifik
asi
4
1
4
5
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
Etika harus dibedakan dengan etiket. Etika adalah kajian ilmiah terkait
dengan etiket atau moralitas. Dengan demikian, maka istilah yang tepat
adalah etiket pergaulan, etiket jurnalistik, etiket kedokteran, dan lain-lain.
Etiket secara sederhana dapat diartikan sebagai aturan kesusilaan/sopan
santun.
Secara etimologis (asal kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos,
yang artinya watak kesusilaan atau adat. Istilah ini identik dengan moral
yang berasal dari bahasa Latin, mos yang jamaknya mores, yang juga
berarti adat atau cara hidup. Meskipun kata etika dan moral memiliki
kesamaan arti, dalam pemakaian sehari-hari dua kata ini digunakan
secara berbeda. Moral atau moralitas digunakan untuk perbuatan yang
sedang dinilai, sedangkan etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai
yang ada (Zubair, 1987: 13).
Etika
Teleologi
Etika
Keutama
an
ETIKA PANCASILA
1.
2.
3.
4.
moralit
as
individu
moralit
as
sosial
moralit
as
mondial
TERIMA KASIH