Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEHIDUPAN
OLEH
ASTRI PEPY SETIRINI
Teori Nebula
Teori ini menjelaskan terjadinya jagat raya atau tata
surya yaitu terdapat gumpalan kabut yang berputar
perlahan-lahan. Bagian tengah kabut itu lama kelamaan
menjadi gumpalan gas yang kemudian menjadi matahari.
Bagian kabut di sekitarnya menjadi planet-planet dan
satelit.
Teori Planetasimal
Menurut teori ini, matahari telah ada sebagai salah satu dari
bintang-bintang di alam semesta. Pada suatu masa, ada sebuah
bintang yang berpapasan dengan matahari dengan jarak yang
tidak terlalu jauh dan terjadilah peristiwa pasang naik pada
permukaan matahari dan bintang itu. Sebagian matahari tertarik
ke arah bintag tersebut.
Pada saat bintang itu menjauh, sebagian massa matahari jatuh
kembali ke permukaan matahari dan sebagian lagi tehambur ke
ruang angkasa di sekitar matahari. Bagian dari massa matahari
itu kemudian menjadi planet-planet yang dan beredar pada
orbitnya.
Teori Kontraksi
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Descrates (15961650). Ia mengatakan bahwa bumi semakin lama,
semakin susut dan mengerut yang disebabkan oleh
terjadinya proses pendinginan sehingga di bagian
permukaan bumi terbentuk relitf berupa gunung, lembah,
dan daratan.
Teori Laurasia-Gonwana
Teori ini dikemukakan oleh Eduard Zuess dan Frank
Taylor. Mereka mengatakan bahwa pada awalnya
terdapat dua benua yang berlokasi di dua kutub, yaitu
Benua Laurasia dan Gonwana. Kedua benua tersebut
bergerak ke arah ekuator secara perlahan-lahan dan
terpecah-pecah membentuk benua seperti sekarang ini.
Gonwana : Amerika Selatan, Antartika, Afrika, Australia,
dan India.
Laurasia : Amerika Utara dan Eropa
Teori Konveksi
Teori ini dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H.
Hess. Mereka menyatakan bahwa di dalam bumi yang
masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus
konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang berada di
atasnya. Ketika arus konveksi yang membawa material
lava ke permukaan bumi, kemudia lava tersebut akan
membeku membentuk lapisan kulit bumi baru yang
menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lama.
Konvergensi
Konvergensi adalah gerakan saling bertumbukkan antara
lempeng tektonik. Tumbukan antar lempeng tekronik
dapat berupa tumbukkan antara lempeng benua dan
benua atau lempeng samudera dengan lempeng
samudera.
1. Tumbukan antara lempeng India dengan lempeng Benua Eurasia yang menghasilkan
terbentuknya pegunungan lipatan muda Himalaya yang merupakan pegunungan
tertinggi di dunia dengan puncak tertingginya, yaitu Mount Everest. Contoh
lainnya,
2. Tumbukan lempeng Italia dengan Benua Eropa yang menghasilkan terbentuknya
Pegunungan Alpen. Zone berupa jalur tumbukan antarlempeng benua dengan lempeng
dasar samudera, disebut Zone Subduksi atau zone tunjam.
3. Tumbukan antara lempeng benua Amerika dengan lempeng dasar Samudera Pasifik
yang menghasilkan terbentuknya Pegunungan Rocky dan Pegunungan Andes.
Disvergensi
Dispergensi, yaitu
lempeng tektonik.
gerakan
saling
menjauh
antar
bergeser
Inti Luar
Inti bumi bagian luar merupakan salah satu bagian dalam
bumi yang melapisi inti bumi bagian dalam. Inti bumi
bagian luar mempunyai tebal 2250 km dan kedalaman
antara 2900-4980 km. Inti bumi bagian luar terdiri atas
besi dan nikel cair dengan suhu 3900 C
Inti Dalam
Inti bumi bagian dalam merupakan bagian bumi yang
paling dalam atau dapat juga disebut inti bumi. inti bumi
mempunyai tebal 1200km dan berdiameter 2600km. inti
bumi terdiri dari besi dan nikel berbentuk padat dengan
temperatur dapat mencapai 4800 C.
Ketiga era pada era eon phanerozoikum dibagi dalam satuan waktu yang
lebih pendek yang disebut periode. Setiap periode berlangsung hingga
10 milyar tahun sajadan para ahli geologi membagi ke dalam skala
waktu yang lebih kecil yang disebut zaman (epoch).
Bumi di zaman ini berlangsung sangat lama dan diperkirakan lebih dan
2.500 juta tahun. Pada zaman Arkaeikum bumi masih dalam proses
pembentukan dan keadaannya masih sangat labil. Saat itu bumi masih
berupa bulatan bola gas yang sangat panas dan belum tampak adanya
tanda-tanda kehidupan.
Zaman Palaeozoikum berlangsung kurang lebih 340 juta tahun. keadaan bumi masih
belum stabil. namun suhu bumi mulai dingin. Iklim selaiu berubah-ubah dengan curah
hujan yang sangat lebat. Tanda-tanda kehidupan pada zaman ini mulai terlihat dengan
munculnya mikroorganisme, adanya binatang-binatang kecil yang diduga tidak
bertulang belakang. Ikan, rerumputan, dan berbagai jenis ganggang. Kehidupan yang
telah ada pada zaman mi dapat diteliti karena ditemukan sisa-sisa tumbuhan dan
hewan purba yang telah menjadi batu. biasa disebut fosil. Fosil ini tersebar di hampir
seluruh dunia dan banyak juga ditemukan di bebatuan di dalam laut.
Zaman Mesozolkum berlangsung kurang lebih 150 juta tahun yang lalu. lklim sudah Iebih bersahabat,
dan hujan mulai mereda. Pada zaman Mesozoikum, keadaan alam mulai berubah dengan tanah yang
semakin kering. Ada beberapa binatang yang tetap bertahan hidup walau ada juga yang punah. Kehidupan
hewan seperti ikan banyak yang berubah tetapi, ada jenis yang tetap bisa bertahan hidup walau berada di
tanah. Beberapa hewan amphibi menjelma menjadi besar, kulit telurnya mengeras dan hewan ini sudah
mulai berada di darat. Inilah permulaan munculnya binatang reptil. Jenis reptil yang ada pada zaman
Mesozoikum bentuknya besar-besar. contohnya dinosaurus, brontosaurus, dan tyrannosaurus. Di
samping reptil berbentuk besar yang hidup di darat. beberapa jenis burung juga sudah ada di zaman ini.
Pada zaman Itu ada corak kehidupan yang unik yaitu jokken moddinger merupakan timbunan sampah
dapur yang terdapat di sepanjang pantai timur Sumatra berupa sampah dan kulit siput dan kerang..
1. Zaman Tersier
Zaman ini disebut juga zaman ketiga. Zaman Tersier terbagi menjadi beberapa
masa seperti Paleosen, Eosen, Oligosen, Miosen, dan Pliosen. Pada zaman ini
jenis monyet berukuran besar sudah mulai ada dan diperkirakan hidup dengan
memakan dedaunan. Mungkin jenis monyet ini berasal dan Afrika, ketika benua
itu masih subur dan sejuk serta masih menyatu dengan benua Asia. Binatang ini
kemudian menyebar ke wilayah Asia dan meneruskan perjalanannya ke Asia
Selatan dan Asia Tenggara. Keturunannya masih terlihat di Kalimantan Tengah
dan Kalimantan Barat.
Pada masa Pliosen, muncul jenis gorilla yang besar, disebut Giganthropus
(kera manusia raksasa). Binatang ini pada sekitar 10 juta tahun yang lalu
banyak terlihat di Pegunungan Himalaya dan di India Utara. Bersamaan
dengan berubahnya keadaan bumi, binatang ini menghilang. Selain tu terdapat
Australopithecus, artinya manusia kera dari Selatan, tanda peninggalannya
ditemukan di Afrika Selatan dan Afrika Timur. Sementara itu ditemukan juga
hewan bertulang belakang yang disebut Athrocotherius dan Choeromous
merupakan jenis babi hutan yang biasa hidup di Asia. Bekas-bekas binatang
ini banyak ditemukan di Kalimantan sehingga dapat disimpulkan, bahwa pada
masa Pliosen ternyata Pulau Kalimantan masih bersatu dengan daratan Asia.
Masa antar-glasial, yaitu waktu suhu bumi kemball naik yang menyebabkan
lapisan es menjadi mencair, sementara gletser kembali ke tempat semula. Ketika
iklim menjadi panas, lapisan es mencair hingga mencapai daerah yang sekarang
disebut wilayah tropis. Masa itu disebut sebagai masa pluvial (masa hujan). Masa
berlangsungnya pluvial dan antar-pluvial di Asia, khususnya di Indonesia, belum
diketahui dengan jelas. Bentuk tubuh manusia selalu harus menyesuaikan dengan
perubahan-perubahan alam yang terjadi. Meskipun kemampuan akal dan fisik masih
terbatas, manusia harus mempertahankan hidupnya dengan mengoptimalkan daya
kerja akal. Mereka harus mencari makan dengan mengandalkan kemampuan fisik
dan peralatan yang masih sederhana.
Sementara itu letusan gunung berapi dan banjir yang silih berganti kerap meninggalkan
lapisan tanah yang subur yang berguna bagi kehidupan manusia dan hewan. Hewan
berbulu tebal yang hidup pada Kala Pleistosen seperti mammoth tetap berada di daerah
bersuhu dingin. Sementara itu hewan yang berbulu tipis akan bergeser ke daerah yang
suhunya lebih panas, daerah tropis seperti Pulau Jawa, Sulawesi, dan Filipina (dengan
melintasi Malaysia) merupakan tempat yang dipilih hewan-hewan berbulu tipis. Ada
juga hewan-hewan berbulu tipis yang melintas ke Formosa, ke Filipina. Kalimantan,
Jawa, dan Sulawesi. Dua jalan penyeberangan hewan in, menurut para ahli dibatasi
dengan Garis Wallace yang membujur antara Selat Makassar dan Selat Lombok.
Pada Kala Pleistosen Akhir, atau yang disebut Kala Holosen, banyak
gletser mencair sehingga permukaan air laut naik. Kala Holosen dimulal
sejak 10.000 tahun lalu hingga kini Pada Kala Holosen in tingkat
kemahiran manusia semakin berkembang. Manusia dapat dibedakan dari
hewan karena memiliki akal dan berkembang secara bertahap sesuai
dengan perkembangan pola pikirnya. Manusia mulai menetap di gua-gua,
lalu mencari makan dengan berburu dan bercocok tanam.
Alat-alat bantu yang terdiri dari batu, kayu, tulang, atau tanduk. Alatalat tersebut dibuat dengan cara dipukul-pukul untuk mendapatkan
bentuk yang Iebih balk. Ada sisi yang dibuat menjadi tajam yang
gunanya untuk mengiris binatang buruan. Alat ini digolongkan sebagai
kapak walaupun bentuknya masih sangat sederhana. Contoh. kapak
perimbas monofaslal dan penetak bifasial. Alat-alat bantu yang terbuat
dari gumpalan batu atau kerakal
Pasca Kala Pleistosen dan Kala Holosen, manusia masih memenuhi kebutuhan
pangannya dengan cara berburu binatang dan mengumpulkan makanan, seperti umbiumbian, kerang dan Iain-lain. Kehidupan seperti ini diperkirakan muncul sekitar 6.000
tahun sebelum Masehi. Pada masa ini manusia sudah bisa membuat gerabah sebagai barang
penunjang kehidupan sehari-hari, walaupun bentuknya sangat sederhana. Mereka juga
membuat perhiasan dengan desain yang beraneka ragam. Dalam kehidupan social susunan
tugas dalam masyarakat mulai tertata sesuai jenls kelamin. Kaum lelaki berburu sedangkan
kaum perempuan mengumpulkan makanan. Kehidupan spiritual juga sudah terlihat,
terutama dalam upacara pemujaan arwah nenek moyang. Kemudian secara perlahan
kehidupan bercocok tanam mulai berkembang. terutama di wilayah Asia Tenggara.