Anda di halaman 1dari 32

P3A1, 26 Tahun, uk 27 mgg

Sepsis syok, post partus spontan, IPFD,


PEB pada multipara hamil imatur (27
mgg) riwayat sc 3 tahun yll dengan
penurunan kesadaran e.c epilepsi
symptomatik DD/Idiopatik+ Hipokalemia
(2,4) + ISK + anemia (9.1)

Kronologis
15/1/2016. IGD
Pasien Konsulan dari Ts Neurologi dengan keterangan penurunan
kesadaran dan epilepsi. Dari alloanamnesis suami dan ibu pasien ,
tidak ada keluhan mengenai kehamilan ini, pasien demam 1 hari
SMRS dan mengalami kejang hari ini langsung penurunan kesadaran
kemudian di bawa ke RSDM
ANC di bidan 2x
Statsus Perkawinan : Menikah 1x/ 6 tahun
Riwayat obstetrik :
1.Lahir preterm, bayi meninggal setelah satu hari perawatan
2. Bayi perempuan, BBL 3000gr, sc a.i sungsang, 3 thn, di pku cilacap
3.Ab, uk.16mgg th 2014, tidak kuret
4.Hamil sekarang

Riw ayat Penyakit D ahulu


Hipertensi/ penyakit jantung/ asma/ DM/ alergi

disangkal
Riwayat epilepsi sejak 3 tahun lalu, kira-kira 1
bulan setelah SC. Pasien mulai mengkonsumsi
obat anti epilepsi 2 tahun lalu setelah beberapa
kali kejang. Setelah itu pasien rutin kontrol berobat
ke RSDM dengan diagnosa epilepsi tahun 2014.
Riwayat 1x kejang dan mengalami penurunan
kesadaran lalu mondok di RSDM. Satu tahun
terakhir pasien mulai berhenti mengkonsumsi obat
antiepilepsi. Ketika pasien hamil ini, pasien

Pem eriksaan Fisis


KU= lemah, somnolen
TD= 150/90, HR= 96 x/mnt, RR= 24x/mnt, T=

38.4
CA -/- SI -/ C/P= vesikuler, BT : ronki -/-, whezzing -/-, S1S2
reguler
Abd= supel, NT (-), teraba janin tunggal,
intauterine, preskep, kepala belum masuk
panggul, his (-), DJJ= 152 x/mnt

U SG
Janin tunggal dalam uterus, preskep, DJJ (+)
Biometri janin= BPD 7.52, AC= 22.10, FL= 4.99,

taksiran berat janin= 1070 gr


Plasenta di korpus kanan gr I
Air kawah kesan cukup
Tidak tampak kelainan kongenital major

D iagnosis
PEB pada multigravida hamil imatur (27 mgg) bdp
riwayat sc 3 tahun yll dengan penurunan
kesadaran e.c epilepsi symptomatik DD/Idiopatik+
Hipokalemia (2,7) + obs. Febris

Terapi
HCU melati I
Protab PEB
Inj. Dexametason 1 amp/ 12 jam
Observasi keadaan umum, vital sign, tanda tanda
impending eklamsia

N eurologi
Dx neurologi : A : generalized seizure,
T : cortex
E : susp. epilepsi simptomatis dd idiopatik
Tx neurologi:
O2 3 ltr/mnt
IVFD asering 20 gtt/mnt
Inj. Vitamin B12 1 amp/ 12 jam
Inj. Fenitoin 300 mg (jika membaik, maintenance)
Inj. Paracetamol/ 8 jam
Plan : EKG, EEG, MRI

Interna
Dx interna: Klinis ISK
Tx interna: inj. Ceftriaxon 2 gr/ 24 jam
Rencana : urinalisa

Kultur darah
Kultur urine

Laboratorium (15-01-16)
Hb

11,1 g/dl

Protein Ewitz

Hmt

33%

PT/APTT

Blood glucose

108 mg/dl

HbsAg

NR

AL
AT

11,5
thousand/ul
292
thousand/ul

+2

AE

3,94 million/ul

ureum

14

SGOT

39

SGPT

23

Albumine

2,7

Creatinine

0.6

LDH

463

Na

132

2,7

Cl

107

10

pem eriksaan lab (16 -01-2016)


Urinalisa
Leukosit= 75
Protein= 150 mg/dl
Eritrosit= 50 mg/ dl
Epitel skuamosa= 2-4 lp
Kristal amorf
Bakteri +

17-01-15

01.00 WIB
Pasien dalam persalinan lanjut persalinan
pervaginam
Rawat ICU post partum

17/01/2016 01.00
KU= lemah, somnolen
VS= BP= 130/80 mmHg, HR= 120x/mnt, RR=
20x/mnt, t= 38.4
Mata= CA-/-, SI-/ Thorax= C/P dalam batas normal
Abd= supel, NT (-), his (+) 2x/10/35, DJJ (+),
kepala masuk panggul >1/3 bagian
Pemeriksaaan vagina= V/U tenang, dinding vagina
dalam batas normal, portio 2 cm, eff 50%, STLD
(+)

17-01-15

04.00 fetal distress


04.30 kala II, IPFD
04.35 Lahir bayi perempuan, 900 gr, maserasi (-)
Plasenta lahir spontan, lengkap.
06.30 2 jam post partum
Rawat ICU
15.15 Pasien kejang selama 30 menit (general
seizure)

17/01/2016 17.00 20.30


KU= jelek, sopor
VS= BP= 120/70 mmHg, HR= 161x/mnt, RR=
33x/mnt, t= 40
Mata= CA-/-, SI-/ Thorax= C/P dalam batas normal
Abd= supel, NT (-), TFU 2jari diatas symphisis
Gen : Darah (-), lochea (+)

Laboratorium (17-1-2015)
- Hb=9.1 gr/dl
Ht=28%
Al=21.1 ribu/l
At=259 ribu/l
Ae=3.22 juta/
AGD : asidosis metabolik terkompensasi sempurna

D iagnosis
Syok Sepsis, PEB pada multigravida hamil imatur

(27 mgg) dalam persalinan riwayat sc 3 tahun yll


dengan penurunan kesadaran e.c epilepsi
symptomatik DD/Idiopatik+ Hipokalemia (2,7) +
ISK + Anemia (9,1)

Anestesi
Dx : Syok sepsis
Management :

- Intubasi ventilator SIMV, PEEP +5, FiO2 100%


Loading cairan : N- Epinefrin dan dobutamin dosis
maksimal
Konsul jantung : cor compensated, hipotensi ec.
Syok sepsis

N eurologi
Diagnosis :
K : Serial partial secondary generalized seizure,
penurunan kesadaran
T : Korteks
E : Status Epileptikus
Terapi :
-Loading Fenitoin 750mg dlm 50cc NS
kec.50mg/menit
-Inj. Diazepam 10mg (k/p)

ICU
18/01/2016 00.20
Nadi menurun, AV Block 2 Arrest,
KU : Koma
VS : TD : 70/50, HR : 135x/mnt, RR: Ventilator T : 38,4
Thorax= C/P dalam batas normal
Diagnosa = Sepsis syok, post partus spontan IPFD,
PEB pada multipara hamil imatur (27 mgg) riwayat
sc 3 tahun yll dengan penurunan kesadaran e.c
epilepsi symptomatik DD/Idiopatik+ Hipokalemia
(2,4) + ISK + anemia (9.1)

Anestesi
Dx : Syok sepsis
Management :
RJPO
N- Epinefrin dan dobutamin dosis maksimal
KIE keluarga

ICU
17/01/2016 02.00
KU= Jelek, coma
VS= Tensi tidak terukurn nadi tidak teraba
Mata= pupil midriasis maksimal

Pasien dinyatakan meninggal dunia

dihadapan keluaga dan tim medis

EEG 20-1-15
Terdapat fokus epileptikus pada frontobilateral

Epilepsy
Epilepsy penyakit neurologi serius yang paling umum

terjadi dalam kehamilan, terjadi pada 1 dari sekitar 200


kehamilan.
Pada kebanyakan wanita pengidap epilepsi yang kemudian
hamil, kehamilannya akan mudah dan melahirkan bayi yang
sehat.
Namun pada beberapa wanita yang mengidap epilepsi parah,
kehamilannya akan lebih sulit dan memerlukan pengawasan
ekstra dari tim dokter yang terbiasa menangani wanita
pengidap epilepsi.
(Dr Michael Marsh, Consultant in Obstetrics and Gynaecology, Kings College
Hospital, London, UK. On basic guide of epilepsy in pregnancy)

24

Epilepsy
Risiko besar terkait kehamilan bagi wanita pengidap

epilepsi adalah meningkatnya frekuensi kejang yang


diiringi dengan meningkatnya risiko kematian dan
janin cacat.
Pengendalian kejang adalah prioritas utama. Studi
sebelumnya menggambarkan aktivitas kejang yang
memburuk selama kehamilan.
Namun hal ini sudah tidak umum lagi sekarang karena
obat-obatan yang lebih efektif. (williams obstetrics
24th ED)
25

Kejang
Eklampsia
Generalized

Kejang
Epilepsi
Partial (focal) :
Simple and
complex
secondary
generalized
Generalized:
Tonic absence
Clonic
Myoclonic
Tonic-clonic
Atonic
26

Aura

Porsi awal kejang


Berlangsung beberapa detik sampai
beberapa menit
Pada kejang primer umum, tidak ada aura

Ictus

Episode kejang
Berlangsung selama 15 30 detik pada
absence seizures
EEG selalu abnormal

Postictal
stage

Terjadi segera setelah kejang


EEG menunjukkan aktivitas gelombang
focal pelan atau tersebar
27

Epileptic
Eclampti
c

EEG
Tak ada temuan CT/MRI
yang signifikan
CT/MRI

28

Acute M anagem ent of seizure during


pregnancy
Sama seperti penderita yang tidak sedang hamil
penting untuk diingat bahwa dalam kehamilan,
mempertahankan oksigenasi ibu adalah
kepentingan paling utama bagi janin.
Periode hipoksia singkat pada ibu dapat berarti
hipoksia parah pada janin (dikarenakan keunikan
kurva penguraian hemoglobin oksigen janin)
Benzodiazepines seperti Lorazepam and Diazepam dapat
diberikan secara intravena. Pasien kemudian dapat
dimasukkan Fenitoin.

29

30

Kesim pulan
Manajemen awal jalan nafas, oksigenasi, and
menunjang perfusi yang cukup
Perhatian intensif pada janin, terutama jika telah
mencapai usia kehamilan yang cukup. Selagi
evaluasi dilaksanakan untuk menginvestigasi
penyebab, pemberian benzodiazepine pada Ibu,
diikuti oleh Fenitoin secara intravena pada dosis
lazim.
31

Kesim pulan

CT scan kepala diperlukan untuk


membedakan pusat penyebab
organis kejang eklampsia, namun
tetap harus ada perhatian akan
keselamatan ibu dan janin akan
paparan radiasi.
32

Anda mungkin juga menyukai