Multitrauma: Cedera
Maksilofasial,trauma Pelvis
Oleh kelompok 4:
Gina Rahmawati 1311311056
Dwi kurnia piardani 1311311060
Yaumil hidayatil husna 1311311062
Yossy Amelia faradea 1311311064
Tri Setiawan 1311311066
Paramitha Rosani 1311311068
Riry Ayuza Putri 1311311070
Joniza Lestari1311311072
Cidera Maksilofasial
PENGERTIAN
Trauma
maksilofasial
adalah
suatu ruda paksa yang mengenai
wajah dan jaringan sekitarnya.
Trauma
pada
jaringan
maksilofasial dapat mencakup
jaringan lunak dan jaringan
keras. Yang dimaksud dengan
jaringan lunak wajah adalah
jaringan lunak yang menutupi
jaringan keras wajah.
ETIOLOGI
Penyebab trauma maksilofasial bervariasi:
mencakup kecelakaan lalu lintas,
kekerasan fisik,
terjatuh,
olah raga
trauma akibat senjata api.
Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama trauma
maksilobasial yang dapat membawa kematian dan
kecacatan pada orang dewasa secara umum dibawah
usia 50 tahun dan angka terbesar biasanya terjadi pada
pria dengan batas usia 21-30 tahun.
PATOFISIOLOGI
Patah Tulang
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis dan tanda trauma maksilofasial dapat berupa:
Dislokasi
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan saat awal trauma pada
cedera kepala dan wajah selain dari factor
mempertahankan fungsi ABC (airway,
breathing, circulation) dan menilai status
neurologis (disability, exposure),
maka factor yang harus diperhitungkan
pula adalah mengurangi iskemia serebri
yang terjadi. Keadaan ini dapat dibantu
dengan pemberian oksigen dan glukosa
sekalipun pada otak yang mengalami
trauma relative memerlukan oksigen dan
glukosa yang lebih rendah.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Primary Survey
Airway
Secondary Survey
Anamnesa
Keluhan utama
Riwayat keluarga, sosial, dan
sistem.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat masalah kesehatan
sekarang
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan klinis dari masing-masing
fraktur maksilofasial dapat dilakukan
dalam dua pemeriksaan, yakni
pemeriksaan ekstra oral dan intra
oral. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan radiografis yang dapat
membantu dalam menegakkan
diagnosa dari fraktur maksilofasial.
Diagnosa Keperawatan
Pola Nafas
Tidak efektif Gangguan Perfusi
Jaringan
Kekurangan Volume Cairan
Nyeri akut b.d agen cedera
Trauma Pelvis
PENGERTIAN
Trauma
Pelvis adalah putusnya
kontinuitas tulang, tulang rawan
epifisis atau tulang rawan sendi dan
gangguan struktur tulang dari pelvis.
Pada orang tua penyebab paling
umum adalah jatuh dari posisi
berdiri.
Namun,
fraktur
yang
berhubungan dengan morbiditas dan
mortalitas
terbesar
melibatkan
pasukan yang signifikan misalnya
dari kecelakaan kendaraan bermotor
atau jatuh dari ketinggian.
ETIOLOGI
Trauma langsung: benturan pada tulang dan
mengakibatkan fraktur pada tempat tersebut.
Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul
benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
Proses penyakit: kanker dan riketsia.
Compresion force: klien yang melompat dari
tempat ketinggian dapat mengakibatkan fraktur
kompresi tulang belakang.
Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan
otot yang kuat sehingga dapat menyebabkan
fraktur (misal; elektrik shock dan tetani).
PATOFISIOLOGI
Mekanisme trauma pada cincin panggul terdiri atas:
Kompresi anteroposterior
Hal ini biasanya akibat tabrakan antara seorang pejalan
kaki dengan kendaraan. Ramus pubis mengalami fraktur,
tulang inominata terbelah dan mengalami rotasi eksterna
disertai robekan simfisis. Keadaan ini disebut sebagai open
book injury.
Kompresi lateral
Kompresi dari samping akan menyebabkan cincin
mengalami keretakan. Hal ini terjadi apabila ada trauma
samping karena kecalakaan lalu lintas atau jatuh dari
ketinggian
Trauma vertical
Hal ini terjadi apabila seseorang jatuh dari ketinggian pada
satu tungkai
Trauma kombinasi
Pada trauma yang lebih hebat dapat terjadi kombinasi
kelainan diatas.
MANIFESTASI KLINIS
Trauma
pelvis sering merupkana bagian dari
salah satu trauma multiple yang dapat mengenai
organ-organ lain dalam panggul. Keluhan berupa
gejala
pembengkakan,
deformitas
serta
perdarahan subkutan sekitar panggul. Pasien
datang dalam keadaan anemi dan syok karena
perdarahan yang hebat. Terdapat gangguan
fungsi anggota gerak bawah.
Pada cedera tipe A pasien tidak mengalami syok
berat tetapi merasa nyeri bila berusaha berjalan.
Terdapatnyeri tekan lokal tetapi jarang terdapat
kerusakan pada visera pelvis.
Pada tipe cedera B dan C pasien mengalami syok
berat, sangat nyeri dan tak dapat berdiri, pasien
mungkin juga tidak dapat kencing. Mungkin
PENATALAKSANAAN
Evaluasi lengkap penting pada pasien
dengan trauma pelvis berkekuatan-tinggi
karena kejadian ini jarang terjadi sebagai
cedera tersendiri. Daya yang sama yang
menyebabkan disrupsi cincin pelvis sering
dihubungkan dengan cedera abdomen,
kepala, dan toraks. Sebagai tambahan
terhadap cedera-cedera ini, 60-80% pasien
dengan fraktur pelvis berkekuatan tinggi
memiliki hubungan lain dengan cedera
muskuloskeletal,
12%
berhubungan
dengan cedera urogenital dan 8%
Rekognisi
Menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan
kemudian di rumah sakit.
Riwayat kecelakaan
Parah tidaknya luka
Diskripsi kejadian oleh pasien
Menentukan kemungkinan tulang yang patah
Krepitus
Reduksi
Reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Reduksi
terbagi menjadi dua yaitu:
Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi
atau gips
Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui
pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat
yang langsung kedalam medula tulang.
Retensi
Menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan
fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan (gips/traksi)
Rehabilitasi
Langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
.
.
.
.
.
.
Primary survey
Airway dengan kontrol servikal
Breathing dan Ventilasi-Oksigenasi
Circulation Dengan Kontrol Perdarahan
Evaluasi
DisabilityExposure/Environment
Secondary survey
Anamnesa
Identitas Klien
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Psikososial
Pemeriksaan fisik
Diagnosa keperawatan
Nyeri akut b.d Fraktur Pelvis
Risiko Kekurangan volume cairan b.d
Perdarahan
Gangguan mobilitas fisik b.d
kerusakan rangka atau tulang
neuromuskuler
TERIMA KASIH