DERMATITIS VENENATA
Oleh:
M Patrio G.S
Nur Amalina .D
Rama Rapina
Preceptor:
dr. Yulisna, Sp.KK
SMF PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH H. ABDOEL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
Pendahuluan
STATUS PASIEN
Anamnesis
Riwayat penyakit
Keluhan utama
Riwayat Perjalanan
Penyakit
1 hari
SMRS
Bercak kemerahan
gatal di bagian
punggung pasien
Anamnesis
Riwayat penyakit dahulu
Keluhan dirasakan pertama kali
Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit kronis sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga
Keluhan yang sama di dalam
keluarga disangkal.
Status Generalis
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran :
Compos mentis
Status Gizi : Baik
Vital sign
TD
: 120/80
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu: -
Status Dermatologis
Pemeriksaan dermatologis
Resume
Diagnosis
Diagnosis Banding
Dermatitis venenata
Dermatitis kontak alergik
Diagnosis Kerja
Dermatitis venenata
Penatalaksanaan
Non medikamentosa
Penjelasan mengenai penyakit dan
terapinya :
Mengetahui jenis serangga penyebabnya
Mengedukasi pasien agar tidak
menggaruk luka yang ada
Memberitahu pasien bahwa penyakit
tersebut bisa sembuh sendiri
Medikamentosa
Topikal
Hydrocortison Cream 1%
Prognosis
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Dermatitis venenata: Dermatitis Kontak Iritan yang
disebabkan oleh terpaparnya bahan iritan dari beberapa
tanaman seperti rumput, bunga, pohon mahoni, kopi,
mangga, serta sayuran seperti tomat, wortel dan
bawang. Bahan aktif dari serangga juga dapat menjadi
penyebab
Gejala klinis
Stadium akut : kelainan kulit berupa
eritema, edema, vesikel, atau bula, erosi
dan eksudasi, sehingga tampak basah.
Stadium sub akut : eritema berkurang,
eksudat mengering menjadi krusta
Stadium kronis : tampak lesi kronis,
skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi,
papul, mungkin juga terdapat erosi atau
ekskoriasi karena garukan
Diagnosis
Kriteria Diagnostik DKI
Mayor
Minor
Subyektif
Obyektif
Pada
fissure
sedikit
perbedaan
kontak
terbakar
Proses
penyembuhan
menghindari iritan
dimulai
dengan
perubahan
morfologi
sedangkan
menunjukkan
waktu
Tatalaksana
Penanganan dermatitis kontak yang tersering adalah menghindari
bahan yang menjadi penyebab.
Pengobatan medikamentosa terdiri dari:
Pengobatan sistemik :
Kortikosteroid, hanya untuk kasus yang berat dan digunakan dalam waktu
singkat.
Prednisone
Antihistamin
Chlorpheniramine maleat
Dewasa : 3-4 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak
: 0,09 mg/KgBB/dosis, sehari 3 kali
Diphenhydramine HCl
Dewasa : 10-20 mg/dosis i.m. sehari 1-2 kali
Anak
: 0,5 mg/KgBB/dosis, sehari 1-2 kali
Loratadine
Dewasa : 1 tablet sehari 1 kali
- Pengobatan topikal :
Bentuk akut dan eksudatif diberi kompres larutan garam faali (NaCl 0,9%)
Bentuk kronis dan kering diberi krim hydrocortisone 1% atau diflucortolone
valerat 0,1% atau krim betamethasone valerat 0,005-0,1% (11)
PEMBAHASAN
DIAGNOSIS
De
lesi di daerah
punggung , lesi
linear dengan
papula eritem
Gejala yang
dialami
Predileksi
Bentuk
Efloresensi yang
ditemukan
Pasien dengan
dermatitis venenata:
Datang dengan gatal
pada daerah yang
tidak ditutup
Lesi berbatas tegas,
berbatas pada bagian
yang terkena iritan
Bahan iritan
tergantung pada
konsentrasi dan letak
kulit yang terpapar
Reaksi yang muncul
biasanya akibat
kerusakan jaringan
DIAGNOSIS BANDING
Perbedaan
DKI
DKA
Keluhan
Nyeri, gatal
Lesi
Bahan
Reaksi yang
muncul
TERAPI
Hydrocortison
cream 1%
KESIMPULAN
Dermatitis yang disebabkan spesifik diakibatkan oleh
bahan aktif yang dikandung oleh serangga genus
Paederus, yakni pederin, disebut dengan paederus
dermatitis atau dermatitis lineari atau blister beetle
dermatitis.
Patogenesis penyakit ini ialah terjadi gejala
peradangan klasik di tempat terjadinya kontak di kulit
berupa eritema, edema, panas, nyeri, bila iritan kuat.
penatalaksanaan penyakit ini yang baik adalah
mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien
untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai
dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah B.,Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah Sakit,Indonesia: Pusat Penerbitan
Universitas Airlangga., 2009, hal 94-96.
James WD., Berger TG., Elston DM., Andrews Diseases of The Skin: Clinical Dermatology,10th ed,
Canada: Elsevier Inc., 2006, pg 421-427.
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., editor. Djuanda S., Sularsito SA., penulis. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Edisi Kelima, Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007, hal 129-138.
Morsy TA, Arafa MA, Younis TA, Mahmoud IA. Studies on Paederus alfieni Koch (Coleoptera:
Staphylinide) with special reference to the medical importance. J Egypt Soc Parasitol 1996;26:337-51
Zargari O, Asadi AK, Fathalikhani F, Panahi M. Paederus dermatitis in northern Iran: A report of 156 cases.
Int J Dermatol 2003;42:608-12
Gurcharan Singh, Syed Yousuf Ali. Paederus Dermatitis. Indian J Dermatol Venerol Leprol January-February
2007.Vol 73
Gelmetic C, Grimalt R. Paederus dermatitis: An easy diagnosable but misdiagnosed eruption. Eur J Pediatr
1993;153:6-8
Kamaladasa SD, Perera WD, Weeratunge L. An outbreak of Paederus dermatitis in a suburban hospital in Sri
lanka. Int J Dermatol 1997; 36(1): 34-6.
Wolff K., Goldsmith LA., Katz SI., Gilchrest BA., Paller AS., Leffell DJ., Fitzpatricks DERMATOLOGY
IN GENERAL MEDICINE, 7th ed, USA: McGraw-Hill Companies., 2008, pg 395-401
Syed Nurul Rasool Qadir MMBS1, Naeem Raza MMBS2, Simeen Ber Rahman MD3. Paederus dermatitis In
Sierra Leone. In Dermatology Online Journal Vol 12 Num.7
Pohan SS., Hutomo MM., Sukanto H., Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Indonesia: Pusat Penerbitan Universitas Airlangga., hal 5-8
TERIMA KASIH