KELOMPOK A.9
Ketua : Junita Putri Anwar
Sekretaris
(1102013142)
: Hana Fadhilah
(1102013121)
(1102013058)
(1102013089)
(1102013100)
SKENARIO 3 PERDARAHAN
PERVAGINAM
Seorang wanita umur 35 th berobat ke poliklinik kebidanan dengan keluhan
keluar darah dari vagina, dan berbau. Pasien mempunyai tiga orang anak,
terkecil umur 6 tahun. Dari pemeriksaan sensorium komposmentis dan vital
sign dalam batas normal. Haid teratur, tiap bulan, lama 7 hari. Dokter
meminta perawat untuk mempersiapkan dan mendampingi pemeriksaan.
Pemeriksaan perut, inspeksi, palpasi dan perkusi dalam batas normal.
Begitupula vulva tidak ada kelainan. Inspekulo: dinding vagina dalam batas
normal, servik membesar, berbenjol, berdarah. Vaginal toucher: servik
membesar, berbenjol, contact bleeding (+), uterus sebesar telor bebek,
mobile, ovarium tidak membesar. Untuk menegakkan diagnosis, dokter
melakukan pemeriksaan penunjang.
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan Penyebab Perdarahan Pervaginam
2. Memahami dan Menjelaskan Karsinoma Serviks
2.1. Definisi
2.9. Prognosis
2.10. Komplikasi
Etiologi
Sebab-sebab organik:
Disebabkan oleh kelainan pada:
1. Serviks uteri; seperti polip servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada portio
uteri, karsinoma servisis uteri.
2. Korpus uteri; polip endometrium, abortus imminens, abortus insipiens, abortus
incompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma
korpus uteri, sarkoma uteri, mioma uteri.
3. Tuba fallopii; kehamilan ekstopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.
4. Ovarium; radang overium, tumor ovarium.
Sebab-sebab fungsional:
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik,
dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada
setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi kelainan ini lebih sering
dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fung ovarium.
Patologi
Menurut Schroder pada tahun 1915, gangguan perdarahan yang dinamakan
metropatia hemorrgica terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah
sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan corpus luteum. Akibatnya
terjadilah hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang
berlebihan dan terus menerus. Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoir
gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor neuromuskular, vasomotorik,
atau hematologik, yang mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedang
perdarahan anovulatoir biasanya dianggap bersumber pada gangguan
endokrin.
Manifestasi Klinis
1. Perdarahan ovulatori
2. Perdarahan anovulatori
Jenis Histopatologis
1. Skuamous carcinoma
1.
Keratinizing
2.
3.
4.
Verrucous
2. Adeno carcinoma
1.
Endocervical
2.
Endometroid (adenocanthoma)
3.
4.
5.
Serous
6.
Intestinal
3. Mixed carcinoma
1.
Adenosquamous
2.
Mucoepidermoid
3.
Glossy cell
4.
Adenoid cystic
4. Undifferentiated carcinoma
5. Carcinoma tumor
6. Malignant melanoma
7. Maliganant non-epithelial tumors
1.
2.
Lymphoma
a.
b.
c.
d.
Pemeriksaan Ginekologi:
lesi tingkat pra-kanker
kadang hanya
menunjukkan gambaran khas seperti leukoplakia, erosi, ektropion atau
servisitis. Pada tingkat lanjut porsio terlihat berbenjol-benjol menyerupai
bunga kol (pertumbuhan eksofitik) atau mungkin juga ditemukan fistula
rektovaginal ataupun vesikovagina.
Pemeriksaan Penunjang:
1. Pap Smear
2. Biopsi
a. Kolposkopi
b. Tes Schiller
c. Radiologi
d. Penanda Tumor
e. Thin Prep
f.
IVA
Diagnosis Banding
1. Infeksi HPV
2. Infeksi panggul
3. Kista Nabothian
4. Hiperplasia kelenjar
5. Mesonefrik remnants
6. Endometriosis
7. Polip serviks
8. Servikal fibroid
Pembedahan:
1.
Cryosurgery
2.
Bedah laser
3.
Konisasi
4.
5.
Trachelektomi
6.
Ekstenterasi panggul
Radioterapi:
1.
Eksternal
2.
Internal (brachytherapy)
Kemoterapi
: 80%-90%
Stadium II : 60%-70%
Stadium III : 30%-40%
Stadium IV : 0%-10%.
Gangguan berkemih
2.
3.
Emboli paru
4.
5.
Trauma syaraf
Pasca Kemoterapi:
1.
2.
3.
4.
Sariawan
5.
6.
7.
Sesak napas
8.
Kelelahan
DAFTAR PUSTAKA
Andrijono. 2005. Sinopsis Kanker Ginekologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Azis, MF., dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Mary Calvagna, MS. Diagnosis of Cervical Cancer. American Cancer Society website. Available at: http://www.cancer.org. Last reviewed April 2007.
Arumugam, V.2011. Ca serviks. Melalui http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21709/.../Chapter%20II.pdf
Anonim. 2012. Differential diagnosis of cervical cancer.
http://lhiezainternisti.blogspot.com/2009/12/pandangan-islam-dalam-pelayanan.html
Campion M. Preinvasive disease. In: Berek Js, Hacker NF. Practical gynecologic oncology. 3rd Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2000; 271315
Mardjikoen P. Tumor ganas alat genital. Dalam : Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Editor. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999;380-9
Kusuma F, Moegni EM. Penatalaksanaan Tes Pap Abnormal. Cermin Dunia Kedokteran 2001; 133:19-22
Sjamsuddin S. Pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Cermin Dunia Kedokteran 2001;133:9-14
Harahap RE. Neoplasia intraepithelial serviks (NIS). Jakarta: UI Press, 1984:1-77
Wright TC, Kurman RJ, Ferenzy A. Precancerous lesions of the cervix. In: Kurman RJ. Ed. Blausteins pathology of the female genital tract. 4 th ed. New
York: Springer-Verlag, 1994;229-277
Jong WD, Syamsuhidayat R. 2002. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. EGC. Jakarta
TERIMA KASIH