Anda di halaman 1dari 10

P

A
D
A
H
R
E
T
I
P
A
S
N
E
M
U
R
N
A
R
I
A
C
E
M
U
L
O
V
H
PENGARU
S
A
G
O
I
B
N
A
K
IL
S
H
G
N
E
M
M
A
L
A
D
S
E
S
E
F
M
A
C
BERMA
yani
zi Handa
Linda Wati, Yuni Ahda, De
Padang
ri
e
g
e
N
s
a
it
rs
e
iv
n
U
A
Jurusan Biologi FMIP

Oleh :
3 1 4 048
1
.
IM
N
n
a
w
ia
t
e
Ferry S
07 1
4
1
3
1
.
IM
N
n
la
z
a
H

Latar Belakang
Krisis

energy terus menjadi permasalahan di Indonesia bahkan di dunia.

Pertumbuhan

penduduk

yang

cepat

dan

maraknya

industry-industry

menyebabkan peningkatan permintaan energy. Krisis energy salah satunya


disebabkan oleh penggunaan bahan bakar minyak (BBM) oleh berbagai sector,
misalnya bahan bakar untuk transportasi, industry, rumah tangga dan seltor
lainnya. Oleh karena itu diperlukan energy alternative pengganti BBM dan
solusi terhadap penurunan kualitas lingkungan. Energi alternative telah mulai
dikembangkan untuk mengatasi krisis energy, diantaranya adalah PLTN, minyak
sawit dan biogas.

Namun, berdasarkan fakta dilapangan, biogas merupakan

menjadi energy alternative yang lebih menjanjikan disbanding sumber energy


alternative lainnya.

Lanjutan

Kotoran

ternak merupakan pilihan yang tepat sebagai bahan baku pembutan


biogas, karena di dalam kotoran ternak telah mengandung bakteri metagonik
ayng dapat menghasilkan gas metan. Kotoran sapi, kuda, kambing dan kerbau
memiliki kandungan selulosa yang tinggi dan mudah diuraikan oleh bakteri, selain
itu kotoran ini mudah didapatkan dan menjadi limbah yang tidak termanfaatkan.

Proses

pembuatan biogasdipengaruhi oleh berapa factor, diantaranya adalah


suhu, pH, substrat, pengadukan dan starter. Dari penelitian yang telah
dilakukan penggunaan starter dari rumen sapi terbukti mampu meningkatkan
volume biogas yang terbentuk serta dapat mempersingkat jangka waktu
pembentukan biogas yang pada umumnya puncak volume tanpa penambahan
rumen sapi yaitu pada hari ke 30, sedangkan pada penambahan rumen sapi
puncak volume biogas pada hari ke 20. Limbah cair rumen sapi ini sangat
berpotensi dignakan sebagai starter pada proses pembuatan biogas karena belum
termanfaatkan dengan baik dan mudah ditemukan dirumah pemotongan hewan.

METODE PENELITIAN
Feses Sapi, Kuda, Kaming
Dan Kerbau
BAHAN

VARIABEL BERUBAH

Tanpa penambahan cairan rumen sapi


( 0 mL)

Penambahan 160 mL cairan rumen sapi


Penambahan 320 mL cairan rumen sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Volume Biogas Yang Dihasilkan Dari Setiap Perlakuan

Perlakuan
Sapi
Kuda
Kambing
kerbau

Volume biogas yang dihasilkan (cm3)


O mL

160 mL

320 mL

10,22

56,78

71,40

173,23

226,56

145,00

2,13

6,81

20,25

6,77

5,27

28,28

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Volume Cairan Rumen Terhadap Lama


Nyalapada Feses Sapi, Kuda, Kambing Dan Kerbau

HASIL DAN PEMBAHASAN

Interaksi Antara Memperlihatkan Feses Dan


Volume Cairan Rumen Terhadap Lama Nyala Api

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan bahwa:

Jenis feses memiliki kemampuan yang berbeda dalam


menghasilkan volume biogas

Penambahan cairan rumen umumnya dapat meningkatkan


volume biogas yang dihasilkan.

Terdapat interaksi atau hubungan yang positif antara jenis feses

dan penambahan cairan rumen terhadap produksi biogas pada


feses sapi, kambing dan kerbau. Namun tidak pada feese kerbau

Anda mungkin juga menyukai