Anda di halaman 1dari 23

GEOMORFOLOGI KUANTITATIF

PEMBAGIAN SATUAN BERDASARKAN PERHITUNGAN


MORFOMETRI KECAMATAN BOGOREJO, KABUPATEN
BLORA, PROVINSI JAWA TENGAH

Latar Belakang
Daerah penelitian yang secara fisiografi termasuk dalam Zona Rembang (Van
Bemmelen, 1949) dan secara struktural termasuk dalam Zona Rembang-MaduraKangean-Sakala (Pertamina-Robertson Research, 1986, dalam Prasetyadi, 2007) ini
pada umumnya telah banyak diteliti dan dipelajari oleh beberapa ilmuwan kebumian.

Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan


pemetaan geologi pemukaan yang mencakup
pemerian data geologi berupa geomorfologi dan
pembagian satuan yang teramati di daerah
penelitian.
Tujuannya adalah membuat peta geomorfologi, dan
membagi satuan geomorfologi berdasarkan
perhitungan morfometri.

Lokasi dan Luas Daerah Penelitian

Secara administratif daerah penelitian termasuk dalam


Kecamatan Bogorejo, Kecamatan Sale, dan Kabupaten
Blora dan Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah
serta sebagian kecil saja Kecamatan Jatirogo,
Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur (Gambar 1.1).
Secara astronomis daerah penelitian terletak pada
koordinat 6o 52 37 LS 6o 56 00 LS dan 111o 30
30 BT 111o 35 26 BT, (meridian 0 dari Greenwich,
dengan luas 54 km2 (6 km x 9 km). Daerah
penelitian termasuk dalam Peta Rupa Bumi Indonesia
Lembar Bogorejo No. 1509 - 211, dengan skala 1 :
25.000 yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survei
dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL).

Lokasi penelitian
Gambar 1.1. Peta lokasi daerah penelitian(Sumber : Peta administra Jawa Tengah)

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian

Pemetaan geologi ini dilakukan


dengan metode penelitian geologi
permukaan (geological surface
mapping). Metode ini meliputi
pengamatan, pemerian, dan
pengukuran langsung di lapangan
pada kenampakan data - data dan
kondisi geologi yang tersingkap di
permukaan bumi

TINJAUAN PUSTAKA
Geomorfologi Regional
Fisiografi Jawa Tengah Jawa Timur oleh Van Bemmelen
(1949) dibagi menjadi 7 zona (Gambar 3.1). Pembagian
zona ini berdasarkan kondisi litologi penyusun, pola
struktur, dan morfologi.

Zona Fisiografi Jawa Tengah Jawa Timur oleh Van


Bemmelen (1949) dari utara ke selatan adalah sebagai
berikut :
Zona Dataran Aluvial Pantai Utara Jawa
Zona Depresi Semarang - Rembang
Zona Rembang
Zona Depresi Randublatung
Zona Kendeng
Zona Depresi Tengah/Zona Solo
Zona Pegunungan Selatan

Lokasi penelitian
Gambar 3.1. Peta Fisiografi daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur (modifikasi dari Van
Bemmelen, 1949, dalam Hartono, 2010)

PEMBAHASAN
Geomorfologi Daerah Penelitian

Pembagian satuan geomorfologi daerah penelitian


didasarkan pada pengembangan klasifikasi Van Zuidam
dan Cancelado (1979) dan Van Zuidam (1983)
berdasarkan pada kenampakan morfologi di lapangan,
yaitu pembagian satuan geomorfologi berdasarkan
pada morfometri (Tabel 4.1) dan morfogenesa (Tabel
4.2).
Morfometri adalah pembagian satuan geomorfologi yang

berdasarkan pada perhitungan kemiringan lereng dan beda


tinggi (Van Zuidam dan Cancelado, 1979).
Morfogenesa adalah pembagian satuan geomorfologi

berdasarkan atas genetiknya dan perkembangan bentuklahan


serta proses yang terjadi padanya (Van Zuidam, 1983).

Berdasarkan hasil perhitungan beda tinggi dan


kelerengan (morfometri) pada peta topografi dan data
lapangan serta melihat morfogenesa yang ada di daerah
penelitian, maka daerah penelitian dapat dibagi menjadi :
Satuan Geomorfologi Perbukitan Kars bergelombang
kuat (K2)
Satuan Geomorfologi Topografi bergelombang lemah
Denudasional (D5)
Satuan Geomorfologi Dataran bergelombang normal
Denudasional (D7)

Klasifikasi unit geomorfologi bentukan proses


denudasional (D)

Klasifikasi unit geomorfologi bentukan asal karst (K)


(Van Zuidam, 1983)

Satuan Geomorfologi Perbukitan Kars Bergelombang


kuat(K2)
Satuan geomorfologi ini meliputi 51,95 % dari total
keseluruhan daerah penelitian yang meliputi Gunung Gundet,
Gunung Guaranjam, Gunung Kemikerep, Gunung Surak,
Gunung Pegat, Gunung Gampeng, Gunung Guwa, Desa Kajar
dan Desa Tegaldowo. Morfologi pada satuan ini berupa
morfologi kars yaitu morfologi bentukan dari batugamping
akibat adanya proses karstifikasi yang intensif pada daerah
penelitian sehingga hamparan bukit kars di daerah penelitan
sangat banyak ditemukan

Satuan geomorfologi Perbukitan Kars bergelombang kuat (K2) foto diambil di Lp 29 lereng Gunung Pegat
(Lensa menghadap utara).

Satuan Geomorfologi Topografi Bergelombang lemah


Denudasional(D5)
Satuan geomorfologi ini meliputi 10,04 % dari seluruh daerah
penelitian yaitu meliputi Desa Jlodro dan Ngasem. Satuan ini mempunyai
pelamparan relatif utara-selatan dari daerah penelitian. Morfologi pada
satuan ini berupa topografi dataran yang relatif bergelombang namun
tidak terjal yang secara morfogenesa terbentuk akibat proses
denudasional yang berlangsung pada daerah penelitian
Satuan Geomorfologi Dataran bergelombang normal Denudasional
(D7)
Satuan geomorfologi ini meliputi 38,01% dari seluruh daerah
penelitian yaitu meliputi Desa Jinanten, Desa Ngajaran, Desa Bancang,
Desa Mrayun, Desa Sendangrejo, Desa Tempurejo yang mempunyai
pelamparan relatif utara-selatan dari daerah penelitian. Morfologi pada
satuan ini berupa morfologi dataran bergelombang normal yang telah
mengalami proses Denudasional. Pola pengaliran yang berkembang pada
satuan ini adalah pola pengaliran parallel dan sebagian kecil saja yang
masuk pola pengaliran rectangular. Berdasarkan data lapangan satuan
geomorfologi ini mempunyai beda tinggi rata-rata 30,83 meter dari
permukaan laut dengan kemiringan lereng rata-rata 6,8% (Lampiran
perhitungan sayatan lereng hal 168). Litologi penyusunnya yaitu satuan
napal Mundu yang terdiri dari napal, satuan kalkarenit Bulu yang terdiri
dari kalkarenit,dan satuan batupasir karbonatan Wonocolo yang terdiri
dari batupasir karbonatan.

Satuan geomorfologi topografi bergelombang lemah (D5) dan satuan geomorfologi


dataran normal Denudasional (D7), foto diambil Lp 65 Desa Gayam (Lensa
menghadap timur)

Kenapakan proses Denudasional pada daerah penelitian. a) Satuan kalkarenit


Bulu (foto di ambil Lp 3 lensa menghadap utara), b) Satuan napal Mundu (foto
di ambil Lp 65 lensa menghadap utara), c) Satuan batugamping nonklastik
paciran (foto di ambil Lp 95 lensa menghadap barat laut), d) Satuan batupasir
karbonatan Wonocolo (foto di ambil Lp 114 lensa menghadap selatan).

KESIMPULAN

Aspek geomorfologi daerah penelitian berdasarkan


morfometri (Van Zuidam Cancelado, 1979) dan
morfogenesa (Van Zuidam, 1983) terbagi menjadi 3
(tiga) satuan geomorfologi yaitu satuan geomorfologi
Perbukitan Kars bergelombang kuat (K2), satuan
geomorfologi topografi bergelombang lemah
Denudasional (D5), dan satuan geomorfologi dataran
bergelombang normal Denudasional (D7). Pola
pengaliran yang berkembang pada daerah penelitian
yaitu pola pengaliran Rectangullar dan pola pengaliran
Parallel. Genitik sungai pada daerah penelitian yaitu
sungai Konsukuen dan sungai Subsukuen. Tingkat
stadia sungai pada daerah penelitian menunjukan
muda dan dewasa, sedangkan stadia daerah
penelitian termasuk dalam stadia dewasa.

LAMPIRAN TERIKAT

Lampiran Geomorfologi
1. Peta Sayatan Lereng
2. Tabel Perhitungan Sayatan
Lereng

Lampiran 2. Perhitungan Sayatan Lereng


Tabel Lampiran 1. Satuan geomorfologi
Perbukitan kars bergelombang kuat (K2)

SEKIAN DAN TERIMAH


KASIH

Anda mungkin juga menyukai