Sindroma Nefrotik
OL E H:
RA DIA N R TU K AN
1 10 2 01 2 2 22
P E MB IM B IN G:
D R . ME LLY ISMEL IA , SP.P D
STA SE IN TE RN A RSU D DR . SLA ME T
G AR UT
IDENTITAS PASIEN
Identitas
Nama
: Tn.
Jenis kelamin : Laki-laki
Nomor CM
: 834xxx
Umur
: 21 tahun
Alamat
: Cisurupan
Agama
: Islam
Suku Bangsa : Sunda
Status
Nikah :
Belum
menikah
Status Pekerjaan : pelajar
Tanggal Masuk : 06 09
2015
Jam Masuk : 06.00 WIB
Tanggal Keluar : 09 09
2015
Ket. Pulang : Perbaikan
Ruangan
: Zamrud
Anamnesis
(Autoanamnesis)
Riwayat penyakit
Dahulu
Riwayat infeksi
saluran kemih 1
tahun lalu
Riwayat dirawat di
RS dengan
keluhan bengkak
pada kaki dan
perut 5 bulan lalu
Keluhan utama
Bengkak pada
kedua kaki sejak
4 hari SMRS
Riwayat penyakit
Sekarang
2 bulan lalu
bengkak muncul
dikelopak mata
1 bulan lalu
bengkak pada
kedua kaki
4 hari SMRS
bengkak pada kaki
dirasakan
memberat
BAK sedikit dan
berbuih
Keadaan Sosial
Ekonomi
Pasien sering
menahan BAK,
kurang minum dan
suka
mengonsumsi
minuman bersoda
saat masih di
asrama.
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Sakit
sedang
Kesadaran: Compos mentis
Tekanan Darah : 100/70
mmHg
Nadi : 86 x/menit, reguler,
isi cukup
Suhu : 36,6 oC
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Darah Rutin
Kimia Klinik
(N
Leukosit : 10.200/mm3
= 3.800 10.600)
(N
Urine Rutin
Kimia Urine
Berat jenis urine :
1.020/lpb (N = 1.002
1.030)
Blood urine : (+++)
Lekosit esterase : 15+/ pH urine : 5.5 (N = 4.8
7.5)
Nitrit urine : negatif
(negatif)
Protein urine : (+++)
(negatif)
Mikroskopis Urine
Eritrosit (hematuria) :
1015/lpb (N = <1)
Lekosit (piuria) : 13/lpb
(N = <6)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Rontgen
Thorax
Normal
USG Thorax
(tanggal 21-04-2016)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Ginjal kanan dan kiri
Vesica urinaria
Kesan
Sistitis kronis.
USG kedua
ginjal tampak
dalam batas
normal.
RINGKASAN
Laki-laki usia 21 tahun, bengkak pada kedua tungkai sejak 4 hari SMRS.
Awalnya bengkak pada kedua kelopak mata yang muncul saat bangun tidur
2 bulan SMRS dan pada kedua tungkai 1 bulan SMRS. Bengkak memberat
4 hari SMRS. Dispneu (-), urin berbuih (+), BAK sedikit (+). Riwayat
penyakit ginjal (+)
Dari pemeriksaan fisik ditemukan edema pada kelopak mata, suara tambahan
rhonki +/+ pada lapang paru inferior dekstra dan sinistra, abdomen : redup (+)
pada kuadran kanan dan kiri bawah, undulasi (+). Ekstremitas bawah piting
edema (+).
Dari pemeriksaan penunjang, Pemeriksaan kimia klinis : albumin (1.68 g/dL),
kolesterol total (446 mg/dL), Kolesterol LDL (167 mg/dL), Trigliserida (348
mg/dL).
DAFTAR
PERMASALAHAN
PERENCANAAN
PROGNOSIS
FOLLOW UP
Hematologi (07-09-2016)
Kimia klinik:
Protein total : 3.97 g/dL (N = 6.6 8.7 g/dL)
Albumin
: 1.78 g.dL (N = 2.5 5)
Hematologi (08-09-2016)
Kimia klinik:
Protein total : 4.28 g/dL (N = 6.6 8.7 g/dL)
Albumin
: 2.04 g/dL (N = 2.5 5)
SINDROM
NEFROTIK
Pembahasan
SINDROM NEFROTIK
Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik
glomerulonefritis yang ditandai dengan proteinuria masif (3
3,5 g/hari atau rasio protein kreatinin pada urin sewaktu > 300350 mg/mmol), hipoalbuminemia (<25 g /l), dan manifestasi
klinis edema perifer.
EPIDEMIOLOGI
Insidens dapat mengenai semua umur tetapi sebagian
besar (74%) dijumpai pada usia 2-7 tahun. Rasio laki-laki
: perempuan adalah 2:1, sedangkan pada masa remaja dan
dewasa rasio ini berkisar 1:1. Sindrom nefrotik meningkat
pada penggunaan NSAID jangka lama, diabetes mellitus
lebih dari 10 tahun, ataupun riwayat penyakit ginjal.
ETIOLOGI
Primer
Sekunder
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
DIAGNOSIS
Diagnosis SN dibuat berdasarkan gambaran klinis dan
pemeriksaan laboratorium berupa proteinuria masif >3,5
g/1,73 m2 luas permukaan tubuh/hari, hipoalbuminemia
<3 g/dl, edema, hiperlipidemia, lipiduria, dan
hiperkoagulabilitas. Pada SN primer diperlukan biopsi
ginjal untuk menentukan jenis kelainan histopatologi
ginjal yang menentukan prognosis dan respon terhadap
terapi.
TATALAKSANA
Spesifik
Respon kortikosteroid
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
PRIMER
Prognosis pasien dengan SN bergantung pada penyebabnya. Remisi
sempurna dapat terjadi dengan atau tanpa pemberian kortikosteroid.
Respon yang kurang terhadap steroid dapat menandakan luaran yang
kurang baik. Prognosis dapat bertambah buruk disebabkan (1)
peningkatan insidens gagal ginjal dan komplikasi sekunder dari SN,
termasuk episode trombotik dan infeksi, atau (2) kondisi terkait
pengobatan, seperti komplikasi infeksi dari pemberian imunosupressive.
Penderita SN non relaps dan relaps jarang mempunyai prognosis yang
baik, sedangkan penderita relaps sering dan dependen steroid merupakan
kasus sulit yang mempunyai risiko besar untuk memperoleh efek samping
steroid. SN resisten steroid mempunyai prognosis yang paling buruk.
GUIDELINE FOR THE ASSESSMENT AND
MANAGEMENT OF NEPHROTIC SYNDROME IN
SEKUNDER
Pada SN sekunder, prognosis tergantung pada penyakit primer yang
menyertainya. Pada nefropati diabetik, besarnya proteinuria
berhubungan langsung tingkat mortalitas. Biasanya, ada respon yang
baik terhadap ACE inhibitor, dengan penurunan proteinuria, dan level
subnefrotik. Jarang terjadi remisi nyata. Risiko penyakit
kardiovaskular meningkat seiring penurunan fungsi ginjal, beberapa
pasien akan membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal. Pada
amiloidosis primer, prognosis tidak baik, bahkan dengan kemoterapi
intensif. Pada amiloidosis sekunder, remisi penyebab utama, seperti
rheumatoid arthritis, diikuti dengan remisi amiloidosis dan ini
berhubungan dengan SN.
GUIDELINE FOR THE ASSESSMENT AND
MANAGEMENT OF NEPHROTIC SYNDROME IN
BAGAIMANA PENANGAN
PASIEN INI?
Pemberian diuretik berupa furosemid (farsix) IV 80 mg (1 ampul/8
jam) sebagai diuretik untuk mengurangi edema. Pada pasien ini
juga diberikan obat KSR (kalsium klorida) untuk mencegah
terjadinya hipokalemia pada pemberian furosemid (farsix).
Pada pasien ini diberikan atorvastatin 20 mg tab 1x1/hari. Obat ini
adalah golongan inhibitor HMG KoA reduktase dan sebagai obat
penurun lipid yang sangat efektif dalam menurunkan kolesterol
total dan LDL. Obat ini akan memblok sintesis kolesterol dalam
hati
Transfusi albumin 1 kolf karena albumin pasien sangat rendah
(1,67 g/dl).
Metyl prednisolon 1x 125 mg (PO). Kortikosteroid diberikan untuk
mengurangi reaksi peradangan pada ginjal terutama jika ternyata
pasien memiliki penyakit autoimun untuk mengurangi proteinuria.
BAGAIMANA
PROGNOSIS PASIEN
INI ?
Prognosis
Quo ad Vitam
: ad bonam
Quo ad Fungsional
: dubia ad bonam