PARU
OLEH:
Maulida Rahmi
Dynna Akmal
PEMBIMBING:
GASTRI
TIS
Defenisi
Gastritis adalah proses inflamasi
pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung, yang berkembang bila
mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain.
Secara hispatologi dapat dibuktikan
dengan adanya infiltrasi sel-sel.
ETIOLO
GI
1. Helicobacter pylori
2. OAINS (NSAID)
Non selective NSAIDs : Diclofenac,
Ibuprofen, etoprofen, Aspirin,
Naproxen, Piroxicam, Indomethacin,
Mefenamic acid
Selective NSAIDs: Celocoxib,
Rofecoxib, Meloxicam
KLASIFI
KASI
1. Gastritis Akut
Proses peradangan mukosa akut, biasanya bersifat
transien. Peradangan pada mukosa lambung yang
menyebabkan erosi dan tukak multipel antrum atau
lesi hemoragik. Erosi tidak mengenai lapisan otot
lambung.
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian
permukaan mukosa lambung yang menahun. Gastritis
kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang
sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulangulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna
PATOFISIOLOGI
PEMERISAAN PENUNJANG
Tes Darah
Tes darah untuk melihat adanya antibodi
terhadap serangan Helicobacter pylori.
Breath Test
Test ini menggunakan tinja sebagai sampel dan
ditujukan untuk mengetahui apakah ada infeksi
Helicobacter pylori dalam tubuh seseorang.
Rontgen
Test ini dimaksudkan untuk melihat adanya
kelainan pada lambung yang dapat dilihat
dengan sinar X
Endoskopi
PENATALAKSANAAN
1.Pengobatan nonmedikamentosa
Menghentikan atau menghindari
fator penyebab
Diet lambung II (3 x makanan
lengkap dan 2-3 x selingan)
Medikamentosa
Eradikasi H.pylori
- PAC : PPI + Amoksisilin +
Claritromisin
- PMT: PPI + Metronidazol +
Tetrasiklin
KOMPLIKASI
1. Gastritis akut
Komplikasi yang dapat timbul pada
gastritis akut adalah hematemesis
atau melena.
2. Gastritis kronis
Pendarahan saluran cerna bagian atas,
ulkus, perforasi dan anemia karena
gangguan
absorpsi
vitamin
B12
(anemia pernisiosa).
TUBERKUL
OSIS
Tuberkulosis (TB):
- Penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis)
(Depkes RI, 2006)
Epidemiologi
Cara Penularan TB
PATOGENESIS
MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala respiratorik
batuk > 3 minggu
batuk darah
sesak napas
nyeri dada
2. Gejala sistemik
Demam
gejala sistemik lain adalah anemi,
malaise, keringat malam, anoreksia dan
berat badan menurun
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
pembesaran yang lambat dan tidak
nyeri dari kelenjar getah bening
PEMERIKSAAN
FISIK
Terdapat retraksi otot-otot interkostal.
Paru yang sakit akan terlihat tertinggal dalam
pernapasan
perkusi memberikan suara pekak
auskultasi memberikan suara yang lemah sampai
tidak terdengar sama sekali, terkadang terdapat
ronki.
pembesaran kelenjar getah bening, umumnya dileher
terkadang didapatkan di ketiak. Pembesaran kelenjar
tersebut dapat menjadi cold abscess.
(Bahar, 2007 & PDPI, 2006)
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Bakteriologi
Bahan pemeriksaan
KLASIFIKASI
1. Tuberkulosis Paru
2. Tuberkulosis Ekstra
Paru
Tuberkulosis
ekstraparu
adalah
tuberkulosis yang menyerang organ
tubuh lain selain paru, misalnya
kelenjar getah bening, selaput otak,
tulang, ginjal, saluran kencing dan
lain-lain.
Diagnosis
sebaiknya
didasarkan atas kultur positif atau
patologi anatomi dari tempat lesi.
Tuberkulosis
Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak
( BTA )
Macam
Farmakologi
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan
adalah
INH
Rifampisin
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
dianjurkan
Intermitten
(mg/Kg/BB/kali
)
Dosi
Dosis (mg) /
sMa
berat badan
ks
(kg)
(mg < 40 40- >60
)
60
R
H
8-12
4-6
10
5
10
10
600
300
300
150
20-30
25
35
750
15-20
15
30
750
15-18
15
15
1000
Sesu
ai BB
450 600
300 450
100
1500
0
100
1500
0
750 1000
Kategori
pengobatan
TB
Fase awal
Fase lanjutan
(setiap hari / 3 x seminggu)
6 HE
2 RHZE /2SHRZ
4 RH
4 H3 R3
5 RHE
4 RH
2 RHZE
6RHE
TIDAK DIPERGUNAKAN
(merujuk ke penuntun WHO guna pemakaian obat lini
hari
16 minggu
RHZE (150/75/400/275)
RH (150/150)
30 37 kg
2 tablet 4KDT
2 tablet 4KDT
38 54 kg
3 tablet 4KDT
3 tablet 4KDT
55 70 kg
4 tablet 4KDT
4 tablet 4KDT
> 71 kg
5 tablet 4KDT
5 tablet 4KDT
Efek Samping
Jenis Obat
Isoniazid (H)
Rifampisin (R)
Ringan
Berat
Pirazinamid (Z)
Reaksi
hipersensitifitas
demam, mual dan kemerahan
Etambutol (E)
Streptomisin (S)
Kerusakan saraf
VIII yang
Reaksi hipersensitifitas : demam, berkaitan dengan keseimbangan
sakit kepala, muntah dan eritema dan
pendengaran.
Dapat
pada kulit
dipulihkan dengan pengentian
pengobatan atau dosis dikurangi
0,25gr untuk menghindari resiko
kehilangan keseimbangan dan
tuli.
LAPORAN
KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Bpk. P
Umur
: 44 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Sopir
Alamat
: Asrama Kodim
Tanggal Masuk : 8 Juni 2016
Anamne
sis
Keluhan Utama:
Nyeri ulu hati sejak 3 hari yang lalu
Riwayat Penyakit
Dahulu
Riwayat Psikososial
Status Generalisata
Status Antropometri
Berat badan : 45 kg
Tinggi badan : 165 cm
IMT
: 16,54
(Underweight).
Pemeriksaan Fisik
Kepala: Bentuk bulat, ukuran normocephal,
rambut hitam dan putih, tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva anemis (+).
Sklera ikterik (_).
Pupil isokor.
Telinga : Dalam batas normal.
Hidung : Dalam batas normal
Paru-paru
Inspeksi
: Simetris kiri dan kanan
Palpasi
: Fremitus kiri sama
dengan
fremitus kanan.
Perkusi
: Sonor di kedua lapangan
paru
Auskultasi :Suara nafas
bronkovesikuler,
rhonki basah
halus tidak
nyaring (+/-),
wheezing ()
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis terlihat 1 jari lateral di
linea midclavicula RIC V sinistra
Palpasi : Iktus cordis teraba 1 jari di RIC V
linea midclavicularis sinistra.
Perkusi :
Batas kanan : RIC IV linea sternalis dextra.
Batas kiri : RIC V linea midclavicularis sinistra.
Batas atas : RIC II linea parasternalis sinistra.
Auskultasi : Irama murni, reguler, M1>M2,
P2<A2, bising jantung ().
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, ascites (-),
venectasi (-)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+).
Hepar : tidak teraba.
Limpa : tidak teraba.
Ginjal : bimanual (), ballotement
(), nyeri ketok CVA ().
Perkusi : Thympani
Auskultasi: Bising usus (+) normal.
Ekstremitas Superior
Inspeksi
: Palmar eritema (-),
Edema (), Sianosis ().
Palpasi
: Perabaan hangat.
Tes sensibilitas : Sensibilitas halus
(+),
Sensibilitas kasar (+).
Refleks Fisiologis
Kanan
Kiri
Refleks Biceps
Refleks Triceps
Refleks
Brachioradialis
Refleks Patologis
Kanan
Kiri
Ekstremitas Inferior
Inspeksi
: Edema (+), Sianosis
().
Palpasi
: Perabaan hangat.
Palpasi a. dorsalis pedis,
a. tibialis posterior,
a. poplitea kuat angkat.
Tes sensibilitas : Sensibilitas halus
(+),
Sensibilitas kasar
(+).
Refleks Fisiologis
Refleks Patella
Refleks
Kanan
+
+
Kiri
+
+
Cremaster
Refleks Achilles
Refleks Patologis
Refleks
Kanan
-
Kiri
-
Babinski
Refleks
Gordon
Refleks
Oppeinheim
Refleks
Pemeriksaan Laboratorium
: 93,5
mg
/dL
: 1,29
mg
/dL
Glukosa Ad random
: 189
mg
/%
Pemeriksaan Penunjang :
Foto Rontgen Thorak PA ( di RS Tentara
) dengan hasil : tampak infiltrat di
apex paru kanan
Penatalaksan
aan
Non Farmakologi
Istirahat
Diet ML II
Farmakologi
IVFD RL 12 jam/kolf.
Ranitidin 2 x 1 (IV)
Ondansentron 3 x 1 (IV)
INH 1 x 400 mg
Rifampisin 1 x 450 mg
Pirazinamid 1 x 750 mg
Etambutol 1 x 750 mg
Vit B6 1x1
Pemeriksaan Anjuran
EKG
Pemeriksaan urinalisa
Cek BTA
Endoskopi
Prognosa :
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
Quo ad fungtionam
: dubia ad malam
FOLLOW UP
KESIMPULAN
Telah dilaporkan seorang pasien laki laki usia
44 tahun dengan diagnosa gastritis kronik + TB
paru dalam pengobatan, pasien merupakan
rujukan dari RS Tentara Solok, masuk dengan
keluhan utama nyeri ulu hati sejak 3 hari
SMRS. Nyeri ulu hati terasa menusuk nusuk,
nyeri tidak menjalar, dan semakin memberat
setelah makan, kembung (+). Mual (+) dan
muntah (+) sejak 3 hari SMRS, muntah apa
yang dimakan dan diminum, dengan frekuensi
3 kali. Batuk (+) sejak 1 bulan yang lalu, batuk
berdahak berwarna putih kekuningan.
TE
R
IM
A
KA
SI
H