Anda di halaman 1dari 60

The Key Points of Highway

Pavement

Disusun Oleh:
1. Fajar Tri Wibowo

(I0112043)

2.

Lukman Fahreza N.

(I0112089)

3.

Niam Afandi Wibowo

(I0112107)

4.

Satria Lima Santara

(I0112131)

CONTENTS:
Formula Campuran
Kerja (FCK)

Kesalahan Umum dalam


Proses Konstruksi Jalan
Raya
Kinerja Umum
Campuran Perkerasan

PART 1:
Formula Campuran Kerja (FCK) /
Job Mix Formula (JMF)

FCK Formula Campuran Kerja

Pembuatan FCK? (1)


1) Mengevaluasi jenis campuran beraspal yang
digunakan dan persyaratan yang harus
dipenuhi.
2) Melakukan pengujian mutu bahan (aspal dan
agregat, atau bahan tambah) dari tempat
penyimpanan (stockpile).
3) Melakukan penyiapan dan kalibrasi peralatan
laboratorium untuk kesesuaian peralatan
dengan standar pengujian.

Pembuatan FCK? (2)


4) Pembuatan Formula Campuran Rencana (FCR) berdasarkan material
dari stock pile atau bin dingin (cold bin), dengan kegiatan meliputi :
(1) Melakukan pengujian gradasi agregat dan menentukan kombinasi
beberapa fraksi agregat sehingga memenuhi spesifikasi gradasi yang
ditentukan.
(2) Menentukan kadar aspal rencana perkiraan.
(3) Melakukan pengujian Marshall dan volumetrik, rongga diantara
agregat (VMA), rongga dalam campuran (VIM) dan rongga terisi aspal
(VFA) dengan kadar aspal yang bervariasi.
(4) Mengevaluasi hasil pengujian dan menentukan kadar aspal
optimum dari campuran.

Pembuatan FCK? (3)


5) Melakukan kalibrasi bukaan pintu bin dingin dan menentukan besarnya
bukaan sesuai dengan proporsi yang telah diperoleh. Selanjutnya
melakukan pengambilan contoh agregat dari masing-masing bin panas (hot
bin) dan selanjutnya melakukan pengujian gradasi agregat.
6) Pembuatan FCR berdasarkan material dari bin panas, dengan kegiatan
meliputi :
Melakukan pengujian gradasi agregat dan menentukan kombinasi
beberapa fraksi agregat yang diambil dari bin panas. Gradasi campuran
yang ditentukan harus sesuai dengan gradasi yang direncanakan
berdasarkan material dari bin dingin.
Melakukan pengujian Marshall dan volumetrik (VMA, VIM dan VFA) untuk
mengetahui karakteristik dari campuran beraspal dengan kadar aspal yang
bervariasi.

Pembuatan FCK? (4-habis)


Mengevaluasi hasil pengujian dan menentukan kadar aspal optimum
campuran
7) Melakukan percobaan pencampuran di unit pencampur aspal (AMP) dan
mengevaluasinya, untuk melihat kesesuaian operasional dengan rencana
8) Melakukan percobaan pemadatan di lapangan dan membandingkannya
dengan kepadatan laboratorium serta mengevaluasinya, untuk menentukan
jumlah lintasan pemadat.
9) Jika semua tahapan telah dilaksanakan dan telah memenuhi semua
persyaratan, maka formula akhir tersebut disebut Formula Campuran Kerja
(FCK).
10) Jika ada salah satu persyaratan yang tidak terpenuhi maka langkahlangkah tersebut harus diulang.

Menentukan FCK? (1)

Menentukan FCK? (2habis)

PART 2:
Kesalahan Umum dalam
Proses Konstruksi Jalan Raya

PENGERTIAN UMUM CACAT DAN


KEGAGALAN KONSTRUKSI
CACAT KONSTRUKSI : Suatu kondisi
penyimpangan atau ketidaksempurnaan
hasil dan atau proses pekerjaan konstruksi
yang masih dalam batas toleransi. Artinya
belum atau tidak membahayakan konstruksi
secara keseluruhan
KEGAGALAN KONSTRUKSI : adalah suatu
kondisi penyimpangan, kesalahan dan atau
kerusakan hasil pekerjaan konstruksi yang
dapat mengakibatkan keruntuhan konstruksi

DEFINISI UMUM (MENURUT PP NO. 29


TH 2000) KEGAGALAN KONSTRUKSI:
Kegagalan konstruksi adalah
keadaan hasil pekerjaan konstruksi
yang tidak sesuai dengan spesifikasi
pekerjaan sebagaimana disepakati
dalam kontrak kerja konstruksi baik
sebagian maupun keseluruhan
sebagai akibat kesalahan pengguna
jasa atau penyedia jasa.

KAJIAN CACAT DAN GAGAL


KONSTRUKSI (CGK) JALAN RAYA
STRUKTUR TANAH :
Stabilitas dan Kekuatan Tanah
Stabilitas terhadap spesifikasi Aliran Air Drainasi
Struktur Perkuatan tanggul, turap, sistem drainasi dll
STRUKTUR /KONSTRUKSI JALAN
Kekuatan struktur perkerasan jalan terhadap beban rencana
Kekuatan struktur jalan terhadap pergerakan tanah
Kekuatan Struktur Jalan dikaitkan dgn kelengkapan sistem
drainasi
Kekuatan dan stabilitas turap penahan tanah
CONTOH Kasus Kerusakan Jalan :
Jalan Mega Mall Pluitamblas (18/9/2011) diakibatkan oleh
rusaknya goronggorong drainasi

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN DINI


PADA PERKERASAN JALAN (1)

mutu dan jumlah aspalnya


jumlah lintasan pada pemadatan
temperatur pencampuran
temperatur pemadatan

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN DINI


PADA PERKERASAN JALAN (2)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN DINI


PADA PERKERASAN JALAN (3-habis)

SKEMA PENYEBAB KERUSAKAN DINI


PADA PERKERASAN JALAN

BAGAIMANA AGAR PERKERASAN JALAN


MEMILIKI UMUR LAYAN SESUAI RENCANA? (1)
1. Kadar aspal harus sesuai dengan rencana
campuran (JMF) / FCK.
2. Gradasi agregat harus sesuai dengan
persyaratan.
3. Pelaksanaan pencampuran antara agregat dan
aspal harus pada temperatur pencampuran
maupun temperatur pemadatan yang diperoleh di
laboratorium.
4. Jumlah lintasan pemadatan, tipe pemadat yang
digunakan akan mempengaruhi kepadatan dan
kinerja dari perkerasan.

BAGAIMANA AGAR PERKERASAN JALAN MEMILIKI


UMUR LAYAN SESUAI RENCANA? (2-habis)

5. Kebersihan bahan (material) akan


mempengaruhi kelekatan aspal terhadap batuan
6. Besarnya kepadatan campuran beraspal
mempengaruhi kinerja campuran beraspal
antara lain Rongga diantara agregat, rongga
dalam campuran dan rongga terisi aspal, makin
kecil kepadatan makin rendah kinerja campuran
beraspal \ sehingga dapat diprediksi akan
mempercepat pelapukan.
7. Rongga dalam campuran akan mempengaruhi
kecepatan terjadinya pelapukan

JALAN BERLUBANG AKIBAT SISTEM


DRAINASE JALAN YANG KURANG BAIK

KERUSAKAN AKIBAT PEMBUATAN GORONG-GORONG


YANG TAK SEMPURNA DI BAWAHNYA

KERUSAKAN AKIBAT JALAN TAK MAMPU


MENAHAN BEBAN GEMPA

PENGELUPASAN LAPISAN ASPAL


JALAN

RETAK JALAN AKIBAT PENCAMPURAN ASPAL


TIDAK SEMPURNA

PART 3:
Kinerja Umum
Campuran Perkerasan

KINERJA CAMPURAN BERASPAL


Tuntutan pengguna
jalan

Kinerja perkerasan
memenuhi persyaratan

Kondisi fungsional
1. Kerusakan
2. Ketidakrataan
3. kekesatan

Kondisi struktural
1. Struktural number
2. lendutan

STRUKTUR PERKERASAN JALAN

Bagian perkerasan jalan umumnya


meliputi :

lapis pondasi bawah (sub base


course )
lapis pondasi (base course), dan
lapisan perkerasan permukaan
(surface course)

PERBEDAAN LAPISAN
PERKERASAN LENTUR DAN KAKU

BAGIAN PERKERASAN LENTUR

Lapis Aus (Wearing course)


Lapis antara (Binder course)
Lapis pondasi (base course)
Lapis pondasi bawah (subbase
course)
Tanah dasar (subgrade)

LANGKAH LANGKAH PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN


LENTUR YATU :

Metode analisa komponen


Metode Bengkelman beam

MACAM MACAM PENGGUNAAN PERENCANAAN YAITU :

Perkerasan jalan baru (new


construction)
Perencanaan perkuatan jalan lama
(lapisan tambahan / overlay)
Perencanaan konstruksi bertahap
(stage construction)

KONDISI FUNGSIONAL
Alur
- kritis : alur 10mm ; retak 15%
- failur : alur 20mm
Deformasi
- memanjang
- melintang
Kerusakan pada permukaan

JENIS-JENIS KERUSAKAN PADA


PERKERASAN LENTUR (1)
1. CRACK (Retak)
Retak adalah suatu gejala kerusakan
permukaan perkerasan sehingga
akan menyebabkan air pada
permukaan perkerasan masuk ke
lapisan dibawahnya.
(Departemen Pekerjaan Umum,
2007)

Ada beberapa jenis crack


Retak Halus (Hair Cracking)
Retak Kulit Buaya (Alligator Cracks)
Retak Pinggir (edge crack)
Retak Sambungan BahuPerkerasan (edge
joint crack)
Retak Sambungan Jalan (lane joint crack)
Retak Sambungan Pelebaran
Jalan(widening crack)
Retak Refleksi (reflection crack)
Retak Susut (shrinkage crack)
Retak Selip (slippage crack)

JENIS-JENIS KERUSAKAN PADA


PERKERASAN LENTUR (2)
2. DISTORSI (DISTORTION)
Jenis kerusakan lentur atau flexible
berupa distorsi dapat terjadi atas
lemahnya tanah dasar (subgrade),
pemadatan yang kurang pada lapis
pondasi sehingga terjadi
tambahanpemadatan akibat beban
lalu lintas

JENIS-JENIS KERUSAKAN PADA


PERKERASAN LENTUR (3)
3. CACAT PERMUKAAN (DISINTEGRATION)
Jenis kerusakan yang satu ini mengarah pada
kerusakan secara kimiawi &mekanis dari
lapisan permukaan, yang termasuk cacat
permukaan adalah sebagai berikut:
Lubang (Potholes), Pelepasan butir (raveling),
Pengelupasan Lapisan Permukaan (stripping)

JENIS-JENIS KERUSAKAN PADA


PERKERASAN LENTUR (4)
4. PENGAUSAN (POLISHED
AGGREGATE)
Pengausan terjadi karena agregat berasal dari
material yang tidak tahan aus terhadap roda
kendaraan / agregat yang digunakan berbentuk
bulat dan licin. Dapat diatasi dengan latasir,
buras, latasbum.

JENIS-JENIS KERUSAKAN PADA


PERKERASAN LENTUR (5-HABIS)
5. KEGEMUKAN (BLEEDING / FLUSHING)
Pada temperature tinggi, aspal menjadi
lunak, dan akan terjadi jejak roda,
dapatdisebabkan pemakaian kadar aspal
yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian
terlalubanyak aspal pada pengerjaan prime
coat / teak coat. Dapat diatasi dengan
menaburkan agregat panas dan kemudian
dipadatkan, atau lapis aspal diangkat dan
diberi lapisan penutup.

CEK KONDISI STRUKTURAL

Lendutan
Bengkelman beam
Falling weight deflector
Lubang uji (testpit)

JENIS BAHAN PERKERASAN DAN JENIS


PENGUJIAN YANG DILAKUKAN
Tanah dasar
- Pengujian batas-batas Atterberg
- Pengujian gradasi
- Pengujian kekuatan (CBR)
Agregat
- Pengujian kekuatan dan keawetan serta gradasi
- Kemampuan lekat terhadap aspal
- Berat jenis & Penyerapan
Aspal
- Pengujian penetrasi,titik lembek, daktilitas, berat jenis,
kelarutan, titik nyala , Viskositas
- Pengujian LOH, penetrasi,titik lembek, daktilitas

LATAR BELAKANG MUNCULNYA SPESIFIKASI CAMPURAN


BERASPAL DENGAN KEPADATAN MUTLAK

Lalu lintas yang semakin berat


Temperatur yang tinggi
Potensi rutting
Potensi cracking
Umur rencana tidak tercapai

ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN BERASPAL

Berdasarkan sifat sifat fisik campuran:


Stabilitas Marshall
Pemeriksaan stabilitas diperlukan untuk mengukur
ketahanan benda uji terhadap beban
Flow Marshall
flowmeter mengukur besarnya deformasi yang terjadi
akibat beban
Marshall Quotient
rasio antara nilai stabilitas dan kelelehan

BERDASARKAN NILAI VOLUMETRIK


CAMPURAN:
VMA
rongga antar butiran agregat (voids in mineral
agregat = VMA)
VFB
bagian dari VMA yang terisi oleh aspal, tidak
termasuk aspal yang terabsorbsi oleh masingmasing butir agregat (Sukirman, 2003:89)
VIM
rongga antarcampuran (voids in mix = VIM )

SPESIFIKASI BARU CAMPURAN


BERASPAL
TUJUAN :
MENGATASI DEFORMASI PLASTIS TETAPI DG TIDAK
MENGORBANKAN KEAWETAN DAN KETAHANAN
CAMPURAN TERHADAP RETAK
JENIS-JENIS CAMPURAN DALAM SPEK. BARU
HRSS A DAN B (LATASIR A DAN B)
HRS (LATASTON : LAPIS AUS DAN LAPIS
BINDER)
AC (LASTON : LAPIS AUS DAN LAPIS BINDER)
FILOSOFI DASAR DARI SPESIFIKASI BARU :
UNTUK MENDAPATKAN CAMPURAN BERASPAL
YANG SEIMBANG ANTARA KEMAMPUAN MENAHAN
DEFORMASI PLASTIS DAN RETAK

METODA KEPADATAN MUTLAK (Presentase Repusal Density)

Kepadatan mutlak memiliki sifat dapat memikul beban lalu


lintas yang lebih besar, durabilitasnya lebih baik, tidak
mudah retak, masih memungkinkan untuk tambahan
pemadatan akibat beban lalu lintas yang berulang terutama
kendaraan berat dan masih menyediakan rongga bagi aspal
pada saat suhu perkerasan tinggi serta kadar aspal yang
digunakan lebih rendah tetapi kekuatan campuran dapat
ditingkatkan dibanding kepadatan standar.
Kepadatan mutlak merupakan pendekatan terhadap kondisi
lapangan setelah campuran beraspal dipadatkan secara
sekunder oleh lalu lintas selama beberapa tahun umur
rencana tanpa mengalami perubahan bentuk plastis.

PROSEDUR PERENCANAAN CAMPURAN


BERASPAL PANAS
1. Pengujian Bahan
Ketentuan Agregat Kasar
Pengujian
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan
natrium dan magnesium sulfat
Abrasi dengan mesin Los Angeles
Kelekatan agregat terhadap aspal
Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10
cm)
Angularitas (kedalaman dari permukaan > 10
cm)

Partikel pipih dan Lonjong


Material lolos Saringan No.200

Standar

Nilai

SNI 03-3407-1994 Maks.12 %


SNI 03-2439-1991 Maks. 40 %
SNI 03-2439-1991 Min. 95 %
Do
95/90
T
s
Pennsylvania
80/75
Test Method,
PTM
No.621
ASTM D-4791 Maks. 10 %
SNI 03-4142-1996 Maks. 1 %

Ketentuan Agregat Halus


Pengujian
Nilai Setara Pasir

Standar
SNI 03-44281997
SNI 03-44281997

Material Lolos Saringan No. 200

Nilai
Min. 50
%
Maks. 8
%

Ketentuan Aspal keras pen 60


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Jenis Pengujian
Penetrasi, 25 C, 100 gr, 5 detik; 0,1 mm
Titik Lembek; C
Titik Nyala; C
Daktilitas, 25 C; cm
Berat jenis
Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; % berat
Penurunan Berat (dengan TFOT); % berat
Penetrasi setelah penurunan berat; % asli
Daktilitas setelah penurunan berat; % asli

Metode
Persyaratan
SNI 06-2456-1991
60 79
SNI 06-2434-1991
48 58
SNI 06-2433-1991
Min. 200
SNI 06-2432-1991
Min. 100
SNI 06-2441-1991
Min. 1,0
SNI 06-2438-1991
Min. 99
SNI 06-2440-1991
Max. 0,8
SNI 06-2456-1991
Min. 54
SNI 06-2432-1991
Min. 50

2. Penyesuaian Gradasi Campuran

Gradasi Gabungan dan Daerah larangan


Ukuran
Ayakan
ASTM (mm)
1
37,5
1
25

19

12,5

Latasir (SS)
Kelas A Kelas B

3/8
No.8
No.30
No.200

9,5
2,36
0,600
0,075

90 - 100

No.4
No.8
No.16

4,75
2,36
1,18

No.30

0,600

No.50

0,300

100

100

75 - 100
10 - 15

8 - 13

% Berat Yang
Lolos
Lataston (HRS)
WC
Base
WC
100
90 - 100

100
90 - 100

100
90 - 100

75 - 85
50 - 72
35 - 72
6 - 12

65 - 100
35 - 55
15 - 35
2-9

Maks.90
28 - 58

LASTON (AC)
BC
Base
100
100
90 - 100
90 - 100
Maks.90
Maks.90
23 - 49

19 - 45

4 - 10
4-8
3-7
DAERAH LARANGAN
39,5
39,1
34,6
26,8 - 30,8
25,6 - 31,6 22,3 - 28,3 18,1 - 24,1
19,1 - 23,1 16,7 - 20,7
15,5

13,7

13,6 - 17,6
11,4

LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR)


Merupakan campuran pasir bergradasi menerus
dan aspal yang dicampur pada suhu minimum
120 C dan dipadatkan pada suhu minimum 98
110 C. Fungsi sebagai lapis penutup, lapis aus
serta memberikan permukaan rata dan tidak licin.
Bersifat kedap air, kenyal, tidak memiliki nilai
struktural, tahan terhadap aus karena beban lalu
lintas dan cuaca. Campuran ini merupakan
campuran pra campur dengan hotmix yang cocok
untuk lalu lintas ringan sampai sedang.

KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LATASIR


UNTUK LALU-LINTAS < 0,5 JUTA ESA/TAHUN
Latasir
Sifat-sifat Campuran
Penyerapan aspal (%)

Kelas A & B
Maks.

Jumlah tumbukan per bidang


Rongga dalam campuran (%)

Rongga dalam Agregat (VMA) (%)

2,0
50

Min.

3,0

Maks.

6,0

Min.

20

Min.

75

Min.

200

Min.
Maks.
Min.

2
3
80

Min.

75

Rongga terisi aspal (%)


Stabilitas Marshall (kg)
Pelelehan (mm)
Marshall Quotient (kg/mm)
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 C (4)

LAPIS TIPIS ASPAL BETON (LATASTON) ATAU


HOT ROLL SHEET / HRS

Campuran ini menggunakan agregat bergradasi


senjang dengan aspal dan ditambah filler. Suhu
pencampuran tergantung pada aspal sedang
pemadatan pada saat suhu minimal 80 C. Tebal
padat 2,5 cm 3 cm dan tidak bernilai struktural

KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LATASTON


UNTUK LALU-LINTAS < 1 JUTA ESA/TAHUN

Lataston
WC
BC

Sifat-sifat Campuran
Penyerapan aspal (%)
Jumlah tumbukan per bidang
Rongga dalam campuran (%)

Maks.

1,7
75
3,0

Min.
Maks.

Rongga dalam Agregat (VMA) (%)


Rongga terisi aspal (%)
Stabilitas Marshall (kg)
Pelelehan (mm)
Marshall Quotient (kg/mm)
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 C (4)
Rongga dalam campuran (%) pada (2)
Kepadatan membal (refusal)

Min.
Min.
Min.
Min.
Min.

6,0
18

17
68
800
3
250

Min.

75

Min.

LAPIS ASPAL BETON (LASTON)


Campuran beraspal dengan gradasi menerus yang dicampur
pada suhu 115 C, dihampar dan dipadatkan pada suhu
minimum 110 C. Campuran ini memiliki stabilitas tinggi dan
dapat digunakan sampai lalu lintas berat. Dalam
perencanaan terdapat 11 variasi gradasi yang dapat
digunakan.
Lapis Aspal Beton Pondasi Atas (LASTON ATAS)
Campuran ini adalah laston untuk pondasi dan dicampur
pada suhu 90 120 C dan dipadatkan dalam keadaan panas,
Fungsinya sebagai penerus beban ke konstruksi di bawahnya
tetapi kurang kedap air. Gradasi yang dipakai adalah terbuka
dan dipasang diatas lapis pondasi bawah dengan bahan
pengikat aspal tanpa bahan pengisi serta untuk
mempercepat peningkatan jalan secara keseluruhan,
terutama pada konstruksi bertahap.
Laston Bawah
Campuran ini sama dengan sebelumnya dan dicampur pada
suhu minimum 80 120 C serta dipadatkan pada suhu
minimum 80 C. Sifatnya tidak kedap air dan bergradasi
terbuka, serta dipasang pada tanah yang telah stabil.

KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LASTON


(AC)

Sifat-sifat Campuran
Penyerapan aspal (%)
Jumlah tumbukan per bidang
Rongga dalam campuran (%)
Rongga dalam Agregat (VMA) (%)
Rongga terisi aspal (%)
Stabilitas Marshall (kg)
Pelelehan (mm)
Marshall Quotient (kg/mm)
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
perendaman selama 24 jam, 60 C (4)
Rongga dalam campuran (%) pada (2)
Kepadatan membal (refusal)

Laston
BC

WC
Maks.

1,2
75

Min.
Maks.
Min.
Min.
Min.
Maks.
Min.
Min.

Base

112 (1)

15

3,5
5,5
14

65

63
800
3
250

Min.

75

Min.

2,5

13
60
1500 (1)
5 (1)
300

KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LASTON DIMODIFIKASI (AC MODIFIED)

Laston (AC)
Sifat-sifat Campuran
Penyerapan kadar aspal
Jumlah tumbukan per bidang
Rongga dalam campuran (%)
Rongga dalam Agregat (VMA) (%)
Rongga terisi aspal (%)
Stabilitas Marshall (kg)
Kelelehan (mm)
Marshall Quotient (kg/mm)
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
perendaman selama 24 jam, 60 C (4)
Rongga dalam campuran (%) pada (2)
Kepadatan membal (refusal)
Stabilitas Dinamis, lintasan/mm

WC
Mod

BC
Mod
1,7

Maks.
75
Min.
Maks.
Min.
Min.
Min.
Maks.
Min.
Maks.
Min.

Mod
112 (1)

3,5
5,5
14
63

15
65

Base

1000
3
300

Min.

75

Min.
Min.

2,5
2500

13
60
1800 (1)
5 (1)
350

CATATAN KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN LASTON DIMODIFIKASI (AC MODIFIED)

1. Modifikasi Marshall
2. Untuk menentukan kepadatan membal
(refusal), penumbuk bergetar (vibratory hammer)
disarankan digunakan untuk menghindari
pecahnya butiran agregat dalam campuran.
3. Berat jenis efektif agregat akan dihitung
berdasarkan pengujian Berat Jenis Maksimum
Agregat
4. Direksi Pekerjaan dapat menyetujui prosedur
pengujian AASHTO T283 sebagai alternatif
pengujian kepekaan kadar air.

2. SPESIFIKASI BETON ASPAL


Gradasi agregat
Ukuran Maksimum

Menerus
2, 1, dan

a. Base Course
Stabilitas minimum
Marshall kuosien
Flow
Rongga dlm camp.
Rongga terisi aspal
Kadar aspal efektif
Aspal yang diserap
Kadar aspal total

700 kg
1,8 4 kN/mm
2,5 4 mm
46%
65 75%
Minimum 5,5%
Maksimum 1,7%
Minimum 6%

b. Surface dan Binder Course


Stabilitas minimum
900 kg
Marshall kuosien

1,8 4 kN/mm

Flow
Rongga dalam campuran
Rongga terisi aspal

2,5 4 mm
3 5 %
75 85% (+
0,5%)

Kadar aspal efektif

Minimum 6,2%

Aspal yang diserap

Maksimum 1,7%

Kadar aspal total

Minimum 6,7%

"None of us is as smart as all of us."


--Ken Blanchard--

TERIMA KASIH,
SEMOGA BERMANFAAT!

Anda mungkin juga menyukai