Anda di halaman 1dari 16

Assalamualaikum Wr.

Wb

General Anestesi
Kasus Struma Nodosa No-Toksik

Klasifikasi Status Fisik Pasien


Untuk mengurangi risiko dari tindakan anestesi, maka ASA membuat
klasifikasi:
ASA I
Pasien normal sehat
ASA II
Pasien dengan penyakit sistemik ringan
ASA III
Pasien dengan penyakit sistemik berat.
ASA IV

Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam kehidupannya.


ASA V

Pasien yang nyaris meninggal dengan kemungkinan tidak dapat bertahan


tanpa tindakan pembedahan
ASA VI

Pasien yang telah dinyatakan mengalami kematian otak, organ-organnya


telah diambil untuk tujuan donor.

Kasus

Seorang pasien perempuan 43 tahun, datang ke


Poli Bedah RSUD Padang Sidimpuan diantar suaminya
dengan keluhan adanya benjolan di daerah leher
sebelah kanan yang membesar dialami Os sejak 2 tahun
yang lalu. Os mengaku benjolan tersebut semakin lama
semakin membesar dan jelas terlihat apabila kepala di
arahkan ke atas.

Identitas Pasien

Nama

: Rosmawati

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 43 tahun

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Kebangsaan

: Indonesia

Agama

: Islam

Tanggal lahir

Tempat tinggal

Masuk Rumah Sakit

No. Rekam Medik

: 20-05-1973
: Ujung Batu, Sosa
: 05-10-2016
: 220111

Riwayat Penyakit Terdahulu

: ---

Riwayat Penyakit Keluarga : ---

Riwayat Keadaan Sosial

Tanda Vital

: ---

Tekanan Darah: 128/ 87 mmHg


Nadi

: 88x/ menit

Respirasi

: 23x/ menit

Suhu

: 36,8oC

Kesadaran : Compos mentis

Pemeriksaan Fisik

Leher :Terdapat nodul berukuran kurang lebih 5 cm


yang mengisi bagian kanan leher

Perencanaan Anestesi

Jenis anestesi

: General Anesthesia/ Anestesi Umum

Premedikasi

: Sulfas Atropin 0,5 mg, Diazepam 5 mg, Pethidine HCl 60

Cairan : Loading IVFD Ringer Lactate 500 mL.

Teknik : Total Intravenous Anesthesia (TIVA)

Induksi : Injeksi Propofol IV 120 mg.

Fasilitasi intubasi

Alat

Spuit

: 3 ml, 5 ml.

: Atracurium 30 mg.

Scope : Stetoskop, Laringoskop


Tubes

: Endotracheal Tube no. 7

Airway : Bag Valve Mask (Ambu Bag)


Tapes

: Plester

Introducer : Mandrin.
Conector

: Penghubung dari sungkup ke selang.

Suction : Tabung, selang, kanul suction.

Pengawasan
: Observasi tanda vital intra-operatif setiap 15 menit,
anestesi, cairan.

Pascaoperasi

: Perawatan pascaoperasi di ruang pulih sadar.

keda

Pelaksanaan Anestesi

Pre-Operatif

Pasien masuk ruang operasi pada pukul 10.40 WIB, sudah terpasang akses intravena.
Dilakukan pemasangan monitor bedside untuk mengevaluasi tekanan darah dan frekuensi
nadi, serta pemasangan pulse oxymetri untuk mengevaluasi SpO 2.

Pasien diberikan loading cairan berupa RL 5OO ml.

Operator menyiapkan alat-alat dan obat yang akan digunakan untuk melakukan general
anesthesia.

Pasien dipersiapkan pada posisi supinasi.

Dilakukan induksi anestesia dengan melakukan injeksi Propofol 120 mg IV pada pukul
10:43 WIB.

Pemberian obat adjuvan intravena, yaitu:


Atracurium 30 mg,

Melakukan intubasi dengan pemasangan ETT dipandu dengan laringoskop, pemberian


suplemen O2 3 liter dibantu dengan ambu bag. Memeriksa ETT sudah memasuki kedua
lapangan paru secara simetris menggunakan stetoskop.

Menyambungkan ETT ke ventilator.

Melakukan observasi vital sign dan saturasi O 2 pada pukul 10:45, didapatkan:

HR : 98 x/ menit

NBP

RR : 22x/ menit

SpO2

: 156/103 mmHg
: 100%

Operasi dimulai pada pukul 10:46 WIB

Intra-operatif
Dilakukan pemantauan vital sign setiap 15 menit

Pukul 11:00 WIB

HR : 114x/ menit
NBP

: 177/95 mmHg

RR : 24x/ menit
SpO2

: 100%

Pasien bergerak

Tindakan: Injeksi Propofol 50 mg IV, Atracurium 10 mg IV

Hasil: Pasien kembali tenang, BP menurun menjadi 174/90 mmHg

Pukul 11:15 WIB

HR : 90x/ menit
NBP

: 167/90 mmHg

RR : 23x/ menit
SpO2

: 100%

Pukul 11:30 WIB


HR
: 101x/ menit
NBP : 192/103 mmHg
RR
: 25x/ menit
SpO2 : 100%
Tindakan: pemberian dosis maintenance Propofol 50 mg
IV, Atracurium 10 mg IV,
Hasil: Pada pukul 11: 35 WIB dilakukan observasi ulang:
pasien tenang, BP menurun ke tingkat 157/90 mmHg, HR:
85x/ menit.
Pukul 11:45 WIB
HR
: 81x/ menit
NBP : 121/83 mmHg
RR
: 22x/ menit
SpO2 : 100%
Tindakan: -- Hasil: -- Operasi selesai pada pukul 11:50 WIB

Postoperatif

Instruksi di ruang pulih sadar :

Pengawasan keadaan umum dan tanda vital setiap menit


sampai dengan pasien sadar penuh.

Posisi kepala ditinggikan 30 .

Aldrete Skor
ruangan).

: 8 (pasien dapat dipindahkan ke

KESIMPULAN
Diagnosa preoperatif
STRUMA NODOSA NON TOKSIK
Status operatif
ASA 1
Jenis operasi
ISTHMUS LOBEKTOMI DEXTRA
Jenis anastesi
GENERAL ANESTHESIA

Sulfas Atropin

Diazepam

Obat ini mengurangi salivasi (antisialogog) misalnya pada


intubasi, pembedahan, atau pemasangan instrumen dalam
rongga mulut, atau saat anestesi dengan ketamin.
Menimbulkan efek vagolitik pada jantung. Dosis 0,5 mg (2
amp).
Menyebabkan tidur dan penurunan kesadaran yang disertai
nistagmus dan bicara lambat, tetapi tidak berefek
analgesic. Juga tidak menimbulkan potensiasi terhadap efek
penghambat neuromuscular dan efekanalgesik obat
narkotik. Dosis induksi: 5-10 mg.

Propofol

Efek pemberian anestesi umum intravena propofol (2-2,5


mg/kgbb) menginduksi secara cepat seperti tiopental.
Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik kira-kira
mencapai 80% tetapi efek ini lebih disebabkan karena
vasodilatasi perifer daripada penurunan curah jantung.
Tekanan sistemik kembali normal dengan intubasi trakea.
Propofol tidak merusak fungsi hati dan ginjal. Aliran darah
ke otak, metabolism otak, dan tekanan intracranial akan

Atracurium
Obat ini berkompetisi dengan asetilkolin dan memblok
akses ke situs reseptor pascasinaps pada otot. Obat
ini berfungsi untuk mempertahankan relaksasi otot
selama pembedahan dan memfasilitasi intubasi
trakea. Dosis untuk intubasi 0,5-0,6 mg/KgBB. Dosis
pemeliharaan 0,1-0,2 mg/KgBB infus 30-50 mg/jam
dengan durasi kerja dapat mencapai 20-25 menit.

Pethidine Hcl
Merupakan salah satu obat analgesik sentral yang
memiliki mekanisme kerja pada sistem saraf dengan
menghambat kerja asetilkolin sehingga rasa nyeri
yang terjadi tidak dirasakan. Petidin memiliki onset
yang cepat yaitu 15menit dengan durasi 2-4 jam.
Dosis 0,5-1 mg/kgBB.

Robert Hinkleys painting from 1882 depicts the from first ether anesthetic,
provided on October 16, 1846, inBoston, Massachusetts. William T. G. Morton
(left) is holding the globe inhaler, while the surgeon, John C. Warren, operates
on the patient, Edward Gilbert Abbott. (Courtesy of the Francis A. Countway
Library of Medicine, Boston Medical Library, Cambridge, MA.)

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai