Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN BENCANA KEL.

6
BENCANA AKIBAT ULAH MANUSIA (BENCANA
SOSIAL)
SARA SHOUFA

SRI RAHAYU

SEPTA DWIANTA

SUBEIRI

SEPTIO

TRI JUNIARTI

SITI MAULIANI

UTIN FENY

SITI MUGI

YOGI ADE

SITI RAHMA

PENGERTIAN
UU No 24 Tahun 2007 menyebutkan bahwa bencana sosial adalah peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan terror. Selanjutnya pada UU No 7 Tahun
2012 menyebutkan bahwa Konflik Sosial adalah perseteruan dan/atau benturan fisik dengan
kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu
tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi sosial
sehingga mengganggu stabilitas nasional dan menghambat pembangunan nasional.

Undang Undang No 11 Tahun 2009 mengisyaratkan bawah korban bencana sosial adalah
penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Beranjak dari dasar hukum dan
fenomena kejadian bencana sosial yang ada, peristiwa konflik sosial menjadi fokus utama
dalam penanganan mulai dari prventive action, peace making peace keeping dan peace
building.

JENIS
Konflik Sosial atau kerusuhan sosial atau huru hara adalah suatu gerakan massal yang
bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada, yang dipicu oleh kecemburuan
sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas sebagai pertentangan antar suku,
agama, ras (SARA).
Aksi Teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga menimbulkan suasana teror atau rasa takut
terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat masal, dengan cara
merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda,
mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau
lingkungan hidup atau fasilitas publik internasional.

Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui subversi,
penghambatan, pengacauan dan/ atau penghancuran. Dalam perang, istilah ini digunakan
untuk mendiskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak berhubungan dengan militer,
tetapi dengan spionase. Sabotase dapat dilakukan terhadap beberapa sruktur penting,
seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan lain-lain.

Dalam rangka mewujudkan penanganan bencana sosial yang lebih menyentuh korban, Dit.
PSKBS telah menetapkan 3 (tiga) prioritas kegiatan penanganan bencana sosial pada tahun
2013 yaitu: Keserasian Sosial Berbasis Masyarakat, Kearifan Lokal dan Pelopor Perdamaian.
Rangkaian kegiatan prioritas ini disusun dalam EXECUTIVE SUMMARY Kebijakan Strategis
Penanganan Bencana Sosial tahun 2013.

3 PRIORITAS PENANGANAN BENCANA SOSIAL


1. Peacekeeping adalah intervensi pihak ketiga, sering kali dilakukan oleh militer, tapi tidak
selalu, untuk membantu pihak-pihak di negara atau daerah yang sedang berada dalam
keadaan transisi, yaitu dari kelompok yang bertikai dan mencoba berdamai atau didamaikan.
Misalnya dengan memisahkan pihak-pihak yang berseteru dan menjaga agar mereka
terpisah. Operasi peacekeeping ini tidak hanya menyediakan keamanan, tapi juga inisiatif
non militer.

2. Peacemaking adalah upaya diplomatik untuk mengakhiri kekerasan antara pihak-pihak


yang bertikai, mengajak mereka untuk berdialog tanpa kekerasan dan jika memungkinkan ke
arah perjanjian damai. Kegiatan peacebuilding baru bisa dilakukan setelah fase proses
perdamaian terjadi, setelah konflik kekerasan mereda atau berhenti, atau setelah
fase peacemaking dan peacekeeping.

3. Peacebuilding membuat tata kerja untuk menghindari munculnya konflik muncul kembali.
Antara lain dengan pembuatan mekanisme peningkatan kerja sama dan dialog antara
kelompok yang berbeda tersebut. Mekanisme ini membantu me-manage konflik yang terjadi
melalui cara-cara damai. Bisa juga dengan membentuk lembaga yang menyediakan prosedur
dan mekanisme untuk menangani dan memecahkan konflik.
Peacebuilding terdiri dari sejumlah kegiatan yang terkait dengancapacity building (penguatan
kapasitas masyarakat), rekonsiliasi, dan transformasi atau perubahan dalam masyarakat dan
merupakan proses jangka panjang.
Aktor peacekeeping dan peacemaking biasanya militer atau diplomat yang ditunjuk. Seperti
misalnya pasukan penjaga perdamaian PBB, di mana Indonesia sering kali mengirimkan
pasukan ke negara konflik atau pasca konflik. Sedangkan aktor peacebuilding bisa jadi LSM
khususnya LSM yang bergerak di bidang HAM antara lain kepemiluan.

Anda mungkin juga menyukai