0
Rigidoporus sp.
Ujsp.1.0
Ujsp.3.0
Ujsp.6.0
Ujsp.7.0
Ujsp.8.0
1
Penicillium sp.4
Trichoderma sp.
Asperigillus sp.3
Ujsp.9.1
Ujsp.1.0
Ujsp.8.0
2
Asperigillus sp.4
Penicillium sp.5
Rhizopus sp.2
Chaetomium sp.
Ujsp.17.2
Ujsp.20.2
Ujsp.24.2
3
Phomopsis. sp
Chaetomium sp.
Ujsp.27.3
Ujsp.29.3
Ujsp.31.3
Ujsp.32.3
Ujsp.33.3
4
Phomopsis. sp
Asperigillus sp.4
Asperigillus sp.2
Phoma sp.
Chaetomium sp.
Ujsp48.4
Ujsp.51.4
5
Penicillium sp.6
Phoma sp.
Chaetomium sp.
Ujsp.59.5
Ujsp.60.5
Ujsp.63.5
Ujsp..64.5
Ujsp.1.0
Ujsp.34.3
Ujsp.55.4
Ujsp.65.5
Ujsp.38.3
Ujsp.56.4
Ujsp.66.5
Ujsp.41.3
Ujsp.57.4
Ujsp.67.5
METODE PENELITIAN
Ditanam di
Persentase
zona bening
(% )ekstraseluar jamur endofit ubi Cilembu
Persentase
amilase
Uji organoleptik
menggunakan sampel
ubi pada masa
penyimpanan M-4 dari
ubi Cilembu dan ubi
Cileles
60
50
40
30
20
10
0
Cilembu
Liat
6,5
5,2
65
3,12
0,23
13
Cileles
Liat
5,7
4,8
41
2,16
0,22
10
21,15
24,69
1,73
9,79
1,91
0,39
30,6
4,0
0,6
1,0
10,9
0,10
0,55
8,01
1,38
0,13
11,9
7,8
0,5
0,7
36,1
0,53
2. Jamur Endofit yang Diperoleh dari Ubi Cilembu dan Ubi Cileles
Selama Masa Penyimpanan
Sebanyak 47 jamur endofit diperoleh dari ubi yang ditanam di Cilembu (Tabel 2.) dan
55 jamur endofit diperoleh dari ubi yang ditanam di Cileles (Tabel 3.) selama 5
minggu penyimpanan.
Tabel 2. Jamur endofit
penyimpanan ubi Cilembu
yang
di
peroleh
selama
masa
4
Fusarium sp.2
Asperigillus sp.2
Sporotrichum sp.
Diaporthe sp.
5
Asperigillus sp.2
Sporotrichum sp.
Diaporthe sp.
Phomopsis. sp
Paecilomyces
sp.
Chaetomium sp.
Diaporthe sp.
Phomopsis. sp
Ucsp.56.5
Ucsp9.0
Ucsp9.0
Fusarium sp.2
Rigidoporus sp.
Ucsp.57.5
Ucsp.6.0
Chaetomium sp.
Chaetomium sp.
Ucsp.59.5
Uc sp.7.0
Ucsp.23.3
Ucsp.44.4
Ucsp.61.5
Ucsp.24.3
Ucsp.45.4
Ucsp.62.5
Ucsp.25.3
Ucsp.46.4
0
Tricoderma sp.
Penicillium sp.1
Rhizopus sp.
Penicillium sp.2
1
Penicillium sp.3
Chaetomium sp.
Ucsp9.0
M -1
M-2
M -3
M -4
60
50
40
30
20
10
0
M -5
Waktu (Minggu)
Asperigillus sp.2
Rigidoporus sp.
Fusarium sp.1
Diaporthe sp.
Penicilliumsp.3
Paecilomyces sp
Sporotrichum sp.
Fusarium sp.2
Asperigillus sp.1
M -0
M -1
M -2
M -3
M-4
M -5
Waktu (Mingggu)
Ujsp.66.5
Penicillium sp.6 Ujsp.64.5
Asperigillus sp.2
Phoma sp.
Culvularia sp.
Asperigillus sp.4 Penicillium sp.5
Asperigillus sp.3 Penicillium sp.4 Rigidoporus sp. Ujsp.1.0
Persentasi
amilase
dan ubi
Cilelesyang dihasilkan jamur endofit ubi Cilembu lebih tinggi (rata-rata
11,8%) dibandingkan persentase amilase jamur endofit ubi di Cileles (rata-rata 9,4%).
Namun, secara statistika menggunakan uji U Mann-Whitney mendapatkan nilai
signifikansi 0.228 (> 0.05), artinya perbedaan persentase amilase ekstraseluler jamur
endofit ubi Cilembu dan Ubi Jatinangor tidak berbeda nyata. Jamur dikenal sebagai
organisme dekomposer.
Pada umumnya memiliki cara mendapatkan nutrisi dengan cara mengeluarkan enzim
ekstraselular untuk mencerna substrat tempat jamur tersebut tumbuh (Webster &
Weber, 2007). Jamur endofit yang hidup dalam jaringan ubi yang sebagian besar
adalah granula pati, untuk mendapkan nutrisi sebagaian jamur endofit tersebut
memiliki kemampuan menghasilkan enzim amilase ekstraselular untuk mecerna pati
disekitar jamur tesebut berada menjadi senyawa yang lebih sederhana agar dapat
diabsorpsi
sebagai nutrisi.
4.
Hasil Analisis
Kandungan Pati, Glukosa, dan Fruktosa Ubi Jalar
36.9 35.7
33.5 31.8
30
0.04
0.03
0.1
10
0
M-0
M-1
M-2
M-3
M-4
W ak tu Pe n yim panan
Ubi Cilembu
Ubi Cileles
M-5
0.24
0.24
0.22
0.29
0.2
0.19
Kadar0.2glukosa (%)
Kadar20
Pati (%)
0.27
0.3
0.39
0.4
40
HASIL PENELITIAN
1. Analisis Tanah Lokasi Penanaman Ubi Desa Cilembu dan Desa
Cileles
M -0
Persentase
zona bening
(% ) jamur endofit ubi Cileles Jatinangor
Persentase
amilase
ekstraseluar
0.14
0.2
0.26
0.15
0.03
0.03
0.2
0.19
0.18
Kadar fruktosa
0.1
(%)0.05
0
0.06
0.13
0.17
0.13
0.09
-0.1
M-0 M -1 M -2 M -3 M -4 M -5
Waktu penyimpanan
Ubi Cilembu
Ubi Jatinangor
Waktu penyimpanan
Ubi Cilembu
Ubi Jatinangor
KeduaGambar
ubi mengandung
pati
mengalami
penurunan
setiapJatinangor
minggunya.
2. Kadar Pati, kadar
Glukosa,
danyang
Fruktosa
Ubi Cilembu
dan Ubi Cileles
Kadar pati ubi yang ditanam di Cilembu lebih rendah dibandingkan kadar pati ubi yang
ditanam di Cileles Jatinangor. Hasil perhitungan statistika menggunakan uji T pada
rata-rata kadar kedua pati menunjukan nilai signifikansi 0.001 (<0.005), artinya
terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar pati ubi Cilembu dan kadar pati ubi
Cileles Jatinangor.
Kadar gula dari kedua ubi mengalami kenaikan dari sesaat seteleh panen hingga
minggu ke-4 dan mengalami penurunan pada minggu ke-5. Rata-rata, kadar glukosa
dan fruktosa ubi Cilembu lebih tinggi dibandingkan dengan ubi Cileles Jatinangor.
Namun secara statistika baik glukosa maupun fruktosa antara ubi Cilembu dan ubi
Cileles tidak berbeda secara signifikan. Nilai signifikansi perbedaan rata-rata glukosa
0.169 dan fruktosa 0.233, keduanya lebih besar dari 0.05 (>0.05), artinya secara
statistika kadar glukosa dan fruktosa antara ubi Cilembu dan ubi Jatinangor tidak
berbeda
nyata.
5. Hasil
Uji Organoleptik Hasil
perhitungan
statistika
nonparametrik
menggunakan uji Kruskall-Wallis, semua kategori
Rata-rata Nilai Hasil Uji Organoleptik
(kecuali aroma) menunjukan adanya perbedaan
penilaian panelis masyarakat secara signifikan
7
6.8
6.7 6.7
6.3 6.2 6.6 5.9 6.3
6 6.1
5.9
terhadap kategori-kategori tersebut antara ketiga
ubi. Adanya perbedaan pada kategori tingkat
Rata-rata Nilai
kemanisan, artinya menurut penilaian panelis
terdapat perbedaan yang nyata antara ketiga ubi.
Rasa (T ingkat Kemanisan)
Aroma
Namun, nilai rata-rata ubi Cilembu dan ubi Bandung
sama yaitu, 6.7 serta nilai keduanya lebih tinggi
Kategori
dibandingkan ubi Cileles, artinya menurut penilaian
UbI Cilembu
Ubi Cileles panelis ubi cilembu yang ditanam di Cilembu dan ubi
Ubi Cilembu yang dibeli di Bandung
cilembu yang dibeli di Bandung lebih manis secara
Gambar 3. Hasil uji
signifikan dibanding ubi cilembu yang ditanam di
organoleptik
Cileles Jatinangor.
KESIMPULAN
Tingginya
rata-rata kadar gula ubi yang ditanam di Cilembu dibandingkan ubi yang
ditanam di Cileles Jatinangor, diduga disebabkan jamur-jamur endofit yang terdapat
pada jaringan ubi Cilembu menghasilkan enzim amlase ekstraselular yang lebih tinggi
dibandingkan jamur endofit ubi Cileles Jatinangor. Dengan demikian, jamur endofit
yang memiliki kemampuan menghasilkan amilase ini diduga berkontribusi pada
perubahan pati ubi menjadi glukosa dan fruktosa. Namun, sama halnya dengan kadar
gula, persentase amilase ekstraselular jamur dari kedua ubi pun menurut statistika
perbedaannya tidak signifikan. Hal ini diduga karena faktor lingkungan dari lokasi
penanaman dari kedua ubi hampir sama, seperti kategori ketinggian, kategori tanah,
C/N rasio dan terdapat beberapa genus jamur yang sama ditemukan dari kedua ubi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Munawar A, (2011). Kessuburan tanah dan nutrisi tanaman. IPB Press. PT. Penebar
Swadaya Anggota IKAPI.
Webster J, Weber RWS. (2007). Introduction to Fungi: third edition. Cambridge