Anda di halaman 1dari 33

GASTRO-RETENTIVE DRUG

DELIVERY SYSTEM
KELOMPOK 1 BD:
Amalia Rahmatika 1113102000053
Berliana Novianita 1113102000050
Lisa Ibrahim 1113102000070
M.Rizal Rosyidi 1113102000008
Ramaza Rizka 1113102000076

Pendahuluan
Rute

oral merupakan rute pemberian obat yang paling


diterima oleh konsumen.
Beberapa bentuk sediaan konvensional dikembangkan
untuk penghantaran obat yang periode waktunya
diperpanjang dan untuk menghantarkan obatnya pada
tempat targetnya secara khusus.
Beberapa obat memiliki indeksi absorpsi sempit dan
obat yang transpornya dimediasi pembawa di daerah
lambung dan bagian atas usus kecil memiliki
bioavailabilitas rendah ketika diberikan dalam bentuk
sediaan konvensional.
Untuk mengatasi beberapa masalah tersebut, maka
dikembangkan
sistem
penghantaran
obat
gastroretentif.

Definisi
Gastroretentive

merupakan
sistem penghantaran obat yang
memiliki kemampuan menahan
obat di dalam saluran
pencernaan khususnya di
lambung untuk memperpanjang
periode waktu.

Setelah

obat lepas selama


periode waktu yang disyaratkan,
bentuk sediaan harus
terdegradasi tanpa
menyebabkan gangguan
pencernaan.

Dinamika
Gastroinstestinal
Sistem

pencernaan terdiri dari saluran


pencernaan (alimentar) yaitu tuba
muscular panjang yang merentang dari
mulut sampai anus, dan organ-organ
asesoris, seperti gigi, lidah, kelenjar
ludah (saliva), hati, kantung empedu,
dan pankreas. Saluran pencernaan yang
terletak di bawah area diafragma disebut
saluran gastrointestinal (GI).
Proses-proses
dalam
Sistem
Pencernaan :
Ingesti, Pemotongan, Peristalsis, Digesti,

Digestive Anatomy

Figure 21-2a: ANATOMY SUMMARY: The Digestive System

Proses pencernaan dasar :


1. Motilitas : kontraksi otot yang
mencampur dan mendorong isi saluran
pencernaan
Dua jenis motilitas pencernaan : gerakan
propulsif dan gerakan mencampur
Melibatkan kontraksi otot polos pada
dinding organ pencernaan, kecuali pada
mulut sp awal esofagus dan sfingter anus
eksternus ( menggunakan otot rangka )

2. Sekresi : Sejumlah getah


pencernaan disekresikan ke
dalam lumen saluran pencernaan
oleh kelenjar eksokrin
Setiap sekresi pencernaan terdiri
dari air, elektrolit, enzim, dan
garam empedu
Sekresi dikeluarkan ke dalam
lumen karena adanya
rangsangan saraf dan hormon

3. Pencernaan : Proses penguraian makanan


yang
strukturnya
kompleks
diubah
menjadi satuan-satuan yang lebih kecil
oleh enzim enzim yg diproduksi dalam
sistem
pencernaan.
Manusia
mengkomsumsi tiga kategori biokimiawi
makanan : karbohidrat, protein dan lemak
4. Penyerapan : melalui proses penyerapan
satuan satuan kecil yang dapat diserap ,
dipindahkan
dari
lumen
saluran
pencernaan ke dalam darah atau limfe
bersama dengan air, vitamin dan elektrolit

Pengosongan Lambung

1. Kontraksi peristaltik dimulai dari fundus atas dan menyapu


makanan menuju sfingter pilorus
2. Kontraksi semakin kuat ketika menuju antrum (otot yang lebih
tebal)
3. Mendorong kimus maju menuju duodenum
4. Sebagian kecil kimus terdorong melewati sfingter pilorus
5. Ketika kontraksi paristaltik mencapai sfingter pilorus maka
sfingter tertutup erat sehingga proses pengosongan lambung
terhenti
6. Kimus yang tertahan di sfingter akan terpental kembali menuju
antrum.

Keuntungan

Mudah diberikan dan pasien merasa lebih nyaman.


Luas permukaan besar ( 200 m2) sehingga dapat
meningkatkan absorpsi obat, dan meningkatkan waktu
kontak bentuk sediaan pada tempat absorpsinya.
Penyerapan cepat karena suplai darah yang sangat
besar dan laju aliran darah yang baik.
Obat dihantarkan secara terkontrol.
Penghantaran obat untuk aksi lokal di lambung.
Peningkatan efektivitas pengobatan.
Peningkatan kemampuan untuk memberikan efek secara
khusus.
Cocok untuk obat yang memiliki pH tergantung
penyerapan dari perut misalnya., Furosemide, captopril
Mengurangi toksisitas dengan memperlambat
penyerapan obat.
Minimalkan efek samping lokal dan sistemik.

Kekurangan

Biaya produksi lebih tinggi sehingga harga obat lebih


mahal dibandingkan dengan sediaan konvensional
Variabilitasnya tinggi, retensi lambung dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti motilitas lambung, pH dan
keberadaan makanan. Oleh karena itu, bentuk sediaan
harus mampu menahan gaya grinding dan berputar
gelombang peristaltik lambung.
Reaksi yang merugikan dari obat yang bersifat gastrotoxic sehingga menyebabkan kerusakan mukosa
lambung.
Motilitas usus dapat membatasi waktu kontak obat
dengan bagian penyerapan.
Obat-obatan yang diabsorbsi secara baik sepanjang
saluran pencernaan dan yang menjalani first-pass
metabolisme kurang pas untuk GRDDS karena
pengosongan lambung yang lambat dapat
menyebabkan penurunan bioavailabilitas sistemik.

Sediaan di Pasaran

Jurnal: Oral Extended Release Drug Delivery System: A Promising


Approach Asian J. Pharm. Tech. 2012; Vol. 2: Issue 2, Pg 38-43

Tipe Sistem Gastroretentif

Sistem gastroretentif
High density
DDS

Non-floating system

Mucoadhesive
system
Magnetic system
Magnetic system

Gastroretentif
system

Hydrodynamic
balanced system

Floating system

Effervescen
t
Non
effervescen
t

Microballons/
mikrosfer
Butir alginat
Kompartemen
mikroporos

Non-floating system
High density (sinking) DDS
Meningkatkan densitas dalam cairan lambung hingga 1,5-2,4 gram/cm 3.
Tergantung dari densitas yang dihasilkan, retensi obat di lambung dapat diperpanjang hingga 5,8-25
jam.
Bioadhesive or Mucoadhesive system
Retensi sediaan obat jenis ini didasarkan pada penempelan obat di mukosa lambung.
Polimer yang biasa digunakan dalam sistem ini antara lain; polycarbophil, carbopol, lectin, chitosan,
carboxy methyl cellulose, gliadin dan sebagainya.
Dikembangkan agen adesif baru dari fimbria (fili) bakteri dan analognya untuk penempelan di usus
Magnetic system
Dalam sistem ini, obat mengandung magnet kecil dan magnet lain akan ditempatkan di atas posisi
lambung
Mungkin akan mengurangi kepatuhan pasien
Unflodable system
Pada sistem ini, sistem yang dikompresi ditempatkan dalam pembawa seperti kapsul. Pada waktu
kontak dengan cairan lambung sistem ini mengembang menjadi bentuk yang dapat bertahan dalam
lambung selama periode waktu tertentu
Sistem ini akan melebar ukurannya dan tak terlipat sehingga akan tertahan di sfingter saat akan
keluar dari lambung.
Mekanisme : Sistem ini berbentuk kecil saat ditelan tetapi akan melebar saat kontak dengan cairan
lambung dan setelah rentang waktu tertentu, sistem akan kembali mengecil sehingga mudah
dikeluarkan.
Polimer yang digunakan biasanya kombinasi polimer biodegradable.
Penyiapan sistem ini dilakukan dengan cara menyalut obat dengan polimer inert seperti bubuk besi,
barium sulfat, zinc oksida, dan titanium oksida.

MUKOADHESIF

Unfolding System

Floating DDS (FDDS) atau Low


density system
Floating DDS (FDDS) atau Low density system;
dibandingkan dengan sistem non-floating, sistem jenis
ini cenderung memiliki densitas lebih rendah dalam
cairan lambung sehingga cenderung mengapung
dalam lambung untuk pelepasan obat diperpanjang
tanpa mempengaruhi isi lambung. Sistem jenis ini
dibagi ke dalam beberapa mekanisme :
Effervescent system
Sistem ini mengandung polimer seperti kitosan dan
effervescent (natrium karbonat, dinatrium glisin
karbonat, asam sitrat, asam tartarat). Ketika sistem
ini kontak dengan cairan lambung, sistem ini akna
melepas karbon dioksida yang menyebabkan obat
akan terapung di cairan lambung. Rasio optimal
antara asam sitrat dan natrium karbonat adalah
0,76:1. Sistem dapat berupa tablet matriks tunggal
atau pil.
Noneffervescent system
Dalam sistem ini dapat digunakan sistem
pembentukkan gel atau polimer selulosa yang dapat
mengembang seperti hidrokoloid, polisakarida, dan
polimer pembentuk matriks seperti polikarbonat,
poliakrilat, polimetakrilat, polistiren.

Klasifikasi non-floating
Hydrodynamically balanced system / HBS (pengaruh hidrodinamik);
Sistem ini mengandung hidrokoloid pembentuk gel yang akan mengapung
pada cairan lambung. Sistem ini dapat mengandung satu atau lebih jenis
hidrokoloid pembentuk gel antara lain; HPMC, etilselulosa, HPC, agar,
karagenan, asam alginat. Ini juga mengandung polimer pembentuk matriks
seperti polikarbofil, poliakrilat dan polistiren. Setelah kontak dengan cairan
lambung, obat akan mengalami hidrasi dan akan terbentuk gel koloid yang
mengelilingi permukaan obat.

Klasifikasi non-floating
Microballoons/hollow microsphere (gelembung mikro atau mikrosfer
berongga)
Mikrosfer berongga mengandung obat pada cangkang polimer bagian luar
yang dibuat dengan cara pembentukkan emulsi dengan metode difusi
pelarut. Pelarut etanol : diklorometana (1:1) dan polimer akrilat dimasukkan
ke dalam larutan PVA dalam air teragitasi pada suhu 40C. Fase gas
dihasilkan dalam droplet polimer terdispersi dengan evaporasi diklorometana
membentuk celah kecil pada mikrosfer polimer yang mengandung obat.

Klasifikasi non-floating
Alginate beads (butir alginat)
Kalsium alginat yang dikeringkan dengan
metode freeze dried telah dikembangkan
untuk bentuk sediaan multi unit floating.
Dengan meneteskan larutan natrium alginat
ke dalam larutan kalsium klorida, dapat
dibentuk butir sferis dengan diameter sekitar
2,5 mm. Kemudian butir sferis dipisahkan
dan dikeringkan dengan metode air dried dan
akan terbentuk sistem tak berpori yang akan
mengapung dalam cairan lambung.

Klasifikasi non-floating
Microporous compartment (kompartemen mikroporos)
Dalam sistem ini, reservoir obat akan terenkapsulasi dalam
kompartemen mikroporos berpori pada dinding bagian atas
dan bawah. Sistem juga mengandung floating chamber yang
mengandung udara yang menyebabkan obat akan
mengapung dalam cairan lambung. Cairan lambung akan
memasukki mikroporos, melarutkan obat dan membawa obat
terlarut untuk diserap di usus halus.

EVALUASI GASTRORETENTIVE DRUG DELIVERY SYSTEMS

Tes

umum:

Penampilan,kekerasan,
friabilitas,
kandungan obat,
variasi bobot,
keseragaman kandungan,
waktu
disolusi
dan
pelepasan obat.

Waktu awal mengapung dan durasi


mengapung:
waktu awal mengapung dan durasi mengapung
dilakukan dalam alat disolusi USP II dalam
cairan lambung simulasi (SGF) dan 0.1N HCl
dijaga pada lingkungan 370C. Interval waktu
antara permulaan tablet masuk ke medium
disolusi hingga tablet mencapai permukaan
disebut waktu awal mengapun (buoyancy lag
time) dan durasi mengapung diamati secara
visual.

Swelling system
Bentuk sediaan ketika kontak
dengan cairan lambung akan
mengembang dengan ukuran
yang mencegah obat melewati
pilorus. Hasilnya bentuk
sediaan tetap berada dalam
lambung untuk beberapa waktu
tertentu (Chawla et al., 2003).
Contoh uji swelling :

Uji Swelling :
Tablet ditimbang satu persatu (W1)
dan ditempatkan dalam cawan Petri
yang mengandung 15 mL of 0.1N
HCl.
Pada interval waktu terntu tablet
diambil dari cawan Petri dan
kelebihan permukaan air dihilangkan
menggunakan kertas saring.Tablet
yang
mengembang
ditimbang
kembali (W2).
Tablet
yang
mengembang
dikeringkan pada 60C selama 24
jam dalam suatu oven dan dijaga
dalam desikattor selama 24 jam dan
ditimbang kembali (W3).
Degree of swelling = (W2 - W1) W1
%Erosion = (W1 - W3) X

Floating system
Floating
system,pertama
kali diperkenalkan oleh Davis
pada tahun 1968, merupakan
sistem dengan densitas yang
kecil,
yang
memiliki
kemampuan
mengambang
kemudian
mengapung
dan
tinggal
dilambung
untuk
beberapa waktu.
Pada
saat
sediaan
mengapung dilambung, obat
dilepaskan
perlahan
pada
kecepatan
yang
dapat
ditentukan,hasil
yang
diperoleh adalah peningkatan
gastric residence time (GRT)
dan pengurangan fluktuasi
konsentrasi obat dalam plasma
(Chawla et al., 2003).

Dalam uji floating ini,


digunakan gelas beker yang
dimodifikasi
dengan
menambahkan suatu saluran
yang
tempat
sampling
menempel
pada
dasar
bekerglass.
digunakan

Medium yang
disesuaikan

dengan keadaan dilambung


jumlah
cairan
baik
pH,
maupun kecepatan motilitas
lambung (Gohel et al., 2004).

The profile of propanolol HCl


release from sustained release
tablet with floating system
used matrix Methocel K15M
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pelepasan
propanolol HCl dari tablet lepas lambat dengan sistem floating
menggunakan matriks Methocel K15M. Asam sitrat dan natrium
bikarbonat digunakan sebagai gas- generating agent. Tablet
dibuat dengan metode granulasi basah dalam 4 formula yang
didasarkan pada variasi kadar Methocel K15M yaitu 90
mg/tablet (F1), 105 mg/tablet (F2), 120 mg/tablet (F3) dan 135
mg/tablet (F4). Tablet yang dihasilkan diuji sifat fisik tablet
meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kadar zat aktif uji
floating dan disolusi

Hasil uji sifat alir granul


.Hasil uji sifat alir granul
terlihat bahwa keempat
formula memiliki waktu alir
yang baik (dikatakan baik
jika untuk 100 g granul
mempunyai waktu alir tidak
lebih dari 10 detik).

Hasil uji keseragaman bobot dan


kekerasan
tablet
Hasil uji keseragaman bobot dan kekerasan
disajikan pada Tabel III Hasil uji keseragaman
bobot diperoleh harga CV kurang dari 5 %.
Hal ini menunjukkan semua formula memiliki
keseragaman bobot tablet yang baik.

Hasil pengamatan uji


floating
Pada
awal
pengujian, tablet ke empat
formula belum mengapung
(tenggelam) karena baru
terjadi proses penetrasi air
ke
dalam
tablet,
yang
selanjutnya matriks akan
mengembang.
Bersamaan
dengan
pengembangan
matriks,
juga
terjadi
gas
yang
dihasilkan dari reaksi asam
sitrat dan natrium karbonat
yang
akan
membantu
Padapengapungan
jam ke tiga tablet.
terlihat
proses
tablet
pada
semua
mengembang
dan
mengapung. Sampai jam ke
5 (5 jam pengamatan),
tablet dari formula I dan II
kembali tenggelam,
hal ini kemungkinan karena
jumlah matriksnya kurang
sehingga
proses
pengapungan tidak dapat

Hasil uji
penetapan kadar
semua formula
memenuhi
persyaratan
kadar
tablet propanolol HCl
yang
tercantum
dalam
Farmakope
Indonesia edisi IV
yaitu 90,0 - 110,0 %
dari
kadar
yang
Dari
kurva (Anonim,
jumlah
tercantum
propanolol
terdisolusi
1995).

versus waktu terlihat bahwa


profil
disolusi
keempat
formula
serupa,yang
membedakan adalah jumlah
yang terlarut per satuan
waktu
Pelepasan obat dari sediaan
lepas lambat dengan sistem
matriks,
idealnya
terlepas
secara konstan dari awal sampai
akhir atau mengikuti model

Hubungan jumlah
matriks yang
ditambahkan pada tiap
formula dengan
kecepatan pelepasan
propanolol HCl
Kesimpulan
Tablet lepas lambat propanolol HCl dengan sistem
Floating, dapat dibuat dengan menggunakan matriks
Methocel K15M dengan sistem effervescent.
Profil pelepasan propanolol HCl dari tablet lepas lambat
dengan sistem floating adalah linear terhadap waktu dan
akar waktu, sehingga kinetika pelepasannya mengikuti
kinetika orde nol.
Mekanisme pelepasannya merupakan kombinasi erosi dan
difusi, mekanisme difusi lebih dominan.

Daftar Pustaka

Ratnaparkhi, Dkk 2013 Sustained Release Oral Drug Delivery System.


International Journal Of Pharma Research & Review, Mar 2013; 2(3):11-21

Thapa, Panna, Dkk 2014. An Overview On Gastroretentive Drug Delivery


System. Journal Of Science, Engineering And Technology, Chhetri Et Al.,
Vol.10, No.I, November, 2014, Pp 90-103

Anand, Dkk., 2010. An Overview On Various Approaches To Oral


Controlled Drug Delivery System Via Gastroretention. Volume 2, Issue 2,
May June 2010; Article 014

Shailaja, Dkk., 2016. A Review On Gastroretentive Drug Delivery System.


International Journal Of Research And Development In Pharmacy And Life
Sciences June - July, 2016, Vol. 5, No.4, Pp 2178-2187ISSN (P): 2393932X,

Anda mungkin juga menyukai