Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

HIPERALDOSTERONISME
SEKUNDER

Oleh: Tri Rahayu Marbaniati, S.Ked


Pembimbing: dr. Juspeni Kartika, Sp.PD

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RS PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG
2016

PENDAHULUAN

Hiperaldosternisme

Hiperaldosternis
me
Primer
hipersekresi
aldosteron oleh
kelenjar korteks
adrenal

Hiperaldosternisme
Sekunder
penurunan tekanan
arteriol aferen
glomerulus ginjal
menyebabkan
perangsangan sistem
renin angiotensin

DEFINISI
Hiperaldosteronisme
sekunder
Dijumpai pada keadaan dimana
terjadi perangsangan renin persisten.
Hiperaldosteronisme sekunder dapat
dijumpai pada keadaan hipersekresi
renin primer akibat hyperplasia sel
jukstaglomerulus di ginjal.

ETIOLOGI

Gagal jantung kongestif


Sirosis hepatis
Sindrom nefrotik
Stenosis arteri renalis

PATOGENESIS
Timbul pada kondisi ketika terdapat
penurunan tekanan arteriola aferen
glomerulus
ginjal,
sehingga
menyebabkan perangsangan sistem
renin angiotensin.

Pengaruh androgen yang berlebihan serta mekanisme


kerjanya sebagai berikut :
Sentral
Peningkatan kadar androgen dalam darah terutama
akan mengganggu gonadostat di hipotalamus dan akan
menekan GnRH. Akibatnya adalah terganggunya
perkembangan seksual, dan terjadinya penekanan
langsung terhadap gonadotropin baik pada tingkat
hipotalamus maupun hipofisis. Dalam hal ini LH lebih
jelas dipengaruhi daripada FSH. Ini berarti bahwa
peningkatan androgen yang beredar dalam darah
mengganggu keserasian poros hipotalamus-hipofisisovarium.

Perifer
Terjadi gangguan pada tingkat ovarium dan folikel. Terjadi pemutusan
androgen dalam sel-sel perifolikuler, sehingga folikel ovarium menjadi
resisten terhadap rangsangan gonadotropin. Belum jelas adanya hambatan
pada reseptor gonadotropin maunpun penjenuhan dengan androgen. Tetapi
yang jelas ialah kadar androgen lokal yang tinggi akan menyebabkan
perkembangan folikel ovarium yang resistem. Peningkatan androgen adrenal
dapat menyebabkan hiperestronemia karena akan memanjangkan fase
folikuler dan memendekkan fase luteal dan konsekuensinya terjadi
peningkatan rasio LH/FSH. Peristiwa ini yang menerangkan kerapnya
infertilitas dan ketidakteraturan haid pada wanita dengan hiperandrogen.
Terapi deksametason dapat mengoreksi rasio LH/FSH yang abnormal pada
beberapa pasien dengan polikistik ovarium, yang dapat menyebabkan
terjadinya ovulasi lagi. Walaupun beberapa penelitian percaya bahwa pada
pasien-pasien polikistik ovarium, abnormalitas adrenal adalah gangguan
yang primer, penelitian lain telah menyimpulkan bahwa itu adalah sekunder
dari kelainan hormonal. Pada pihak lain, hiperandrogen endogen akan
menebalkan tunika albuginea ovarium. Juga ternyata bahwa pemberian
androgen eksogen yang berlebihan dapat menebalkan kapsul ovarium.
Selanjutnya keadaan tersebut akan mengganggu pelepasan folikel dan
pecahannya bintik ovulasi. Ini merupakan bentuk lain dari androgen dalam
mengganggu mekanisme ovulasi. Secara klinis dengan menekan kadar
androgen yang tinggi akan menyebabkan folikel ovarium menjadi lebih peka
terhadap gonadotropin endogen dan eksogen.

MANIFESTASI KLINIK
Hipertensi dengan tekanan diastolik antara
100-130 mmHg
Hipokalemia
Alkalosis Metabolik
Nyeri Kepala
Edema
Kelemahan Otot Berat
Polinokturia
Haus
Tampak bingung dan sering kesemutan

DIAGNOSIS
Diagnosis aldosteronisme didasarkan pada pengukuran
peningkatan kadar aldosteron dalam plasma dan urine
dan pengukuran renin plasma (ARR). Renin plasma akan
rendah pada aldosteronisme primer, tetapi tinggi pada
aldosteronisme sekunder.
CT scan dan photoscanning inti dapat juga membantu
menemukan dan melokalisasi lesi adrenal pada pasien
dengan aldosteronisme primer. Bila tumor tidak dapat
dilokalisasikan, contoh darah vena adrenal mungkin
dapat diperoleh dari katerisasi selektif terhadap vena
adrenal kiri dan kanan. Adanya kadar aldosteron yang
tinggi pada salah satu sisi mencurigakan adanya tumor
dan membantu memastikan adanya lesi.

TATALAKSANA
Nonfarmakologis
Mempertahankan
diet
yang sehat. Batasi jumlah
garam dalam asupan diet,
tambahkan
suplemen
sayuran dan buah.
Menjaga berat badan yang
sehat. Jika memiliki BMI
(Indeks Massa Tubuh) lebih
besar atau sama dengan
25,
penurunan
berat
badan dapat membantu
mengontrol tekanan darah
Olahraga : Berjalan kaki
dan latihan aerobik dapat
membantu
mengontrol
tekanan darah

Farmakologis
Spironolakton
atau
amilorid adalah antagonis
aldosteron
dapat
menghilangkan
gejalagejala
aldosteronisme
primer maupun sekunder
untuk
adenoma
atau
hiperplasia
bilateral.
Spironolakton
diberikan
dalam dosis 200-400 mg
perhari dan amilorid 20-40
mg perhari.

KOMPLIKASI

Dapat menyebabkan pembesaran jantung


Dapat menyebabkan kelemahan otot
Memiliki resiko yang lebih tinggi untuk stroke
Memungkinkan untuk menderita aritmia
Pembesaran jaringan otot (hipertrofi) di dalam
ruangan pompa jantung, yang menyebabkan
jantung memompa dengan kekuatan lebih besar
Memiliki resiko untuk menderita gagal jantung
kongestif
Menyebabkan kematian

KESIMPULAN
Hiperaldosteronisme merupakan suatu keadaan terjadinya
peningkatan sekresi aldosteron. Hiperaldosteron dapat dibagi
menjadi primer dan sekunder. Hiperaldosteron primer
(sindroma
Conn)
dapat
dikarenakan
oleh
adanya
tumor/neoplasma adrenokorteks yang meningkatkan sekresi
aldosteron, mekanisme pasti ini belum jelas. Pada
hiperaldosteron sekunder, pelepasan aldosteron terjadi
sebagai
respons
atas
pengaktifan
system
reninangiotensin.Hiperaldosternisme Sekunder dapat dijumpai
pada keadaan di mana terjadi respons terhadap perangsangan
system rennin-angiotensin. Hiperaldosteronisme ini sering
dijumpai pada keadaan hipersekresi rennin primer akibat
hyperplasia sel jukstaglomerulus di ginjal. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan peningkatan aldosteron dan rennin
dalam darah. Terapi hiperaldosteronisme sekunder dilakukan
dengan
memperbaiki
penyebab
yang
mendasari
terangsangnya system rennin-angiotensin.

TERIMAKASIH...

Anda mungkin juga menyukai