Anda di halaman 1dari 45

KEBIJAKAN PENGANEKARAGAMAN

KONSUMSI DAN KEAMANAN


PANGAN
Disampaikan oleh:
Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan
Keamanan Pangan
Kepulauan Riau, 28-30 Januari 2014

LATAR BELAKANG
II. KONDISI POLA KONSUMSI PANGAN
III. KEBIJAKAN PROGRAM PERCEPATAN
PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN
(P2KP)
I.

Perkembangan Upaya
Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Tahun 1960 Hingga Saat Ini
1960 : Program Perbaikan Mutu Makanan Rakyat
1969 : Pemerintah mempopulerkan slogan Pangan
Bukan Hanya Beras tujuannya dengan
memanfaatkan bahan pangan lokal
Diperkenalkan Beras Tekad dari Singkong
untuk mengganti beras.
1974 : Pencanangan kebijakan diversifikasi pangan
(INPRES Nomor 14 Tahun 1974) tentang Perbaikan
Mutu Makanan Rakyat disempurnakan dengan
Inpres Nomor 20 Tahun 1979 tentang
Menganekaragamkan Jenis Pangan dan
Meningkatkan Mutu Gizi Makanan Rakyat.

Lanjutan
1993 - 1998 : Program Diversifikasi Pangan dan Gizi
dilaksanakan oleh Departemen Pertanian
1989 : Dibentuk Kantor Menteri Negara Urusan Pangan
dengan Program Aku Cinta Makanan Indonesia.
1996 : UU No. 7 Tentang Pangan
2002 : PP Nomor 68 Tentang Ketahanan Pangan
2009 : Perpres No. 22 Tahun 2009 tentang Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis
Sumberdaya Lokal
2009 : Permentan No. 43 Tahun 2009 : Gerakan
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
(P2KP)
2010: Peraturan Menteri Pertanian No.65/Permentan/
OT.140/12/2010 tentang SPM Bidang Ketahanan
Pangan Propinsi dan Kabupaten/Kota.
2012 : UU No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan

Masih terdapatnya kasus Gizi Kurang


Posisi Indonesia dalam Peta Penderita Gizi Kurang Tahun 2005 - 2007

Salah satu efek


dari Asupan
Energi yang
Kurang

Perkiraan FAO berdasarkan asupan


kalori (Calorie intake Threshold).
Sumber :
http://filipspagnoli.wordpress.com/2
010/11/18/human-rights-facts-210where-are-the-hungry/

Prevalensi Masalah Gizi Pada Balita di


Indonesia
Perse
n

Gemu
k
Kurus
Sangat
Kurus
Sumber : Riskesdas 2010, Kemenkes

Gizi Lebih
Gizi
Kurang
Gizi
Buruk

Pend
ek
Sangat
Pendek

Buktiny
a

OBESITAS VS GIZI
KURANG

Gizi Lebih: 5,8 %

Gizi Kurang: 13,0 %

Kasus keracunan tingkat nasional


tahun 2011 berdasarkan penyebab

Sumber : BPOM

Isu Global Ketidakamanan


Pangan
Kesehatan Publik
1,8 juta orang meninggal karena diare (WHO,
2005)
Ekonomi
Tahun 1992 (Peru) kerugian $ 500 juta dan
Tahun 1997 (USA) peningkatan biaya
kesehatan hingga $ 35 miliar setiap tahun
akibat diare
Perdagangan
50 % ekspor pangan dunia diproduksi oleh
negara berkembang yang beresiko terhadap
ketidak amanan pangan
10

Permasalahan Penanganan Keamanan Pangan Segar

Sumberdaya untuk penanganan keamanan pangan sangat


terbatas
Kegiatan inspeksi dan monitoring yang belum merata di setiap
wilayah dan belum terintegrasi antar instansi yang berwenang
Masih rendahnya kesadaran masyarakat
(produsen/petani/pedagang dan konsumen) tentang keamanan
pangan
Anggaran yang kurang memadahi

Kebijakan terfokus pada peningkatan produksi dan belum


mempertimbangkan kecukupan gizi (nutrition sensitive
production system)
Pola konsumsi pangan penduduk Indonesia masih terdapat
ketimpangan:
Masih tingginya konsumsi padi-padian terutama beras
Masih rendahnya konsumsi pangan hewani, umbi-umbian,
serta sayur dan buah
Pemanfaatan sumber-sumber pangan lokal seperti umbi,
jagung, dan sagu masih rendah
Kualitas konsumsi pangan masyarakat yang ditunjukkan
dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) masih belum
mencapai kondisi ideal
Diperlukan upaya untuk menganekaragamkan konsumsi13
pangan masyarakat menuju skor PPH yang ideal agar hidup

Hasil Justifikasi Data Susenas*)


Keterangan
2009

2010

2011

2012

2013

Konsumsi Energi
(kkal/kap/hari)

1964

1968

2005

1912

1937

Konsumsi Protein
(gram/kap/hari)

58.8

60.0

61.9

60.3

61.7

Skor Pola Pangan


Harapan

79.4

82.3

84.6

83.9

88.9

Keterangan : *) Data konsumsi ikan disesuaikan hasil publikasi


Kementerian Kelauatan dan Perikanan tahun 2008-2012. Data konsumsi
sayur dan buah dikoreksi dengan data konsumsi tahun dasar 2009
berdasarkan pengeluaran konsumsi untuk makanan dan dikoreksi dengan
laju inflasi sebesar 10%/tahun.
14

Kontribusi Kelompok Pangan Dalam Perhitungan Skor PPH


N
o

Kelompok
Pangan

Kontribusi
Terhadap
PPH

Keterangan

1.

Sayuran dan
Buah

Sangat
signifikan

Potensi penyediaan dan


daya beli memungkinkan,
daya terima masyarakat
(khususnya sayuran pada
anak-anak) perlu
ditingkatkan.

2.

Pangan Hewani

Signifikan

3.

Kacangkacangan

Potensi penyediaan
memungkinkan (kecuali
kedele), daya terima
masyarakat tinggi, daya
beli menjadi faktor
pembatas.

4.

Umbi-umbian

Kurang
signifikan

Potensi penyediaan sangat


memungkinkan, daya
terima masyarakat rendah
(karena umbi-umbian
dianggap pangan inferior).

Rendahnya sarana dan prasarana pendukung


pengawasan keamanan pangan segar

Pangan Segar (BKP) :


-Pengawas 30 orang; PPC
311 orang; PPNS 60
orang; auditor 151 orang;
inspektor 105 orang
-Proses pengadaan mobil
pengawas keamanan
pangan segar di 28 provinsi
-Belum memiliki
laboratorium
pengujian sendiri

Pangan Olahan (BPOM) :


-District food inspector
2500 orang
-Tiap Balai POM memiliki
fasilitas mobil keliling
pengawasan
-Tiap Balai POM memiliki
fasilitas laboratorium

Diversifikasi = Penganekaragaman
Pangan Menurut UU No. 18 Tahun 2012
tentang PANGAN
Pasal 41 :
Penganekaragaman
Pangan merupakan upaya
meningkatkan
ketersediaan pangan yang
beragam dan berbasis
potensi sumberdaya lokal
yang ada untuk:
a.Memenuhi pola
konsumsi Pangan yang
beragam, bergizi
seimbang dan aman
b.Mengembangkan usaha
pangan; dan/atau
c.Meningkatkan
kesejahteraan masyarakat

Pasal 42 :
Penganekaragaman Pangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal
41 dilakukan dengan :
a.Penetapan kaidah
Penganekaragaman Pangan
b.Pengoptimalan Pangan Lokal
c.Pengembangan teknologi dan
sistem insentif bagi usaha
pengolahan pangan lokal
d.Pengenalan diversifikasi usaha tani
dan perikanan
e.Peningkatan ketersediaan dan akses
benih dan bibit tanaman, ternak dan
ikan
f.Pengoptimalan pemanfaatan
lahan, termasuk lahan
pekarangan
g.Penguatan usaha mikro, kecil dan18

19

4 KUNCI SUKSES PERTANIAN


1. Peningkatan
Swasembada dan
Swasembada
Berkelanjutan

KONTRAK KINERJA
MENTERI PERTANIAN
DENGAN
PRESIDEN RI

2010-2014

2. PENINGKATAN
DIVERSIFIKASI
PANGAN
3. Peningkatan Nilai
Tambah, Daya
Saing, dan Ekspor
4. Peningkatan
Kesejahteraan
Petani

PERPRES
22/2009
PERMENTAN
43/2009

PROGRAM
PENINGKATAN
DIVERSIFIKAS
I DAN
KETAHANAN
PANGAN
MASYARAKAT

TUJUAN

Memberdayakan
masyarakat agar mampu
mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya
yang dikuasainya untuk
mewujudkan ketahanan
pangan secara
berkelanjutan.

Peningkatan
keanekaragaman
pangan
sesuai
karakteristik daerah
Komunikasi, informasi, dan edukasi serta promosi
pangan lokal
Pengembangan teknologi pengolahan pangan lokal
Peningkatan
investasi agroindustri berbasis pangan
lokal
Pengembangan
agroindustri
tepung
berbasis
sumberdaya lokal
Pengembangan agroindustri tanaman pangan,
hortikultura, susu dan daging
Penelitian bahan pangan lokal untuk substitusi tepung
terigu
Peningkatan ketersediaan buah dan sayuran untuk

Kegiatan Utama P2KP

A. Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan

Optimalisasi Pemanfaatan
Pekarangan Konsep KRPL
Rancang
ulang
pemanfaata
n
pekarangan
: KRPL

Pemanfaatan pekarangan yang


ramah lingkungan dalam suatu
kawasan, untuk: Pemenuhan
kebutuhan pangan & gizi
keluarga, peningkatan
pendapatan keluarga,
meningkatkan kesejahteraan
melalui partisipasi masyarakat

Kawasan Rumah
Pangan Lestari
(KRPL)
25

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan


dengan konsep KRPL
Apa itu Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)?
Merupakan suatu konsep model rumah pangan yang dibangun dalam suatu
kawasan (dusun, desa, kecamatan dst) dengan prinsip : pemanfaatan
pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan
pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan dan pada
akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi
masyarakat

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui


Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

MANFAAT KRPL
UTAMA

KRPL

Sumber
Pangan
Keluarga
(karbohidr
at,
Protein,
vitamin,
Mineral)

PENDUKUNG

Peningkatan
Pendapatan

Penurunan
Pengeluaran
RT untuk
Pangan

Kesejahteraa
n Keluarga
dan
masyarakat

28

Dari berbagai kajian: Pekarangan dapat


menghemat sampai 50% pengeluaran
pangan keluarga; dan dapat meningkatkan
sampai 50% pendapatan keluarga
Menghemat
Pengeluaran keluarga

Meningkatkan
pendapatan keluarga

1.Hemat belanja
1. Penjualan hasil
sayur
2. Usaha ekonomi
2.Hemat belanja buah
lainya di
3.Hemat belanja
pekarangan
bumbu
4.Hemat belanja
herbal
5.Hermat biaya

29

Pelaksanaan Optimalisasi Pemanfaatan


Pekarangan

Kebun Bibit

Pekarangan Anggota

Demplot Kelompok

Pemanfaatan Barang Bekas pada


Pekarangan

Kegiatan ini akan dilakukan dengan inti kegiatan


mendorong penyediaan bahan pangan lokal selain beras
dalam upaya mengurangi konsumsi beras dan terigu, dan
dipersiapkan sebagai bahan pangan bersubsidi bagi
masyarakat berpenghasilan rendah (PANGKIN) melalui:
Bantuan penyediaan alat untuk menghasilkan produk
pangan pokok berbasis sumber daya lokal;
Fasilitasi dan pendampingan kepada UMKM untuk
mengembangkan bisnis dan industri berbasis pangan
lokal dalam penyediaan bahan pangan pokok lokal nonberas untuk masyarakat.
Kajian terhadap produk pangan pokok berbahan baku
pangan lokal, meliputi : spesifikasi produk, daya terima
konsumen dan kelembagaan.

2. Kegiatan Sosialisasi dan Promosi P2KP dilaksanakan oleh


Badan/Dinas/Kantor yang menangani ketahanan pangan
tingkat propinsi melalui dana APBN sebesar Rp 100 juta- 200
juta dan didukung oleh kabupaten/kota dengan menggunakan
dana APBD.
3. Didukung dengan kegiatan pendukung seperti Lomba Cipta
Menu, Analisa Konsumsi serta Penanganan Keamanan Pangan
Segar.

ANALISIS SITUASI KONSUMSI


PANGAN

A. Penguatan SDM
Dalam rangka Analisis Situasi Konsumsi
Pangan wilayah
Analisis dan pengumpulan data Primer
melalui survei
Analisis melalui data sekunder (SUSENAS)
Updating data Ukuran Rumah Tangga

33

B. Kajian Konsumsi Pangan


1) Kajian Faktor koreksi Konsumsi pangan
2) Pengembangan Software Analisis
Konsumsi Pangan
3) Analisis Pola dan situasi konsumsi
pangan
4) Kajian kandungan zat gizi pangan
Update DKBM

34

C. Sosialisasi Pangan Beragam,


dan Bergizi Seimbang
1) Peningkatan pengetahuan tentang
menu B2SA
Festival Cipta Menu B2SA
Penyusunan menu B2SA

2) Penyusunan Buku (Buku porsi, Buku


Resep)
3) Penyusunan bahan publikasi (leaflet
dan poster)
35

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGAWASAN


KEAMANAN PANGAN

Penguatan Sistem
Legislasi

Revisi Undang Undang Pangan dari UU No


7 tahun 1996 menjadi UU No 18 tahun 2012
Pengaturan keamanan pangan yang lebih komprehensif,
diuraikan dalam 8 bagian dan 28 (pasal 67 95);
Penguatan fungsi penyidikan;
Pelanggaran terhadap aspek keamanan pangan akan dikenakan
sanksi yang cukup berat, sampai penjara 10 tahun atau denda
20 Miliar apabila terjadi korban jiwa.

Penyempurnaan Peraturan Pemerintah yang


terkait dengan Undang Undang Pangan
Penyusunan Draf Permentan Pengawasan
Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan di
Peredaran

Pengaturan Impor Produk


Hortikultura

UU No.13 tahun 2010 tentang Hortikultura


Permentan No 88 tahun 2011 tentang
Pengawasan Keamanan Pangan Terhadap
Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar
Asal Tumbuhan
Permentan No 60 tahun 2012 tentang
Rekomendasi Impor Produk Hortikultura
bertujuan untuk memberikan jaminan
keamanan
pangan
pada
produk
hortikultura yang diimpor
Buah impor masih mengandung residu
pestisida yang dilarang
Pengawasan produk impor yang beredar di

Penguatan Jejaring Keamanan


Pangan Nasional (JKPN)

JIP

JPKP

JPP

Jejaring ini menghimpun


informasi kegiatan
pengkajian risiko keamanan
pangan dari lembaga terkait
(data surveilan, inspeksi,
riset keamanan pangan,
dsb.)

meliputi pengembangan
bahan promosi, kegiatan
pendidikan, pelatihan,
penyuluhan untuk industri
pangan, pengawas
keamanan pangan, dan
konsumen

Jejaring kerjasama antar


lembaga terkait dengan
pengawasan
keamanan
pangan (standardisasi dan
legislasi pangan, inspeksi
dan
sertifikasi
pangan,
pengujian
laboratorium,
ekspor-impor, dsb.)

KELOMPOK KERJA JEJARING PENGAWASAN PANGAN

KEGIATAN JKPN DI BADAN KETAHANAN


PANGAN
KELOMPOK
PROGRAM/
KEGIATAN
TAHUN
KERJA JKPN

PELAKSANAAN
201
1

201
2

201
3

JEJARING
INTELIJEN
PANGAN
(JIP)
berbasis
kajian resiko

Sosialisasi Jejaring Keamanan Pangan


Nasional dalam rangka koordinasi dan
mengharmonisasikan kegiatan unit
kerja Eselon I lingkup Kementerian
Pertanian yang mendukung Jejaring
Keamanan Pangan Nasional (JKPN)

JEJARING
PENGAWASA
N
PANGAN
(JPP)
Berbasis
manajemen
resiko

Bimbingan teknis petugas pengambil


contoh (PPC)

Bimbingan
auditor

dan

Pemantauan
dan
keamanan pangan

pengawasan

Workshop/pertemuan
pangan segar

keamanan

Koordinasi
pangan

keamanan

teknis

ISO

kelembagaan

22000

Bimbingan teknis pengawas keamanan


pangan segar

Penyusunan SKKNI

SKKNI = Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia


Tahun 2013 telah disahkan SKKNI Pengawas Keamanan
Pangan Segar, sedangkan SKKNI Petugas Pengambil Contoh
(PPC) Pangan Segar sedang dalam proses penyusunan
SKKNI diperlukan sebagai acuan bagi Lembaga Sertifikasi
Profesi (LSP) untuk melakukan sertifikasi profesi
LSP Pengawas Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan
disepakati berada di Badan Penyuluhan dan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian dengan
penambahan skema kompetensi
Untuk mendukung operasionalisasinya, Badan Ketahanan
Pangan mempersiapkan antara lain : sekretariat Tempat Uji
Kompetensi (TUK) untuk profesi pengawas keamanan
pangan segar asal tumbuhan yang akan diverifikasi oleh
LSP-P1 Pertanian dan persiapan penyusunan Materi Uji
Kompetensi (MUK).

Penguatan SDM pengawas keamanan


pangan segar

Bimbingan Teknis
Petugas Pengambil Contoh
Bimbingan Teknis Pengawas
Keamanan Pangan Segar
Sertifikasi Pengawas Keamanan
Pangan Segar
Bimbingan Teknis Assesor
Kompetensi

Meningkatkan sarana dan prasarana


penunjang pengawas keamanan
pangan segar

H
I
S
A
K
A
M
I
R
E
T

Anda mungkin juga menyukai