UVEITIS
Arief Rachman
1102011044
IRIS
Membran berwarna
Bentuk : sirkular, di
tengah terdapat lubang
(pupil)
Pemisah BMD dan BMB
Jar. otot tersusun
longgar dgn otot polos
berjalan melingkari
pupil m. sfingter pupil
Otot polos radial tegak
lurus pupil m. dilator
pupil
Pembuluh darah :
- sirkulus minor
- sirkulus mayor
Dipersarafi : n. nasoiliar
-Midriasis simpatik
-Miosis parasimpatik
KORPUS SILIARIS
Susunan otot yang
melingkar
Mempunyai sistem
ekskresi di belakang
limbus
Dimulai dari pangkal
iris ke belakang
sampai koroid terdiri
dari
Otot-otot siliar
Prosesus siliaris
KOROID
Letak : antara sklera dan
retina
Tersusun dari 3
pembuluh darah koroid
Memberi nutrisi retina
bagian luar
Batas :
-sebelah dalam:
membrana Bruch
-sebelah luar : sklera
Melekat erat ke posterior
di tepi-tepi N. Optikus
VASKULARISASI UVEA
a. oftalmika
a. Siliaris
anterior
Sirkulus a.
Mayoris iris
Iris &
Korpus
siliaris
a. Siliaris
posterior
a. Siliaris
posterior
longus
Koroid
a. Siliaris
posterior
brevis
UVEITIS
Definisi
Suatu peradangan pada iris
(iritis,iridosiklitis), corpus siliare
(uveitisintermediet, siklitis, uveitis perifer,
atau pars plantis), atau koroid (koroiditis).
EPIDEMIOLOGI
usia 20-50 tahun.
Setelah usia 70 tahun, angka kejadian uveitis
mulai berkurang.
Pada penderita berusia tua umumnya uveitis
diakibatkan oleh toksoplasmosis, herpes zoster.
Bentuk uveitis pada laki-laki umumnya oftalmia
simpatika akibat tingginya angka trauma tembus
dan uveitis nongranulomatosa anterior akut.
Sedangkan pada wanita umumnya berupa uveitis
anterior kronik idiopatik dan toksoplasmosis.
KLASIFIKASI
Tipe
Uveitis Anterior
Fokus Inflamasi
COA
Meliputi
Iritis
Iridosiklitis
Siklitis Anterior
Uveitis
Vitreus
Intermediate
Pars Planitis
Siklitis Posterior
Hialitis
Khoroiditis Fokal,
Multifokal atau
difus
Korioretinitis
Retinokoroiditis
Retinitis
Neuroretinitis
Pan Uveitis
COA,Vitreus,
Retina dan
Koroid
Anatomi
Menurut
Standardization of
Uveitis
Nomenclatur (SUN)
Working Group
(2005)
Gambaran Klinik
Tipe
Keterangan
Akut
Rekuren
Kronik
Histopatologi
Non-granulomatosa
Granulomatosa
Non granulomatosa
Granulomatosa
Onset
Akut
Tersembunyi
Sakit
Nyata
Fotofobia
Nyata
Ringan
Sedang
Nyata
Nyata
Ringan
Putih halus
Kelabu besar
Penglihatan kabur
Merah sirkumkorneal
Perisipitat keratik
Pupil
(bervariasi)
Synechia posterior
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Nodul iris
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Uvea anterior
Tempat
posterior
Perjalanan
Akut
Menahun
PATOFISIOLOGI
Radang iris &
korpus siliaris
Blood Aqueous
Barrier rusak
Proses
peradangan akut
BMD
hipopion
hifema
Akumulasi SSR
pada perifer
pupil yang
disebut Koeppe
nodules, bila
dipermukaan iris
disebut Busacca
nodules.
Peningkatan protein,
fibrin, sel-sel radang (SSR)
dalam akuos humor
limfosit,
makrofag, sel
plasma
Keratic
Presipitate (KP)
Slitlamp : tampak
sebagai flare
yaitu partikelpartikel kecil
dengan gerak
Brown (efek
Tyndall)
Mutton fat
SSR, fibrin, dan
fibroblast dapat
menimbulkan
perlekatan
Perlekatanperlekatan
tersebut +
tertutupnya
trabekular
oleh sel-sel
radang
kasus
berlansung
kronis
gangguan
produksi akuos
humor
(hipofungsi
korpus siliaris)
menghambat
aliran akuos
humor dari
bilik mata
belakang ke
bilik mata
depan
Fase akut
gumpalangumpalan
pada sudut
bilik mata
depan
Fase lanjut
seklusio pupil
penurunan
TIO
akuos humor
tertumpuk di
bilik mata
belakang
mendorong
iris ke depan
yang tampak
sebagai iris
bombe
Glaukoma
sekunder
TIO semakin
meningkat.
ETIOLOGI
Autoimun
Artritis idiopatik
juvenilis
Spondilits
ankilosa
kolitis ulserativa
uveitis terinduksi
lensa
sarkoidosis
Infeksi
Sifilis
Tuberculosis
Lepra
Herpes Zoster
Herpes Simpleks
Letospirosis
Keganasan
Retinoblastoma
Leukimia
Limfoma
Melanoma
maligna
Lain-lain
Idiopatik
Uveitis
traumatika,
termasuk trauma
tembus
Ablatio retina
krisis
glaukomatoksikliti
k (sindrom PosnerSchlossman)
Uveitis Anterior
Infeksi
Virus (CMV, herpes simpleks, herpes zoster, rubella, rubeola )
Bakteri (kuman tuberculosis, brucellosis, sifilis sporadik dan
endemik; Borrelia (penyakit lyme);
Jamur (Candida, Histoplasma, Cryptococcus, Aspergillus)
Parasit (Toxoplasma, Toxocara, Cysticercus, Onchocerca)
Penyakit non-infeksi
Autoimun
Penyakit Behcet
Sindrom Vogt-Koyanagi-Harada
Lupus eritematosus sistemik
Granulomatosis Wegener
Oftalmia simpatika
Vaskulitis retina
Keganasan
Limfoma intraokular
Melanoma maligna
Leukimia
Lesi metastatik
Etiologi tak diketahui
Sarkoidosis
Koroiditis serpiginosa
Epiteliopati pigmen plakoid multifokal akut
Retinokoroidopati
Epiteliopati pigmen retina
Uveitis Posterior
GEJALA KLINIS
fotofobia,
Nyeri
Merah
penglihatan menurun,
dan lakrimasi
Gejala subjektif
Injeksi siliar
Perubahan kornea
Kelainan kornea
Kekeruhan Bilik mata
Kelainan Iris
Perubahan pada lensa
Perubahan dalam
badan kaca
Tekanan bola mata
Gejala objektif
Gejala objektif
1. Injeksi siliar
tanda patognomonik dan gejala dini.
bila hebat hiperemi dapat meluas
sampai pembuluh darah konjungtiva
2. Perubahan kornea
Dapat dibedakan :
Baru (putih) dan
lama (mengkerut)
Jenis sel
leukosit
Limfosit
Makrofag
Ukuran dan jumlah sel
Keratik presipitat
Keratik precipitate
dapat besar ("mutton
fat", atau
"granulomatosa"),
kecil (non
granulomatosa), atau
stelata
3. Kelainan kornea
Keratitis dapat
bersamaan uveitis
dengan etiologi
tuberculosis, sifilis,
lepra, herpes
simpleks, herpes
zoster atau reaksi
uvea sekunder
terhadap kelainan
kornea
Uveitis anterior akut
Edema kornea
disebabkan oleh
perubahan endotel
dan membran
Descement dan
neovaskularisasi
kornea
Uveitis anterior kronik
4. Bilik mata
Efek Tyndall
Sel
Sel
Flare
4. Bilik mata
Fibrin
Merupakan
pengendapan sel
radang pada sudut bilik
mata depan bawah.
Hipopion dapat ditemui
pada uveitis anterior
hiperakut dengan
sebukan sel leukosit
berinti banyak.
Hipopion
5. Kelainan Iris
Pupil
Nodul
Koeppe
Nodul
Busacca
5. Iris
merupakan kelainan spesifik pada peradangan granulomatosa seperti tuberculosis, lepra
dan lain-lain
Granuloma Ukuran lebih besar. hanya tunggal, tebal padat, menimbul, warna merah kabur, dengan
vaskularisasi dan menetap.
iris
Pengendapan pigmen
kelompok pigmen
yang besar pada
permukaan kapsul
depan lensa bekas
sinekia posterior
yang telah lepas.
Sinekia posterior
yang menyerupai
lubang pupil cincin
dari Vossius.
Perubahan kejernihan
lensa
disebabkan oleh
toksik metabolik
akibat peradangan
uvea dan proses
degenerasiproliferatif karena
pembentukan sinekia
posterior.
Normotoni
berkurangnya
peradangan pada
bilik mata depan
Hipertoni
Hipertoni dini
ditemui pada
uveitis hipertensif
akibat blok pupil
dan sudut
iridokornea oleh
sel radang dan
fibrin yang
menyumbat
saluran Schlemm
dan trabekula.
Uveitis Intermediet
peradangan yang terutama melibatkan
retina bagian perifer, pars plana dan badan
vitreus. Nama lain dari uvetitis intermediet
adalah siklitis kronik, uveitis periferal dan
pars planitis.
bilateral
pasien pada masa remaja akhir atau
dewasa muda.
Pria lebih banyak terkena daripada wanita.
Uveitis Intermediet
Gejala : kabur penglihatan dan floaters
yang tidak disertai dengan rasa sakit. Mata
merah dan fotofobia tidak selalu ditemukan
Pemeriksaan oftalmoskop indirek dengan
teknik penekanan sklera. Vitritis
Uveitis Posterior
retinitis, koroiditis, vaskulitis retina, dan
papilitis.
Gejala : floaters, kehilangan lapang
pandang atau scotoma, atau penurunan
tajam pengelihatan. Ablatio retina.
Uveitis Posterior
Uveitis Posterior
Umur
Lateralistas
Gejala: Penurunan pengelihatan,Injeksi
okular jarang terjadi, Nyeri kurang khas.
Uveitis Difusa
Istilah ini merupakan kondisi infiltrasinya sel
kurang merata dari semua unsur di traktus
uvealis. Penyebab uveitis difus ini
bermacam-macam,
antara lain : sarkoidosis, tuberculosis, sifilis,
onkoserkiasis, brucellosis, oftalmia simpatis,
penyakit Behcet, sistiserkosis, Sindroma
Vogt-Konyanagi-Harada, Sindrom
Masquerade, benda asing intraokuler.
Uveitis berdasarkan
penyebab
Oftalmika simpatika
uveitis granulomatosa bilateral
10 hari sampai beberapa tahun setelah cedera mata
tembus di daerah korpus siliaris atau setelah kemasukan
benda asing
Pasien mengeluh tentang fotofobia, kemerahan, dan
kaburnya penglihatan.
Pengobatan :
kortikosteroid jangka panjang dan obat-obat imunosupresive.
Untuk mata yang cedera berat dianjurkan dilakukan enukleasi
segera untuk mencegah oftalmia simpatika.
Harus diwaspasai kebutaan yang dapat segera terjadi
berkaitan dengan penurunan visus yang drastis dalam jangka
waktu 2 minggu setelah trauma.
Uveitis berdasarkan
penyebab
Uveitis Tuberkulosis
DIAGNOSA BANDING
Konjungtivitis
Pada konjungtivitis penglihatan tidak kabur, respon pupil
normal, terdapat sekret dan umumnya tidak disertai rasa
sakit, fotofobia atau injeksi silier
Keratitis/ keratokonjungtivitis
Penglihatan dapat kabur pada keratitis, ada rasa sakit
serta fotofobia.
Glaukoma akut
Terdapat pupil yang melebar, tidak ada sinekia posterior
dan korneanya beruap/ keruh.
Neoplasma
Large-cell lymphoma, retinoblastoma, leukemia dan
melanoma maligna bisa terdiagnosa sebagai uveitis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Flouresence Angiografi (FA)
pencitraan yang penting dalam mengevaluasi
penyakit korioretinal, komplikasi intraokular dari
uveitis posterior & pemantauan hasil terapi
Pada FA, yang dapat dinilai adalah:
edema intraokular
vaskulitis retina
neovaskularisasi sekunder pada iris, koroid atau
retina
N. optikus
radang pada koroid
PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. USG
dapat menunjukkan keopakan vitreus, penebalan
retina dan pelepasan retina.
3. Pemeriksaan laboratorium
dilakukan pada uveitis non granulomatosa atau
jelas berespon dengan terapi non spesifik, uveitis
anterior yang tetap tidak responsif dengan
pengobatan.
4. Biopsi Korioretinal
dilakukan jika diagnosis belum dapat ditegakkan
dari gejala dan pemeriksaan laboratorium lainnya
PENGOBATAN
1. Midriatik atau sikloplegik
Fungsi : mencegah terjadinya sinekia
posterior dan menghilangkan efek
fotofobia sekunder .
2. OAINS
Kegunaan : terapi pada inflamasi post operatif
Pemakaian lama mengakibatkan komplikasi
seperti ulkus peptikum, perdarahan traktus
digestivus, nefrotoksik dan hepatotoksik.
3. Kortikosteroid
terapi utama uveitis.
Kegunaan: digunakan pada inflamasi yang
berat. Namun efek samping yang potensial,
pemakaian kortikosteroid harus dengan
indikasi yang spesifik, seperti pengobatan
inflamasi aktif di mata dan mengurangi
inflamasi intra okuler di retina, koroid dan
N.optikus
PENGOBATAN
4. Imunomodulator
Kegunaan: digunakan pada pasien uveitis berat
(mengancam penglihatan) yang sudah tidak
berespon terhadap KS.
bekerja dengan cara membunuh sel limfoid yang
membelah dengan cepat akibat reaksi inflamasi.
Indikasi digunakannya imunomodulator adalah :
1. Inflamasi intraokular yang mengancam
penglihatan pasien.
2. Gagal dengan terapi kortikosteroid.
3. Kontra indikasi terhadap kortikosteroid
Operatif
Indikasi vitrektomi pada pasien uveitis
Vitrektomi berfungsi untuk menentukan
diagnosa dan pengobatan.
Indikasi vitrektomi adalah peradangan
intraokular yang tidak sembuh pada
pengobatan, dugaan adanya keganasan dan
infeksi pada mata.
Uveitis posterior dan intermediate berkaitan
dengan kekeruhan vitreus yang tidak dapat
disembuhkan dengan obat-obatan.
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
Pada uveitis anterior gejala klinis dapat
hilang selama beberapa hari hingga
beberapa minggudengan pengobatan,
tetapi sering terjadi kekambuhan.
Pada uveitis posterior, reaksi inflamasi
dapat berlangsung selama beberapa bulan
hingga tahunan dan juga dapat
menyebabkan kelainan penglihatan
walaupun telah diberikan pengobatan.